10 Bulan, Ekspor Bali Capai Rp 7,8 T
Nilai ekspor ke Tiongkok tercatat naik paling tinggi secara bulanan sampai 67,56%
DENPASAR,NusaBali
Kinerja ekspor Bali menunjukkan perbaikan dalam 10 bulan terakhir, Januari- Oktober 2022. Kumulatif nilai ekspor Bali tercatat 508.6 juta dollar AS ( Rp 7,8 trilun),naik 24,79 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 407,5 juta dollar AS (Rp 6,2 triliun).
Amerika Serikat tercatat sebagai pangsa ekspor terbesar dengan share 32,91 persen (Rp 2,5 triliun). Disusul Singapura, 10,52 persen, Australia 9,64 persen , Jepang 3,93 persen dan Tiongkok 3,46 persen hingga ke -10 yakni Taiwan2,62 persen.
Sedang secara bulanan, nilai ekspor Bali turun 4,28 persen. Dari 55.331.460 dollar AS (Rp 853,6 miliar) pada bulan September berkurang menjadi 52.961.625 dollar AS (Rp 817 miliar). Secara year on year (yoy) nilai ekspor Bali pada Oktober 2022, lebih tinggi dibanding dengan Oktober 2021. Atau naik 7.22 persen.
BPS Provinsi Bali mencatat dari 5 besar negara tujuan ekspor Bali pada bulan Oktober 2022, nilai ekspor ke Tiongkok tercatat naik paling tinggi, secara month to month atau bulanan, naik 67,56 persen.
“Peningkatan disebabkan karena naiknya ekspor produk ikan, krustasea dan moluska,” jelas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Hanif Yahya, Minggu(4/12).
Di pihak lain secara kumulatif nilai impor Bali Januari-Oktober 2022 tercatat Rp1,08 triliun) atau naik 116,75 persen dibanding periode yang sama tahun 2021 senilai 30.451.927 dollar AS (Rp 469,8 juta).
Dari pemaparan Hanif Yahya, Amerika Serikat menjadi negara asal impor dengan nilai Rp 297 miliar atau 29,22 persen. Disusul impor dari Tiongkok, Hongkong, Singapura dan Australia ke -5. Dan terakhir yang ke -10 impor dari Meksiko.
Pengamat ekonomi dari Undiknas, Denpasar Prof Raka Suardana menyatakan, disaat pariwisata Bali masih belum optimal, ekspor barang memang merupakan salah satu yang harus diitensifikan digenjot. Tujuannya agar semakin banyak devisa yang masuk. Apalagi sampai surplus.
“Itu bagus,” ujarnya. Karena jika ekspor lebih besar dari impor itu artinya cadangan devisa dari daerah atau negara bersangkutan. “Memang sesederhana itu,” ujarnya.
Jika sebaliknya, impor lebih tinggi, itu artinya devisa lebih banyak keluar dibandingkan dari pada yang masuk.Karena itu memang harus diusahakan agar transaksi neraca perdagangan (luar negeri) agar surplus.
Khusus untuk Bali, ketika pariwisata belum juga optimal, maka ekspor lah salah satu jalan untuk menggenjot penambahan devisa. Memang beberapa pasar seperti di Eropa melemah, namun masih ada pasar- pasar lain seperti di kawasan Asia misalnya yang harus terus digenjot, agar surplus nilai ekspor tetap terjaga. K17.
Komentar