Kapal Perang RI Amankan Perairan Karangasem
Kapal diperkuat pasukan yang dipersenjatai beberapa jenis senjata modern. Antara lain, peluru kendali, exocet, meriem bofors, torpedo, dan mortir.
AMLAPURA, NusaBali
kapal perang RI (KRI) Fatahilah 361 mengamankan wilayah perairan Karangasem. Pengamanan serangkaian hajatan KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) G20 di Bali. KRI melego jangkar di Pelabuhan Kapal Pesiar, Banjar Tanah Ampo, Desa Ulakan, Kecamatan Manggis, Karangasem, Rabu (9/11) pagi.
Kapal diperkuat 82 Anak Buah Kapal (KRI) mengangkut 118 personel, dipimpin Letkol Laut Wira Setya Haprabu. Personel akan mengamankan hingga H+3, Sabtu (19/11). “Selama menggelar operasi pengamanan, tidak ada pembatasan melakukan aktivitas di laut. Kapal yang lalulalang tetap bisa berlayar,” kata Letkol Laut Wira Setya Haprabu.
Sepanjang kapal yang berlayar, katanya, mematuhi jalur ALKI (alur laut kepulauan Indonesia), tidak masalah. Asalkan berlayar mematuhi aturan internasional yang berlaku. “Kalau ada kapal yang berlayar keluar dari ALKI, dan bermanuver, sehingga membahayakan, barulah kami ambil tindakan,” jelasnya.
KRI ini jenis kapal perang jenis perusak dengan panjang 83,85 meter, lebar 11,10 meter, tinggi 3,3 meter. Kapal diperkuat dua mesin diesel masing-masing kekuatan 8000 bhp dengan kecepatan 21 knot dan maksimal 30 knot. Kapal buatan Belanda tahun 1979. Kapal diperkuat pasukan yang dipersenjatai beberapa jenis senjata modern. Antara lain, peluru kendali, exocet, meriem bofors, torpedo, dan mortir. “Kami mengamankan perairan ini, 9 - 19 November, dan setiap hari melakukan patroli di perairan Karangasem,” tambah perwira menengah itu.
Dermaga Pesiar Tanah Ampo yang dimanfaatkan KRI Fatahilah itu dengan panjang 154 meter. Dermaga ini sebelumnya dibangun tahun 2006, era Bupati Karangasem I Wayan Geredeg, dengan biaya Rp 46,5 miliar. Untuk lego jangkar kapal pesiar, dermaga ini didukung jalan lingkar 1.800 meter, namun mangkrak sejak tahun 2015. Karena tidak pernah lagi disinggahi kapal pesiar. Dermaga dilengkapi break water (pemecah gelombang), untuk memudahkan untuk lego jangkar sekoci yang angkat penumpang dari kapal pesiar, dermaga tetap juga mangkrak. Kini tinggal kenangan. *k16
Kapal diperkuat 82 Anak Buah Kapal (KRI) mengangkut 118 personel, dipimpin Letkol Laut Wira Setya Haprabu. Personel akan mengamankan hingga H+3, Sabtu (19/11). “Selama menggelar operasi pengamanan, tidak ada pembatasan melakukan aktivitas di laut. Kapal yang lalulalang tetap bisa berlayar,” kata Letkol Laut Wira Setya Haprabu.
Sepanjang kapal yang berlayar, katanya, mematuhi jalur ALKI (alur laut kepulauan Indonesia), tidak masalah. Asalkan berlayar mematuhi aturan internasional yang berlaku. “Kalau ada kapal yang berlayar keluar dari ALKI, dan bermanuver, sehingga membahayakan, barulah kami ambil tindakan,” jelasnya.
KRI ini jenis kapal perang jenis perusak dengan panjang 83,85 meter, lebar 11,10 meter, tinggi 3,3 meter. Kapal diperkuat dua mesin diesel masing-masing kekuatan 8000 bhp dengan kecepatan 21 knot dan maksimal 30 knot. Kapal buatan Belanda tahun 1979. Kapal diperkuat pasukan yang dipersenjatai beberapa jenis senjata modern. Antara lain, peluru kendali, exocet, meriem bofors, torpedo, dan mortir. “Kami mengamankan perairan ini, 9 - 19 November, dan setiap hari melakukan patroli di perairan Karangasem,” tambah perwira menengah itu.
Dermaga Pesiar Tanah Ampo yang dimanfaatkan KRI Fatahilah itu dengan panjang 154 meter. Dermaga ini sebelumnya dibangun tahun 2006, era Bupati Karangasem I Wayan Geredeg, dengan biaya Rp 46,5 miliar. Untuk lego jangkar kapal pesiar, dermaga ini didukung jalan lingkar 1.800 meter, namun mangkrak sejak tahun 2015. Karena tidak pernah lagi disinggahi kapal pesiar. Dermaga dilengkapi break water (pemecah gelombang), untuk memudahkan untuk lego jangkar sekoci yang angkat penumpang dari kapal pesiar, dermaga tetap juga mangkrak. Kini tinggal kenangan. *k16
Komentar