Petani Direpotkan Akses Jalan
Petani di beberapa tempat di wilayah Buleleng, masih menghadapi kendala infrastruktur jalan.
SINGARAJA, NusaBali
Sebagian besar dari mereka tidak punya akses jalan yang cukup lebar. Kelompok petani ini pun harus berjuang keras ketika membawa peralatan seperti traktor maupun mesin perontok pagi. Di sisi lain, alokasi dana perbaikan jalan subak atau jalan usaha tani masih sangat minim.
Petani sangat merasakan kendala infrastruktur akses jalan itu ketika memasuki musim jelang tanam padi dan musim panen.
Menjelang musim tanam padi, petani harus membajak sawah mereka. Belakangan petani lebih banyak menggunakan mesin traktor dalam membajak sawah. Kesulitan mereka, ketika harus membawa mesin traktor ke sawah yang hendak dibajak.
Karena ketiadaan akses jalan, petani harus membawa alat pembajak sawah modern itu melintasi rintangan semak, dan saluran irigasi persawahan. Tidak heran juga mereka harus memutar dengan jarak yang cukup jauh untuk sampai ditujuan.
Demikian juga ketika musim panen padi. Petani dari Sekaa Manyi (kelompok pemotong padi,red) harus memutar mencari jalur yang aman saat membawa mesin perontok padi sampai ke tujuan. Seperti terlihat, Minggu (7/5) sore sekelompok pemotong padi ini harus berjuang keras melewati rintangan semak membawa mesin perontok padi.
Di bawah guyuran hujan, mereka saling bahu membahu menarik dan menahan mesin perontok padi agar sampai di tujuan. Waktu yang diperlukan hingga mesin sampai di tujuan tergantung sulit tidaknya medan yang dilintasi. “Bise dua jam ngabe mesin, kene tongose liunan papagan. Ne aget ade abian dadi lewatin, lamun sing bange keweh sube ngabe. (Bisa dua jam bawa mesinnya. Apalagi aksenya kebanyakan gundukan. Ini beruntung ada tegalan masih bisa dilewati, kalau tidak diberikan melintas akan susah sekali,red),” ucap salah satu dari kelompok petani.
Sementara Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng menyebut penanganan infrastuktur jalan pertanian sebatas perbaikan dan pelebaran ruas jalan. Perbaikan dan pelebaran ruas jalan pertanian itu berdasar usulan hasil Musrembang. “Tahun ini kita hanya menangani dua ruas jalan di subak berbeda, melalui dana aloaksi khusus (DAK),” terang Kepala Dinas Pertanian Buleleng, I Nyoman Suwatantra.
Lebih lanjut Kabid Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Dinas Pertanian Buleleng Gede Arya Citra menjelaskan, dua lokasi ruas jalan usaha tani milik subak yang diperbaiki berdasar hasil Musrenbang masing-masing berada di Subak Lanyahan Desa Menyali, Kecamatan Sawan dengan dana DAK sebesar Rp 200 juta, dan Subak Bakti Marga Utama, Desa Panji Anon, Kecamatan Sukasada dengan dana DAK sebesar Rp 300 juta. “Berapa panjang yang bisa ditangani, disesuaikan dengan dananya. Tahun ini dananya memang sangat kecil, kami sudah ajukan lagi ke pemerintah pusat untuk tahun 2018, dengan nilai mencapai Rp 4 miliar,” terangnya. *k19
Sebagian besar dari mereka tidak punya akses jalan yang cukup lebar. Kelompok petani ini pun harus berjuang keras ketika membawa peralatan seperti traktor maupun mesin perontok pagi. Di sisi lain, alokasi dana perbaikan jalan subak atau jalan usaha tani masih sangat minim.
Petani sangat merasakan kendala infrastruktur akses jalan itu ketika memasuki musim jelang tanam padi dan musim panen.
Menjelang musim tanam padi, petani harus membajak sawah mereka. Belakangan petani lebih banyak menggunakan mesin traktor dalam membajak sawah. Kesulitan mereka, ketika harus membawa mesin traktor ke sawah yang hendak dibajak.
Karena ketiadaan akses jalan, petani harus membawa alat pembajak sawah modern itu melintasi rintangan semak, dan saluran irigasi persawahan. Tidak heran juga mereka harus memutar dengan jarak yang cukup jauh untuk sampai ditujuan.
Demikian juga ketika musim panen padi. Petani dari Sekaa Manyi (kelompok pemotong padi,red) harus memutar mencari jalur yang aman saat membawa mesin perontok padi sampai ke tujuan. Seperti terlihat, Minggu (7/5) sore sekelompok pemotong padi ini harus berjuang keras melewati rintangan semak membawa mesin perontok padi.
Di bawah guyuran hujan, mereka saling bahu membahu menarik dan menahan mesin perontok padi agar sampai di tujuan. Waktu yang diperlukan hingga mesin sampai di tujuan tergantung sulit tidaknya medan yang dilintasi. “Bise dua jam ngabe mesin, kene tongose liunan papagan. Ne aget ade abian dadi lewatin, lamun sing bange keweh sube ngabe. (Bisa dua jam bawa mesinnya. Apalagi aksenya kebanyakan gundukan. Ini beruntung ada tegalan masih bisa dilewati, kalau tidak diberikan melintas akan susah sekali,red),” ucap salah satu dari kelompok petani.
Sementara Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng menyebut penanganan infrastuktur jalan pertanian sebatas perbaikan dan pelebaran ruas jalan. Perbaikan dan pelebaran ruas jalan pertanian itu berdasar usulan hasil Musrembang. “Tahun ini kita hanya menangani dua ruas jalan di subak berbeda, melalui dana aloaksi khusus (DAK),” terang Kepala Dinas Pertanian Buleleng, I Nyoman Suwatantra.
Lebih lanjut Kabid Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Dinas Pertanian Buleleng Gede Arya Citra menjelaskan, dua lokasi ruas jalan usaha tani milik subak yang diperbaiki berdasar hasil Musrenbang masing-masing berada di Subak Lanyahan Desa Menyali, Kecamatan Sawan dengan dana DAK sebesar Rp 200 juta, dan Subak Bakti Marga Utama, Desa Panji Anon, Kecamatan Sukasada dengan dana DAK sebesar Rp 300 juta. “Berapa panjang yang bisa ditangani, disesuaikan dengan dananya. Tahun ini dananya memang sangat kecil, kami sudah ajukan lagi ke pemerintah pusat untuk tahun 2018, dengan nilai mencapai Rp 4 miliar,” terangnya. *k19
1
Komentar