PKK Banjar Segara Kuta Raih Penghargaan MURI Kecak Perempuan Inovatif
MANGUPURA, NusaBali.com - PKK Banjar Segara Kuta raih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas inovasinya membuat terobosan baru, yakni, Kecak Perempuan Inovatif, di Pantai Jerman, Banjar Segara Kuta, Bali pada gelaran Bhinneka Pantai Jerman Bali Culture Festival, Jumat (25/11/2022) malam.
Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh budayawan Soegeng Rahardjo Djarot yang lebih dikenal dengan Eros Djarot kepada salah satu Tokoh Masyarakat Pejuang Perempuan atau yang menggagas Kecak Perempuan Inovatif, Ni Luh Gede Sri Mediastuti.
Eros Djarot menjelaskan jika ia mewakili untuk menyerahkan penghargaan MURI atas keinginan CEO MURI, Jaya Suprana dan Alyawati yang tidak bisa hadir karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan.
Penghargaan tersebut diberikan setelah para penari Kecak Perempuan Inovatif tampil selama 15 menit di hadapan para penonton.
Kata Eros Djarot dalam sambutannya, adapun alasan pihak MURI memberikan penghargaan ini karena adanya keberanian oleh ibu-ibu PKK Banjar Segara Kuta untuk melakukan terobosan, sehingga lahirlah bentuk kesenian baru yang secara fundamental sudah ada sejak lama.
“Akan tetapi tarian kecak ini kemudian dikembangkan secara inovatif ada tarinya, ada nyanyinya dan ada geraknya. Jadi kami tidak ada alasan lagi kecuali memberikan penghargaan dengan harapan para perempuan di Bali bangkit untuk mewarnai kesenian di bumi Bali ini. Itu harapannya,” ujar Eros Djarot, Jumat (26/11/2022) malam.
Di balik kesuksesan penampilan Kecak Perempuan Inovatif, ada Tokoh Masyarakat Pejuang Perempuan yang menggagas Kecak Perempuan Inovatif yakni Ni Luh Gede Sri Mediastuti.
Berawal dari pikirannya, Ni Luh Gede Sri Mediastuti ingin berusaha dan belajar memotivasi ibu-ibu PKK Banjar Segara Kuta agar bisa menari kecak dan menanamkan prinsip bahwa bukan laki-laki saja yang bisa menari kecak, tetapi para perempuan juga harus bisa.
“Kami belajar dari keluarga dari masyarakat apa yang harus kita kerjakan karena ini adalah gender. Bukan laki-laki saja yang bisa tetapi perempuan harus bisa. Jangan hanya bisa memasak tetapi juga bisa menari. Inilah yang terjadi karena perempuan ini adalah turunnya kebersamaan, menjadi duta perdamaian, dan jika tidak ada perempuan maka tidak akan bisa mendamaikan dunia,” ujar Ni Luh Gede Sri Mediastuti yang juga Ketua PKK Kelurahan Kuta dengan semangat.
Kecak Perempuan Inovatif ini mengusung tema ‘Maha Wira Angawa Santhi’ yang digarap oleh I Gusti Made Dharma Putra.
Pada malam penganugerahan ini, I Gusti Made Dharma Putra mendapatkan penghargaan spesial berupa medali dari MURI sebagai Konseptor dan Art Direction Kecak Perempuan Inovatif.
I Gusti Made Dharma Putra pun meluapkan kebahagiaannya karena dipercaya sebagai Konseptor dan Art Direction sekaligus menjadi pelatih Kecak Perempuan Inovatif.
“Ditunjuknya saya selaku Konseptor dan Art Direction pertunjukkan ini, saya merasa sangat bangga dan merasa sangat tertantang karena secara sajian pertunjukan ini kan kecak wanita yang pada biasanya itu ditarikan laki-laki. Mulai dari power dan dari segalanya memang beda dari perempuan. Nah ini saya formulasikan dengan kondisi dari ibu-ibu yang ada di Banjar Segara Kuta,” ujar I Gusti Made Dharma Putra ditemui seusai menerima penghargaan.
Penari kecak perempuan disebutkannya berjumlah 80 orang dan juga berkolaborasi dengan Komunitas Sanggar Seni Kuta Kumara Agung sebagai penari tambahan pada Kecak Perempuan Inovatif. Tidak hanya itu, ia juga dibantu oleh rekan lainnya yakni I Nyoman Tri Sugiantara, I Kadek Juniantara Tisna, dan I Wayan Adi Wiguna.
Salah satu penari kecak perempuan, AA Ratih Indu India Putri, 37, menjelaskan jika dirinya sama sekali tidak memiliki basic menari Bali. Namun karena semangat dan tekad yang kuat, ia mampu menyelesaikan pementasan kecak dari awal sampai akhir.
“Ada kesulitan karena dasarnya kita ini bukan penari, kita sudah Ibu-ibu yang badannya sudah tidak selincah anak muda. Demi membawa nama banjar kita semangat,” ujar AA Ratih Indu India Putri di sela-sela persiapan pementasan.
Semangat itupun menular kepada anggota lainnya yakni Susilowati, 52, wanita asal Banyuwangi, Jawa Timur yang sudah merantau ke Bali sejak tahun 1991.
“Tidak punya basic tari Bali karena saya berasal dari Banyuwangi dan suami saya asalnya Bali. walaupun begitu saya rasa tidak ada kesulitan karena ini tari kecak yang gerakan tarinya simpel dan tidak susah. Pokoknya kita layaknya seperti anak TK saja harus semangat,” ujarnya sumringah. *ris
Komentar