Refleksikan Perjuangan Tokoh Sumpah Pemuda asal Pulau Bali
Pameran ‘Lantera: Langkah Tegas dan Berani Tjokorde Gde Rake Soekawati’ di Puri Kantor Ubud
Tjokorde Gde Rake Soekawati menggelar pameran di Paris, Prancis tahun 1931 merupakan sebuah diplomasi budaya yang kali pertama dilakukan oleh orang Bali sendiri di luar negeri.
GIANYAR, NusaBali
Museum Sumpah Pemuda di bawah wewenang Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menggelar pameran bertajuk ‘Lantera: Langkah Tegas dan Berani Tjokorde Gde Rake Soekawati’.
Pembukaan pameran dilakukan di Puri Kantor Ubud, Gianyar, Selasa (8/11). Dalam pembukaan pameran temporer yang dihelat secara luring ini turut dihadiri Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemprov Bali I Gede Indra Dewa Putra, Panglingsir Puri Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati, Tjokorda Gde Asmara Putra Sukawati perwakilan ahli waris, Koordinator Stafsus Kepresidenan AA Ari Dwipayana, Plt Kepala Museum dan Cagar Budaya, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali, Kepala Balai Pelestasian Nilai Budaya Bali, Kepala Galeri Nasional Indonesia sekaligus Plt Kepala Museum Kebangkitan Nasional, Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Kepala Balai Konservasi Borobudur, Kepala Museum Benteng Vredeburg, Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya DI Jogjakarta, Kepala Museum Sumpah Pemuda sekaligus Plt Kepala Museum Basoeki Abdullah, Kepala Perumusan Naskah Proklamasi, keluarga Tjokorde Gde Rake Soekawati, dan beberapa komunitas.
Kepala Museum Sumpah Pemuda, Titi Umi Kurniawati menjelaskan pameran yang digelar pada 9 hingga 13 November 2022 di Puri Kantor Ubud ini mengisahkan jejak seorang tokoh Bali bernama Tjokorde Gde Rake Soekawati.
Sebagai anggota Dewan Rakyat Hindia Belanda (Voiksraad) pertama dari Bali yang menjelma sebagai Lantera (Pencerah) bahwa orang Bali bisa melangkah maju, setara dengan yang lainnya. Selain itu, Tjokorde Gde Rake Soekawati merupakan satu-satunya orang Bali yang menghadiri Kongres Pemuda Kedua 27-28 Oktober 1928 yang menghasilkan Ikrar kebangsaan Sumpah Pemuda. Ia menjadi sosok Lantera bahwa sekalipun sebagai anggota dewan rakyat, mau berkumpul dan mendengarkan para anak muda bersuara.
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Tjokorde Gde Rake Soekawati menghadapi berbagai dinamika masa revolusi. Jabatan Presiden Negara Indonesia Timur (NIT) yang dipegangnya merupakan sebuah persimpangan menuju ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ia sosok yang konsekuen dan konsisten dalam mengambil setiap kebijakan.
Staf Ahli Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Bidang Hubungan Lembaga Dan Masyarakat Prof Dr H Muhammad Adlin Sila MA PhD menyambut positif digelarnya pameran ‘Lantera: Langkah Tegas dan Berani Tjokorde Gde Rake Soekawati’ ini. "Kita bisa mengenal sosok Tjokorde Gde Rake Soekawati yang mungkin sebagian dari kita belum banyak mengetahuinya,” katanya.
Sebuah terobosan di masa lalu terjadi saat seorang putra Bali bernama Tjokorde Gde Rake Soekawati membawa rombongan seniman Bali pada sebuah Pameran Kolonial yang berlangsung di Paris, Prancis tahun 1931. Terlepas dari pameran yang bermaksud unjuk kuasa negeri penjajah, Tjokorde Gde Rake Soekawati mengambil peluang tampil di hadapan masyarakat mancanegara untuk memperkenalkan kekayaan seni dan budaya Bali.
“Penampilan rombongan seniman Bali ini pun mengundang banyak pujian dan decak kagum dari berbagai pihak, sehingga mereka yang hadir menyaksikan ingin mengetahui lebih dalam mengenai seni dan kebudayaan Bali,” ungkap Adlin.
Yang dilakukan oleh Tjokorde Gde Rake Soekawati di masa lalu itu adalah sebuah diplomasi budaya yang kali pertama dilakukan oleh orang Bali sendiri di luar negeri. Tentunya diplomasi ini berdampak signifikan kepada meningkatnya kunjungan turis luar negeri yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai seni dan budaya Bali.
Lebih lanjut Adlin berharap, masyarakat Bali semakin optimis terhadap pertumbuhan pariwisata Bali yang baru pulih dari pandemi. Para pemuda dan pemudi Bali juga semakin terdorong untuk mengembangkan sebuah terobosan atau ide-ide cemerlang yang bermanfaat. Tak hanya untuk Bali dan pastinya juga Indonesia. Masyarakat pula bertambah pengetahuannya serta dapat merefleksikan nilai-nilai luhur yang pernah dilakukan Tjokorde Gde Rake Soekawati di masa lalu untuk hari ini dan masa depan. *nvi
Pembukaan pameran dilakukan di Puri Kantor Ubud, Gianyar, Selasa (8/11). Dalam pembukaan pameran temporer yang dihelat secara luring ini turut dihadiri Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemprov Bali I Gede Indra Dewa Putra, Panglingsir Puri Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati, Tjokorda Gde Asmara Putra Sukawati perwakilan ahli waris, Koordinator Stafsus Kepresidenan AA Ari Dwipayana, Plt Kepala Museum dan Cagar Budaya, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali, Kepala Balai Pelestasian Nilai Budaya Bali, Kepala Galeri Nasional Indonesia sekaligus Plt Kepala Museum Kebangkitan Nasional, Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Kepala Balai Konservasi Borobudur, Kepala Museum Benteng Vredeburg, Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya DI Jogjakarta, Kepala Museum Sumpah Pemuda sekaligus Plt Kepala Museum Basoeki Abdullah, Kepala Perumusan Naskah Proklamasi, keluarga Tjokorde Gde Rake Soekawati, dan beberapa komunitas.
Kepala Museum Sumpah Pemuda, Titi Umi Kurniawati menjelaskan pameran yang digelar pada 9 hingga 13 November 2022 di Puri Kantor Ubud ini mengisahkan jejak seorang tokoh Bali bernama Tjokorde Gde Rake Soekawati.
Sebagai anggota Dewan Rakyat Hindia Belanda (Voiksraad) pertama dari Bali yang menjelma sebagai Lantera (Pencerah) bahwa orang Bali bisa melangkah maju, setara dengan yang lainnya. Selain itu, Tjokorde Gde Rake Soekawati merupakan satu-satunya orang Bali yang menghadiri Kongres Pemuda Kedua 27-28 Oktober 1928 yang menghasilkan Ikrar kebangsaan Sumpah Pemuda. Ia menjadi sosok Lantera bahwa sekalipun sebagai anggota dewan rakyat, mau berkumpul dan mendengarkan para anak muda bersuara.
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Tjokorde Gde Rake Soekawati menghadapi berbagai dinamika masa revolusi. Jabatan Presiden Negara Indonesia Timur (NIT) yang dipegangnya merupakan sebuah persimpangan menuju ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ia sosok yang konsekuen dan konsisten dalam mengambil setiap kebijakan.
Staf Ahli Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Bidang Hubungan Lembaga Dan Masyarakat Prof Dr H Muhammad Adlin Sila MA PhD menyambut positif digelarnya pameran ‘Lantera: Langkah Tegas dan Berani Tjokorde Gde Rake Soekawati’ ini. "Kita bisa mengenal sosok Tjokorde Gde Rake Soekawati yang mungkin sebagian dari kita belum banyak mengetahuinya,” katanya.
Sebuah terobosan di masa lalu terjadi saat seorang putra Bali bernama Tjokorde Gde Rake Soekawati membawa rombongan seniman Bali pada sebuah Pameran Kolonial yang berlangsung di Paris, Prancis tahun 1931. Terlepas dari pameran yang bermaksud unjuk kuasa negeri penjajah, Tjokorde Gde Rake Soekawati mengambil peluang tampil di hadapan masyarakat mancanegara untuk memperkenalkan kekayaan seni dan budaya Bali.
“Penampilan rombongan seniman Bali ini pun mengundang banyak pujian dan decak kagum dari berbagai pihak, sehingga mereka yang hadir menyaksikan ingin mengetahui lebih dalam mengenai seni dan kebudayaan Bali,” ungkap Adlin.
Yang dilakukan oleh Tjokorde Gde Rake Soekawati di masa lalu itu adalah sebuah diplomasi budaya yang kali pertama dilakukan oleh orang Bali sendiri di luar negeri. Tentunya diplomasi ini berdampak signifikan kepada meningkatnya kunjungan turis luar negeri yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai seni dan budaya Bali.
Lebih lanjut Adlin berharap, masyarakat Bali semakin optimis terhadap pertumbuhan pariwisata Bali yang baru pulih dari pandemi. Para pemuda dan pemudi Bali juga semakin terdorong untuk mengembangkan sebuah terobosan atau ide-ide cemerlang yang bermanfaat. Tak hanya untuk Bali dan pastinya juga Indonesia. Masyarakat pula bertambah pengetahuannya serta dapat merefleksikan nilai-nilai luhur yang pernah dilakukan Tjokorde Gde Rake Soekawati di masa lalu untuk hari ini dan masa depan. *nvi
1
Komentar