Penyuluh Bahasa Bali Buat Buku Dharmaning Pemaculan
Penyuluh Bahasa Bali di Tabanan berencana membuat buku Dharmaning Pemaculan.
TABANAN, NusaBali
Buku ini dibuat karena Kabupaten Tabanan merupakan daerah agraris dengan julukan lumbung berasnya Bali. Buku Dharmaning Pemaculan juga dilengkapi glosari atau terjemahan istilah dunia pertanian.
Humas Penyuluh Bahasa Bali Ni Made Ari Tresnawati didampingi Koordinator Penyuluh Bahasa Bali di Tabanan, I Made Muliarta menjelaskan, ide membuat buku Dharmaning Pemaculan berawal dari usulan Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Kecamatan Penebel. Bahan buku bersumber dari lontar yang selama ini dikoservasi dan diidentifikasi. “Kami sudah bergerak mengumpulkan lontar-lontar terkait Dharmaning Pemaculan,” ungkap Ari Tresnawati, Senin (15/5).
Lontar Dharma Pemaculan yang telah ditemukan berisi padewasaan (hari baik) melaksanakan pertanian. Namun para penyuluh masih terus mencari dan mengungkap secara detail proses bertani yang baik berdasarkan lontar itu.”Kurang lebih baru 40 persen rampung ulasan yang kami garap,” bebernya.
Glosarium tentang makna istilah pertanian sudah rampung 50 persen. Pembuatan buku ini sekaligus untuk memberikan pembelajaran dan pemahaman terkait istilah pertanian berbahasa Bali untuk generasi muda. “Kami berupaya melestarikan warisan leluhur agar tidak luntur,” tandasnya. Setelah buku ini rampung, nantinya akan dipublikasikan ke krama subak di Tabanan melalui program sosialisasi ke subak-subak. * d
Humas Penyuluh Bahasa Bali Ni Made Ari Tresnawati didampingi Koordinator Penyuluh Bahasa Bali di Tabanan, I Made Muliarta menjelaskan, ide membuat buku Dharmaning Pemaculan berawal dari usulan Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Kecamatan Penebel. Bahan buku bersumber dari lontar yang selama ini dikoservasi dan diidentifikasi. “Kami sudah bergerak mengumpulkan lontar-lontar terkait Dharmaning Pemaculan,” ungkap Ari Tresnawati, Senin (15/5).
Lontar Dharma Pemaculan yang telah ditemukan berisi padewasaan (hari baik) melaksanakan pertanian. Namun para penyuluh masih terus mencari dan mengungkap secara detail proses bertani yang baik berdasarkan lontar itu.”Kurang lebih baru 40 persen rampung ulasan yang kami garap,” bebernya.
Glosarium tentang makna istilah pertanian sudah rampung 50 persen. Pembuatan buku ini sekaligus untuk memberikan pembelajaran dan pemahaman terkait istilah pertanian berbahasa Bali untuk generasi muda. “Kami berupaya melestarikan warisan leluhur agar tidak luntur,” tandasnya. Setelah buku ini rampung, nantinya akan dipublikasikan ke krama subak di Tabanan melalui program sosialisasi ke subak-subak. * d
Komentar