BNPB Pasang Antena Penanda Erupsi Gunung Agung
AMLAPURA, NusaBali
Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa meresmikan pengoperasian antena penanda erupsi Gunung Agung di Banjar Temukus, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Sabtu (12/11).
Antena berketinggian 20 meter, dilengkapi panel surya dan 8 loudspeaker ini jika dibunyikan sebagai tanda ada bahaya, maka akan terdengar dalam radius 2 kilometer. Antena ini juga untuk pemantauan erupsi Gunung Agung ini dipasang bulan lalu, 2 buah masing-masing sebuah di Banjar Temukus, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, dan Banjar Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu. Satu antena bernilai Rp 40 juta. Antena ini bantuan dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
Guna menguatkan pancaran gelombang suara dari dua antena diperkuat antena dengan menggunakan alat tambahan di Banjar/Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, dan Banjar Sega, Desa Bunutan, Kecamatan Abang.
Wakil Bupati I Wayan Artha Dipa memaparkan pemasangan dua antena erupsi Gunung Agung di KRB (kawasan rawan bencana) III ini guna memudahkan pemberitahuan kepada masyarakat saat Gunung Agung erupsi. Caranya, dengan membunyikan sirine antena.
Di samping itu, kata dia, Pemkab Karangasem telah membangun jalur-jalur evakuasi dan fasilitas lain untuk memudahkan mitigasi bencana. Dengan fasilitas ini, masyarakat tidak lagi panik saat menghadapi erupsi Gunung Agung. Jika akan ada bencana, maka akan ada informasi dan perintah dari PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) Kementerian ESDM (Energi Sumber Daya Mineral). Informasi, antara lain tentang Gunung Agung dalam keadaan bahaya dengan status awas. Biasanya ditandai terjadi letusan hebat. Maka, saat itu antena tersebut dibunyikan dengan kendali dari Kantor BPBD Karangasem, Jalan Nenas, Amlapura.
Jelas Artha Dipa, sesuai UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pemasangan antena ini bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana, menjamin penyelenggaraan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh. ‘’Tak kalah penting, menghargai budaya lokal, membangun partisipasi, dan kemitraan publik, dan mendorong semangat gotong royong dan kesetiakawanan sosial,’’ kata I Wayan Artha Dipa.
Hadir pada acara peresmian tersebut, Sekda I Ketut Sedana Merta, Kepala Pelaksana BPBD Ida Bagus Ketut Arimbawa, Ketua Forum Perbekel Provinsi Bali I Gede Pawana, Perbekel Besakih I Wayan Benya, Bendesa Adat Temukus I Nengah Sindia, dan warga masyarakat.
Sekda I Ketut Sedana Merta mengapresiasi pemasangan antena erupsi Gunung Agung. Karena masyarakat akan mudah mengetahui ancaman Gunung Agung sejak dini, sehingga segera meninggalkan tempat tinggal terutama di KRB III. Apalagi ancaman bencana jenis primer akan langsung menimpa penduduk ketika letusan berlangsung akibat guguran lava pijar dan awan panas. "Sedangkan bahaya sekunder hanya lahar hujan, masih bisa dihindari. Sedangkan bahaya tersier, hanya mengakibatkan kerusakan lingkungan," katanya.*k16
Komentar