Lagi, Rabies Telan Korban Jiwa Bocah 4 Tahun
Sejak Januari - awal November 2022, sembilan warga meninggal akibat rabies.
SINGARAJA, NusaBali
Kasus gigitan anjing rabies kembali memakan korban jiwa di Buleleng. Sebelumnya, seorang pria berusia 57 tahun, asal Desa Tirtasari, Kecamatan Banjar, Buleleng, bernama Nyoman Yordaya meninggal dunia diduga akibat rabies, pada Rabu (26/10) lalu. Kini kasus yang sama kembali terjadi dengan korban seorang bocah laki-laki berumur 4 tahun berinisial KYA.
Korban dinyatakan meninggal dunia sesaat usai dibawa ke IGD RSUD Buleleng, Singaraja, pada Senin (8/11) malam sekitar pukul 21.00 Wita. Korban yang tinggal di Dusun Nangka, Desa Lemukih, Kecamatan Sawan ini, diketahui memiliki riwayat digigit anjing dua tiga bulan sebelumnya, pada bagian lengan tangan kiri, namun tak mendapatkan penanganan vaksin.
Kejadian gigitan anjing ini juga tidak dilaporkan ke fasilitas kesehatan. Selang tiga bulan kemudian, kondisi korban semakin memburuk. Korban mengalami sejumlah gejala yang mengarah ke rabies seperti gelisah, mengamuk saat diberi air dan oksigen, mulut mengeluarkan busa, serta takut dengan angin.
Korban lantas dibawa ke RSUD Buleleng, Senin sore sekitar pukul 17.00 Wita. Korban dilarikan ke IGD RSUD Buleleng untuk mendapat penanganan medis dan langsung ditempatkan di ruang isolasi. Namun, selang beberapa jam setelah dirawat di RSUD, korban meninggal dunia.
Dirut RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha membenarkan adanya pasien yang meninggal dunia diduga akibat rabies. Menurut dr Arya, korban datang ke rumah sakit dengan gejala suspek rebies Korban sempat diberikan tindakan medis namun tak berhasil diselamatkan. "Pasien dibawa Senin sore namun selang beberapa jam meninggal dunia," ujarnya, dikonfirmasi Selasa (8/11) siang.
"Pasien datang dengan keluhan gejala suspek rabies. Seperti mengalami kejang, gelisah, panas, susah kencing sejak malam. Namun saat dibawa di IGD, tampaknya bukan penyakit kejang. Pasien nampak gelisah. Saat diberi oksigen dan minum, pasien mengamuk, berludah terus," beber dr Arya.
Keterangan yang didapat petugas medis oleh pihak keluarga korban, ternyata korban sempat digigit anjing tiga bulan sebelumnya. "Korban digigit anjing peliharaan kakeknya, tiga bulan lalu pada lengan tangan kiri, saat meleraikan anjing yang menyerang ayam. Kemudian anjing itu langsung dibunuh dan dibuang. Pasien tidak dibawa ke Puskesmas atau RS untuk VAR," ungkapnya.
Bertambahnya korban jiwa akibat gigitan anjing ini nampaknya membuat kasus rabies di Buleleng semakin mengkhawatirkan. Data yang dihimpun RSUD Buleleng, sejak Januari - awal November 2022, sembilan warga meninggal akibat rabies. Dari 9 kasus kematian itu, 3 di antaranya merupakan korban yang masih anak-anak.
Berdasarkan data, pada bulan Februari tercatat ada dua kasus kematian akibat rabies, yakni di Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, dan di Kelurahan Banjar Tegal, Kecamatan Buleleng. Bulan April juga ada dua kasus, yakni di Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, dan Desa Sambangan. Kemudian Juni juga dua kasus, yakni di Desa Sari Mekar, Kecamatan Buleleng, dan Desa Panji, Kecamatan Sukasada.
Selanjutnya, pada Oktober juga terdapat 2 kasus di Desa Tirtasari, Kecamatan Banjar, dengan korban bocah perempuan berusia 7 tahun dan seorang pria berusia 57 tahun. Dan yang terakhir kasus kematian akibat rabies di Desa Lemukih, Kecamatan Sawan, dengan korban anak berumur 4 tahun.
Kata dr Arya, jumlah kasus kematian akibat rabies pada tahun ini meningkat drastis dibanding tahun 2021 yang hanya 3 kasus kematian. "Ini adalah pasien suspek rabies kesembilan yang meninggal dunia. Tahu ini jumlahnya lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya, yang hanya sekitar tiga orang," ungkapnya.
Jumlah kasus Gigitan Hewan Penyebar Rabies (GHPR) juga meningkat. Dinas Kesehatan Buleleng mencatat, sejak awal tahun 2022 hingga menjelang tutup tahun tercatat ada 6.026 kasus gigitan. Jumlah ini meningkat drastis dibanding tahun 2021 lalu dengan sebanyak 2.487 kasus. Kasus gigitan anjing paling tinggi tahun ini terjadi pada bulan Juni dengan sebanyak 908 kasus.
Menurut dr Arya, masyarakat masih ada yang terkesan menganggap sepele kasus gigitan anjing. Hampir sebagian korban meninggal dalam kasus rabies karena terlambat tertangani. Usai mengalami gigitan anjing, korban tak segera dibawa ke fasilitas kesehatan untuk divaksin. Sehingga kondisi korban memburuk hingga berakhir meninggal dunia.
Dia pun menegaskan fenomena rabies perlu dilakukan antisipasi secara serius. Penanganannya terbagi menjadi tiga, yakni di hulu, tebgah, dan hikir. "Dalam penanganan di hulu, masih banyak anjing berkeliaran yang mengakibatkan kasus gigitan. Kemudian di tengah penanganan dilakukan dengan VAR, secepatnya jika terjadi gigitan," jelas dr Arya.
"Penanganan terakhir atau di hilir itu di RS. Namun jika sudah mengalami gejala rabies dan dibawa ke RS, kemungkinan selamat sudah sangat kecil dengan tingkat kematian hampir 100 persen. Yang perlu diedukasi yakni jika terjadi gigitan mesti langsung dibawa ke fasilitas kesehatan untuk VAR. Itu yang masih perlu ditekankan, dan belum maksimal," katanya.
Pihaknya pun berharap masyarakat lebih serius melakukan antisipasi hingga penanganan rabies. Karena jika sudah terlambat dan menunjukkan gejala, bisa berakibat fatal hilangnya nyawa. Masyarakat yang mengalami gigitan anjing diminta segera melapor ke fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan medis. RSUD Buleleng sendiri juga telah menyediakan VAR. *mz
Korban dinyatakan meninggal dunia sesaat usai dibawa ke IGD RSUD Buleleng, Singaraja, pada Senin (8/11) malam sekitar pukul 21.00 Wita. Korban yang tinggal di Dusun Nangka, Desa Lemukih, Kecamatan Sawan ini, diketahui memiliki riwayat digigit anjing dua tiga bulan sebelumnya, pada bagian lengan tangan kiri, namun tak mendapatkan penanganan vaksin.
Kejadian gigitan anjing ini juga tidak dilaporkan ke fasilitas kesehatan. Selang tiga bulan kemudian, kondisi korban semakin memburuk. Korban mengalami sejumlah gejala yang mengarah ke rabies seperti gelisah, mengamuk saat diberi air dan oksigen, mulut mengeluarkan busa, serta takut dengan angin.
Korban lantas dibawa ke RSUD Buleleng, Senin sore sekitar pukul 17.00 Wita. Korban dilarikan ke IGD RSUD Buleleng untuk mendapat penanganan medis dan langsung ditempatkan di ruang isolasi. Namun, selang beberapa jam setelah dirawat di RSUD, korban meninggal dunia.
Dirut RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha membenarkan adanya pasien yang meninggal dunia diduga akibat rabies. Menurut dr Arya, korban datang ke rumah sakit dengan gejala suspek rebies Korban sempat diberikan tindakan medis namun tak berhasil diselamatkan. "Pasien dibawa Senin sore namun selang beberapa jam meninggal dunia," ujarnya, dikonfirmasi Selasa (8/11) siang.
"Pasien datang dengan keluhan gejala suspek rabies. Seperti mengalami kejang, gelisah, panas, susah kencing sejak malam. Namun saat dibawa di IGD, tampaknya bukan penyakit kejang. Pasien nampak gelisah. Saat diberi oksigen dan minum, pasien mengamuk, berludah terus," beber dr Arya.
Keterangan yang didapat petugas medis oleh pihak keluarga korban, ternyata korban sempat digigit anjing tiga bulan sebelumnya. "Korban digigit anjing peliharaan kakeknya, tiga bulan lalu pada lengan tangan kiri, saat meleraikan anjing yang menyerang ayam. Kemudian anjing itu langsung dibunuh dan dibuang. Pasien tidak dibawa ke Puskesmas atau RS untuk VAR," ungkapnya.
Bertambahnya korban jiwa akibat gigitan anjing ini nampaknya membuat kasus rabies di Buleleng semakin mengkhawatirkan. Data yang dihimpun RSUD Buleleng, sejak Januari - awal November 2022, sembilan warga meninggal akibat rabies. Dari 9 kasus kematian itu, 3 di antaranya merupakan korban yang masih anak-anak.
Berdasarkan data, pada bulan Februari tercatat ada dua kasus kematian akibat rabies, yakni di Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, dan di Kelurahan Banjar Tegal, Kecamatan Buleleng. Bulan April juga ada dua kasus, yakni di Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, dan Desa Sambangan. Kemudian Juni juga dua kasus, yakni di Desa Sari Mekar, Kecamatan Buleleng, dan Desa Panji, Kecamatan Sukasada.
Selanjutnya, pada Oktober juga terdapat 2 kasus di Desa Tirtasari, Kecamatan Banjar, dengan korban bocah perempuan berusia 7 tahun dan seorang pria berusia 57 tahun. Dan yang terakhir kasus kematian akibat rabies di Desa Lemukih, Kecamatan Sawan, dengan korban anak berumur 4 tahun.
Kata dr Arya, jumlah kasus kematian akibat rabies pada tahun ini meningkat drastis dibanding tahun 2021 yang hanya 3 kasus kematian. "Ini adalah pasien suspek rabies kesembilan yang meninggal dunia. Tahu ini jumlahnya lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya, yang hanya sekitar tiga orang," ungkapnya.
Jumlah kasus Gigitan Hewan Penyebar Rabies (GHPR) juga meningkat. Dinas Kesehatan Buleleng mencatat, sejak awal tahun 2022 hingga menjelang tutup tahun tercatat ada 6.026 kasus gigitan. Jumlah ini meningkat drastis dibanding tahun 2021 lalu dengan sebanyak 2.487 kasus. Kasus gigitan anjing paling tinggi tahun ini terjadi pada bulan Juni dengan sebanyak 908 kasus.
Menurut dr Arya, masyarakat masih ada yang terkesan menganggap sepele kasus gigitan anjing. Hampir sebagian korban meninggal dalam kasus rabies karena terlambat tertangani. Usai mengalami gigitan anjing, korban tak segera dibawa ke fasilitas kesehatan untuk divaksin. Sehingga kondisi korban memburuk hingga berakhir meninggal dunia.
Dia pun menegaskan fenomena rabies perlu dilakukan antisipasi secara serius. Penanganannya terbagi menjadi tiga, yakni di hulu, tebgah, dan hikir. "Dalam penanganan di hulu, masih banyak anjing berkeliaran yang mengakibatkan kasus gigitan. Kemudian di tengah penanganan dilakukan dengan VAR, secepatnya jika terjadi gigitan," jelas dr Arya.
"Penanganan terakhir atau di hilir itu di RS. Namun jika sudah mengalami gejala rabies dan dibawa ke RS, kemungkinan selamat sudah sangat kecil dengan tingkat kematian hampir 100 persen. Yang perlu diedukasi yakni jika terjadi gigitan mesti langsung dibawa ke fasilitas kesehatan untuk VAR. Itu yang masih perlu ditekankan, dan belum maksimal," katanya.
Pihaknya pun berharap masyarakat lebih serius melakukan antisipasi hingga penanganan rabies. Karena jika sudah terlambat dan menunjukkan gejala, bisa berakibat fatal hilangnya nyawa. Masyarakat yang mengalami gigitan anjing diminta segera melapor ke fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan medis. RSUD Buleleng sendiri juga telah menyediakan VAR. *mz
Komentar