Puri Karangasem Terima Pataka Catur Sagotra Nusantara
Panglingsir Puri Agung Karangasem, AA Gede Putra Agung, menerima Pataka Catur Sagotra Nusantara dari Raja Puro Pakualaman (Surakarta, Jawa Tengah), KPH Koesoemowinoto Praboewinoto, Minggu (15/5).
AMLAPURA, NusaBali
Pataka ini sekaligus sebagai simbol pengukuhan AA Gede Putra Agung menjadi Ketua Umum Catur Sagotra Nusantara masa bhakti 2017-2018, dalam prosesi yang digelar di Puri Agung Karangasem di Amlapura kemain.
Catur Sagotra Nusantara merupakan perkumpulan 7 keraton se-Nusantara, yang terdiri dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Jawa Tengah), Keraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (DI Jogjakarta), Pura Pakualaman (Jawa Tengah), Pura Mangkunegara (Jawa Tengah), Kasultanan Kasepuhan Cirebon, Kasultanan Samalanga (Aceh Darussalam), dan Puri Agung Karangasem (Bali).
Kendati perkumpulan ini beranggotakan 7 keraton, namun namanya tetap Catur Sagotra Nusantara. Pasalnya, perkumpulan ini awalnya didirikan oleh 4 keraton, yakni Kasunanan Surakarta, Kasultanan Ngayoyakarta Hadiningrat, Pura Mangkunegara, dan Pura Pakualamaan. Kemudian, tiga keraton lainnya ikut bergabung, termasuk Puri Agung Karangasem.
Masa jabatan Ketua Umum Catur Sagotra Nusantara digilir setiap setahun sekali oleh 7 panglingsir (pewaris tahta) keraton. Penobatan ketua umum yang baru selalu dilakukan pada acara HUT Catur Sagotra Nusantara. Panglingsir keraton mana yang dikukuhkan menjadi ketua umum, di keratonnya itulah puncak peringatan HUT Catur Sagotra Nusantara dilakukan.
Panglingsir Puru Agung Karangasem, AA Gede Putra Agung, dikukuhkan menjadi ketua umum saat peringatan HUT ke-4 Catur Sagotra Nusantara di Amlapura, Minggu, 14 Mei 2017. AA Gede Putra Agung menggantikan raja dari Puro Pakualaman, KPH Koesoemowinoto Praboewinoto.
Sebelum penyerahan Pataka Catur Sagotra Nusantara dari KPH Koesoemowinoto Praboewinoto kepada AA Gede Putra Agung di Puri Agung Karangasem, Minggu kemarin, diawali dengan prosesi kirab pataka yang diiringi gelar budaya. Kirab pataka dan gelar budaya ini diikuti trah dari 7 keraton.
Kirab pataka dan gelar budaya kemarin mengambil start di Pertigaan Jalan Sultan Agung Amlapura. Dari situ, peserta kirabn bergerak ke arah utara sejauh 150 meter menuju Puri Agung Karangasem. Sepanjang rute kirab tersebut, hanya ditandai atraksi budaya Tari Gebug Seraya dan Tari Rudat. Pentas budaya selanjutnya digelar di Puri Agung Karangasem.
Pantauan NusaBali, saat iring-iringan kirab pataka kemarin, posisi terdepan tampak menabuh tambur, disusul pengusung pasepan (bara api terbuat dari serpihan kayu bakar yang dibakar) yang dilakukan para wanita, selanjutnya iring-iringan canangsari. Di belakang mereka, barulah iring-iringan peserta kirab.
Setelah itu, barulah diusung Pataka Catur Sagotra Nusantara berupa bendera kebesaran, diikuti bendera Merah Putih, bendera Lambang Daerah Karangasem, bendera Amerta Jiwa, bendera Sri Nararya Kresna Kepakisan, atraksi baleganjur, pragina (penari) Tari Gebug dari Banjar Bungkulan, Desa Seraya Barat, Kecamatan Karangasem. Kemudian, disusul Tari Rudat dan terakhir barisan 40 pecalang Desa Pakraman Karangasem.
Setibanya di depan pintu gerbang Puri Agung Karangasem, rombongan dari 7 trah kera-ton disambut upacara Pabeakaon yang bertujuan untuk mengusir sifat-sifat jahat. Selanjutnya, AA Gede Putra Agung melakukan upacara Majaya-jaya di Puri Agung Karangasem, sebelum menerima Pataka Catur Sagotra Nusantara dari ketua umum lama KPH Koesoemowinoto Praboewinoto.
Upacara Pabeakaon dan Majaya-jaya kemarin dipuput Ida Pedanda Gde Oka Kemenuh dan Ida Pedanda Istri Ngurah Pidada, dua sulinggih dari Griya Katon Sudi Kemenuh, Kota Amlapura. Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa, dan sejumlah pejabat Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Karangasem juga ikut hadir menyaksikan acara di Puri Agung Karangasem kemarin.
Sementara itu, usai menyerahkan Pataka Catur Sogatra Nusantara kepada AA Gede Putra Agung, KPH Koesoemowinoto Praboewinoto berpesan agar terus menggali kearifan lokal yang terkandung di setiap keraton. "Tingkatkan semangat untuk menggali kearifan lokal, dalam upaya memperkuat jati diri," ujar KPH Koesoemowinoto.
Dalam kesempatan itu, KPH Koesoemowinoto sempat memaparkan penggunaan nama Catur Sogatra Nusantara, meskipun anggota perkumpulan sudah berkembang menjadi 7 keraton. “Catur Sagotra di sini artinya empat gatra (pesan), dengan misi utama Catur Sagotra Nusantara adalah persatuan, penggalian, pelestarian, dan pemanfaatan," katanya. *k16
Pataka ini sekaligus sebagai simbol pengukuhan AA Gede Putra Agung menjadi Ketua Umum Catur Sagotra Nusantara masa bhakti 2017-2018, dalam prosesi yang digelar di Puri Agung Karangasem di Amlapura kemain.
Catur Sagotra Nusantara merupakan perkumpulan 7 keraton se-Nusantara, yang terdiri dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Jawa Tengah), Keraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (DI Jogjakarta), Pura Pakualaman (Jawa Tengah), Pura Mangkunegara (Jawa Tengah), Kasultanan Kasepuhan Cirebon, Kasultanan Samalanga (Aceh Darussalam), dan Puri Agung Karangasem (Bali).
Kendati perkumpulan ini beranggotakan 7 keraton, namun namanya tetap Catur Sagotra Nusantara. Pasalnya, perkumpulan ini awalnya didirikan oleh 4 keraton, yakni Kasunanan Surakarta, Kasultanan Ngayoyakarta Hadiningrat, Pura Mangkunegara, dan Pura Pakualamaan. Kemudian, tiga keraton lainnya ikut bergabung, termasuk Puri Agung Karangasem.
Masa jabatan Ketua Umum Catur Sagotra Nusantara digilir setiap setahun sekali oleh 7 panglingsir (pewaris tahta) keraton. Penobatan ketua umum yang baru selalu dilakukan pada acara HUT Catur Sagotra Nusantara. Panglingsir keraton mana yang dikukuhkan menjadi ketua umum, di keratonnya itulah puncak peringatan HUT Catur Sagotra Nusantara dilakukan.
Panglingsir Puru Agung Karangasem, AA Gede Putra Agung, dikukuhkan menjadi ketua umum saat peringatan HUT ke-4 Catur Sagotra Nusantara di Amlapura, Minggu, 14 Mei 2017. AA Gede Putra Agung menggantikan raja dari Puro Pakualaman, KPH Koesoemowinoto Praboewinoto.
Sebelum penyerahan Pataka Catur Sagotra Nusantara dari KPH Koesoemowinoto Praboewinoto kepada AA Gede Putra Agung di Puri Agung Karangasem, Minggu kemarin, diawali dengan prosesi kirab pataka yang diiringi gelar budaya. Kirab pataka dan gelar budaya ini diikuti trah dari 7 keraton.
Kirab pataka dan gelar budaya kemarin mengambil start di Pertigaan Jalan Sultan Agung Amlapura. Dari situ, peserta kirabn bergerak ke arah utara sejauh 150 meter menuju Puri Agung Karangasem. Sepanjang rute kirab tersebut, hanya ditandai atraksi budaya Tari Gebug Seraya dan Tari Rudat. Pentas budaya selanjutnya digelar di Puri Agung Karangasem.
Pantauan NusaBali, saat iring-iringan kirab pataka kemarin, posisi terdepan tampak menabuh tambur, disusul pengusung pasepan (bara api terbuat dari serpihan kayu bakar yang dibakar) yang dilakukan para wanita, selanjutnya iring-iringan canangsari. Di belakang mereka, barulah iring-iringan peserta kirab.
Setelah itu, barulah diusung Pataka Catur Sagotra Nusantara berupa bendera kebesaran, diikuti bendera Merah Putih, bendera Lambang Daerah Karangasem, bendera Amerta Jiwa, bendera Sri Nararya Kresna Kepakisan, atraksi baleganjur, pragina (penari) Tari Gebug dari Banjar Bungkulan, Desa Seraya Barat, Kecamatan Karangasem. Kemudian, disusul Tari Rudat dan terakhir barisan 40 pecalang Desa Pakraman Karangasem.
Setibanya di depan pintu gerbang Puri Agung Karangasem, rombongan dari 7 trah kera-ton disambut upacara Pabeakaon yang bertujuan untuk mengusir sifat-sifat jahat. Selanjutnya, AA Gede Putra Agung melakukan upacara Majaya-jaya di Puri Agung Karangasem, sebelum menerima Pataka Catur Sagotra Nusantara dari ketua umum lama KPH Koesoemowinoto Praboewinoto.
Upacara Pabeakaon dan Majaya-jaya kemarin dipuput Ida Pedanda Gde Oka Kemenuh dan Ida Pedanda Istri Ngurah Pidada, dua sulinggih dari Griya Katon Sudi Kemenuh, Kota Amlapura. Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa, dan sejumlah pejabat Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Karangasem juga ikut hadir menyaksikan acara di Puri Agung Karangasem kemarin.
Sementara itu, usai menyerahkan Pataka Catur Sogatra Nusantara kepada AA Gede Putra Agung, KPH Koesoemowinoto Praboewinoto berpesan agar terus menggali kearifan lokal yang terkandung di setiap keraton. "Tingkatkan semangat untuk menggali kearifan lokal, dalam upaya memperkuat jati diri," ujar KPH Koesoemowinoto.
Dalam kesempatan itu, KPH Koesoemowinoto sempat memaparkan penggunaan nama Catur Sogatra Nusantara, meskipun anggota perkumpulan sudah berkembang menjadi 7 keraton. “Catur Sagotra di sini artinya empat gatra (pesan), dengan misi utama Catur Sagotra Nusantara adalah persatuan, penggalian, pelestarian, dan pemanfaatan," katanya. *k16
Komentar