Proyek Jalan Putus di Banjar Angantiga Rampung Akhir Mei
Perbaikan jalan putus akibat longsor di Jalur Denpasar-Tembatan Tetinggi Tukad Bang-kung (Desa Pelaga) di wilayah Banjar Angantiga, Desa Petang, Kecamatan Petang, 30 November 2016 lalu, segera rampung.
MANGUPURA, NusaBali
Jalan putus yang perbaikannya menelan dana sekitar Rp 6,5 miliar ini ditargetkan sudah bisa dilalui kendaraan roda empat, akhir Mei 2017 nanti.
Kepala Bidang Sumber Daya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Badung, AA Gde Dalem, menyebutkan saat ini proses penguatan tebing di sisi barat badan jalan yang longsor itu sudah mendekati bagian atas. Jembatan gantung yang sebelumnya dibangun secara darurat untuk melintasnya kendaraan roda dua pun akan segera dibongkar.
Menurut AA Gde Dalem alias Gung Dalem, saat ini pelaksana proyek sedang kebut pemasangan layer (lapisan penguat tebing) di bagian atas. Secara keseluruhan, ada sekitar 60 layer yang dibuat dengan model konstruksi menggunakan geotekstil. “Bila tidak ada hambatan, pemasangan layer bagian atas akan selesai dalam dua hari ke depan,” ungkap Gung Dalem saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu (14/5).
Setelah pemasangan layer rampung, kata Gung Dalem, bisa segera dilakukan pemasangan saluran dari beton bertulang dengan bentuk penampang huruf U (U-Ditch) untuk irigasi yang jebol. “Setelah itu, barulah dilakukan penebaran agregat jalan (kerikil atau pasir, Red) untuk pondasi jalan,” terang Gung Dalem.
Namun, sebelum penebaran agregat jalan, jembatan gantung untuk penghubung sementara yang terbuat dari baja, lebih dulu akan dibongkar. Penebaran agregat jalan paling lambat pengerjaannya minggu depan. Itu artinya, paling lambat akhir Mei 2017 nanti jalan putus sudah bisa dilalui kendaraan roda empat, kendati proses pengaspalan sedang dilakukan.
Dengan begitu, pengendara dari arah utara (Jembatan Tertinggi Tukad Bangkung di Desa Pelaga) menuju Denpasar atau sebaliknya, tidak perlu lagi harus melalui jalur aletrnatif. "Paling tidak, akhir Mei 2017 nanti sudah selesai semuanya, termasuk pengaspalan jalan," tandas Gung Dalem.
Badan jalan pasca perbaikan setelah longsor tebing, kata Gung Dalem, diranjang dengan lebar 10 meter dan panjng 50 meter. Lebar dan dan panjang tersebut adalah jalan diaspal.
Badan jalan di wilayah Banjar Angantiga, Desa/Kecamatan Petang itu sendiri longsor, 30 November 2016 tengah malam pukul 24.00 Wita. Akibatnya, penduduk dari empat desa di wilayah Kecamatan Petang pun terisolasi, selain juga tersumbatnya air PDAM.
Awalnya, hampir seluruh badan jalan aspal selebar 6,5 meter amblas ke arah barat akibat longsor kali ini. Badan jalan longsor sepanjang 25 meter, hingga membentuk tebing seda-lam 70 meter. Badan jalan aspal yang tersisa di sisi timur hanya sekitar 0,5 meter. Dua hari kemudian, jalan aspal sudah tidak ada lagi alias amblas jadi tebing.
Gara-gara longsor tersebut, Dinas PURR Badung dan Polsek Petang buka dua jalur alter-natif rute Denpasar-Desa Pelaga (Kecamatan Petrang, Badung) dan sebaliknya. Karena jalannya sempit, terjal, tanpa penerangan, dan rawan longsor, kendaraan besar seperti Truk dan Bus dilarang melintas di jalur alternatif ini.
Jalur alternatif pertama, skenario untuk arus lalulintas dari selatan (Denpasar) menuju Jembatan Tertinggi Tukad Bangkung di Desa Pelaga, melalui Simpang Pasar Petang (Desa Petang)-Banjar Gunung Kaja (Desa Petang)-Banjar Agantiga (Desa Petang). Jalur alternatif pertama ini panjangnya sekitar 4 kilometer.
Sedangkan jalur altrnatif kedua, adalah skenario arus lalulintas dari arah utara (Desa Pelaga) menuju Denpasar. Jalur alternatif ini melalui Desa Sulangai (Kecamatan Petang)-Banjar Puncak Tedung (Desa Petang)-Banjar Munduk Damping (Desa Petang)-Banjar Kertha (Desa Petang). Jalur ini panjangnya mencapai sekitar 7 kilometer. *asa
Kepala Bidang Sumber Daya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Badung, AA Gde Dalem, menyebutkan saat ini proses penguatan tebing di sisi barat badan jalan yang longsor itu sudah mendekati bagian atas. Jembatan gantung yang sebelumnya dibangun secara darurat untuk melintasnya kendaraan roda dua pun akan segera dibongkar.
Menurut AA Gde Dalem alias Gung Dalem, saat ini pelaksana proyek sedang kebut pemasangan layer (lapisan penguat tebing) di bagian atas. Secara keseluruhan, ada sekitar 60 layer yang dibuat dengan model konstruksi menggunakan geotekstil. “Bila tidak ada hambatan, pemasangan layer bagian atas akan selesai dalam dua hari ke depan,” ungkap Gung Dalem saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu (14/5).
Setelah pemasangan layer rampung, kata Gung Dalem, bisa segera dilakukan pemasangan saluran dari beton bertulang dengan bentuk penampang huruf U (U-Ditch) untuk irigasi yang jebol. “Setelah itu, barulah dilakukan penebaran agregat jalan (kerikil atau pasir, Red) untuk pondasi jalan,” terang Gung Dalem.
Namun, sebelum penebaran agregat jalan, jembatan gantung untuk penghubung sementara yang terbuat dari baja, lebih dulu akan dibongkar. Penebaran agregat jalan paling lambat pengerjaannya minggu depan. Itu artinya, paling lambat akhir Mei 2017 nanti jalan putus sudah bisa dilalui kendaraan roda empat, kendati proses pengaspalan sedang dilakukan.
Dengan begitu, pengendara dari arah utara (Jembatan Tertinggi Tukad Bangkung di Desa Pelaga) menuju Denpasar atau sebaliknya, tidak perlu lagi harus melalui jalur aletrnatif. "Paling tidak, akhir Mei 2017 nanti sudah selesai semuanya, termasuk pengaspalan jalan," tandas Gung Dalem.
Badan jalan pasca perbaikan setelah longsor tebing, kata Gung Dalem, diranjang dengan lebar 10 meter dan panjng 50 meter. Lebar dan dan panjang tersebut adalah jalan diaspal.
Badan jalan di wilayah Banjar Angantiga, Desa/Kecamatan Petang itu sendiri longsor, 30 November 2016 tengah malam pukul 24.00 Wita. Akibatnya, penduduk dari empat desa di wilayah Kecamatan Petang pun terisolasi, selain juga tersumbatnya air PDAM.
Awalnya, hampir seluruh badan jalan aspal selebar 6,5 meter amblas ke arah barat akibat longsor kali ini. Badan jalan longsor sepanjang 25 meter, hingga membentuk tebing seda-lam 70 meter. Badan jalan aspal yang tersisa di sisi timur hanya sekitar 0,5 meter. Dua hari kemudian, jalan aspal sudah tidak ada lagi alias amblas jadi tebing.
Gara-gara longsor tersebut, Dinas PURR Badung dan Polsek Petang buka dua jalur alter-natif rute Denpasar-Desa Pelaga (Kecamatan Petrang, Badung) dan sebaliknya. Karena jalannya sempit, terjal, tanpa penerangan, dan rawan longsor, kendaraan besar seperti Truk dan Bus dilarang melintas di jalur alternatif ini.
Jalur alternatif pertama, skenario untuk arus lalulintas dari selatan (Denpasar) menuju Jembatan Tertinggi Tukad Bangkung di Desa Pelaga, melalui Simpang Pasar Petang (Desa Petang)-Banjar Gunung Kaja (Desa Petang)-Banjar Agantiga (Desa Petang). Jalur alternatif pertama ini panjangnya sekitar 4 kilometer.
Sedangkan jalur altrnatif kedua, adalah skenario arus lalulintas dari arah utara (Desa Pelaga) menuju Denpasar. Jalur alternatif ini melalui Desa Sulangai (Kecamatan Petang)-Banjar Puncak Tedung (Desa Petang)-Banjar Munduk Damping (Desa Petang)-Banjar Kertha (Desa Petang). Jalur ini panjangnya mencapai sekitar 7 kilometer. *asa
1
Komentar