Seribu Cakep Lontar Dikonservasi, Kebanyakan Wariga
GIANYAR, NusaBali
Tim Konservasi Lontar Kabupaten Gianyar telah berhasil merawat lontar hampir seribu cakep.
Sebagian besar lontar Wariga, Sasana Kapamangkuan, Tutur, Kadyatmikan, dan Lontar Usadha. Lontar-lontar itu kebanyakan rusak dimakan rayap. Banyaknya cakep lontar yang berhasil dikonservasi menandakan warga makin terbuka dengan lontar dan sadar pentingnya konservasi.
Koordinator Konservasi Lontar, I Wayan Suarmaja, mengatakan hingga November 2022 sudah berhasil konservasi lontar seribuan cakep. Khusus di Kabupaten Gianyar belum ditemukan lontar yang unik, langka atau yang sangat tua. “Gaya penulisan pada lontar masih dengan aksara Bali pada umumnya. Kami belum menemukan gaya penulisan klasik,” ungkap Wayan Suarmaja, Kamis (18/11). Lontar yang unik pada gaya penulisan dengan aksara Bali tua pernah ditemukan di Buleleng sehingga untuk membacanya mengajak ahli sastra Bali.
Lontar yang banyak ditemukan di Gianyar lebih banyak berisi tentang Wariga, Sasana Kapamangkuan, Tutur, Kadyatmikan, dan Usadha. “Umumnya yang ditemukan lontar seperti itu, sebagian kecil ada puja mantra sulinggih,” ungkap Wayan Suarmaja. Hal lainnya, di setiap desa pasti ditemukan beberapa warga yang mengoleksi lontar, baik yang baru maupun warisan leluhur. Kondisi lontar sebagian sudah mengalami kerusakan akibat dimakan ngengat. “Kerusakan tergantung tempat penyimpanan. Jika tempat penyimpanan lembab, lontar mudah rusak,” jelas Wayan Suarmaja.
Mengakhiri Tahun 2022 di Gianyar, akan melakukan konservasi di Desa Blahbatuh dan sekitarnya. Diharapkan masyarakat yang memiliki koleksi lontar bersedia dikonservasi dan tidak menjadikan lontar sebagai hal yang angker sehingga berakhir lapuk. “Selama ini masyarakat sudah terbuka walau ada satu dua warga yang masih mengkultuskan lontar,” tambahnya. Di sisi lain, lontar yang sering dibuka atau dibaca justru lebih awet dibanding disimpan dalam peti. *nvi
1
Komentar