Lima Bulan Pasca Relokasi, Pedagang Pasar Seni Kuta Mulai Merasa Nyaman
MANGUPURA, NusaBali.com - Selama proses penataan fisik Pantai Samigita (Seminyak, Legian dan Kuta), para pedagang Pasar Seni Kuta sudah direlokasi dan mulai berjualan di depan eks Hotel Bali Anggrek Inn di Jalan Pantai Kuta, Kuta, Kabupaten Badung, sejak Senin (25/7/2022) silam.
Pasca direlokasi lima bulan yang lalu, para pedagang yang dulunya sempat mengeluh kini mulai bisa tersenyum. Pasalnya tempat Pasar Seni Kuta yang saat ini ditempati, tepat berada di samping wisata Pantai Kuta, sehingga banyak turis yang datang berkunjung sebelum dan selepas menikmati sunset di Pantai Kuta.
Salah satu pedagang yang menjual aneka baju pantai, Dewi, 50, mengatakan relokasi di kawasan ini cukup strategis karena berada di sepanjang kawasan Pantai Kuta.
“Selama pindah ke sini (tempat relokasi baru) sudah ada pendapatan dan kemajuan dibandingkan saat pandemi di tempat yang dulu. Tetapi memang tidak seramai sebelum pandemi dan itu wajar menurut saya,” ujar wanita yang tinggal di kawasan Desa Tuban, Kuta, Kamis (17/11/2022) sore.
Dengan lokasi yang sudah cukup strategis dan gampang dijangkau oleh turis, ia pribadi lebih suka berjualan di sini dibandingkan di Pasar Seni Kuta yang dulu yang diprediksi pembangunannya akan rampung pada bulan Desember mendatang.
“Karena di sana (Pasar Seni Kuta yang baru) kan gedung modern. Para wisatawan itu lebih suka di Pasar Seni seperti ini. Tetapi kalau pindah ke sana ya tidak kenapa. Karena di sini nanti bakal jadi tempat parkir,” paparnya sembari tertawa kecil.
Soal pendapatan memang ia katakan tidak sebanyak sebelum pandemi tahun 2020 silam. Namun pemasukan dari hasil berjualan selama satu hari ia rasa cukup untuk kehidupan sehari-hari.
“Sehari Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu bahkan lebih. Tergantung tamunya datang ramai atau tidak, konsumen pun campuran tidak ada yang mendominasi kalau di dagangan saya,” ujarnya.
Buka dari pukul 07.00-19.00 Wita, lapak para dagang souvenir di kawasan tersebut masih menggunakan tenda. Namun ada perubahan dari yang sebelumnya para pedagang kepanasan akibat terik matahari, kini terlihat dari pantauan di sepanjang tenda para lapak pedagang sudah diberikan shading net (jaring peneduh, Red).
Walaupun satu masalah sudah selesai, nampaknya masih saja ada kendala lainnya jika di kawasan tersebut terjadi hujan. Hal ini diungkapkan, salah satu pedagang yang tak jauh dengan dagangan Dewi, Kadek Dona, 55, berkata setiap pedagang harus cepat-cepat mengemas barang dagangannya jika sudah ada tanda-tanda akan terjadi hujan.
“Kalau hujan tidak bisa jualan karena anginnya kencang maka air hujan itu masuk ke sini, jadi baju atau barang dagangan basah semua. Airnya juga menggenang di sini. Terpaksa kalau sudah gerimis cepet-cepet rapihin barang. Itu kendalanya,” ujar Kadek Dona.
Walaupun selama musjim hujan ia merasa was-was. Namun ia tidak mengambil pusing terhadap kondisi ini, ia rasa para wisatawan terutama turis mancanegara lebih suka berbelanja ke tempat yang tradisional seperti lahan relokasi Pasar Seni Kuta saat ini.
“Yang dibangun itu kan seperti pasar modern. Sepertinya tamu lebih suka ke sini yang tradisional,” ujarnya.
Untuk dapat berjualan di lokasi relokasi saat ini menurutnya tidak membayar biaya yang cukup besar dan hanya membayar uang keamanan saja sebesar Rp 5.000. Sehingga dengan harga yang murah itu, pedagang lainnya, Tjok Mirah, 47, berharap jika nanti pedagang kembali ke Pasar Seni Kuta yang baru agar harga sewa yang dipatok tidak terlalu mahal.
“Semoga nanti kontrakannya murah dan terjangkau, itu saja harapan saya,” harapnya.
Ditanyai soal pendapatan, Tjok Mirah mengungkapan hasil penjualan sama saja sebelum dagangannya direlokasi.
“Pendapatan tidak menentu rata-rata laku dua pieces kalau sepi namun kalau ramai bisa sampai 10 pieces. Dan wisatawan yang sering belanja ke sini paling banyak turis dari Australia,” pungkas Tjok Mirah. *ris
1
Komentar