Pasar Loak Kreneng Impikan Akses
Dengan adanya akses jalan sepeda motor seperti jalur sepeda motor ataupun eskalator, maka transaksi jual-beli akan lebih mudah.
Guna Mempermudah Konsumen Naik Lantai III Pasar Kreneng
DENPASAR, NusaBali
Sekitar 1,5 tahun menempati lahan jualan baru di lantai III Pasar Kreneng Denpasar, eks pedagang pasar loak Jalan Gunung Agung Denpasar mengaku masih tak secerah saat mengais rupiah di lokasi lama. Diakui oleh para pedagang bahwa lokasi di lantai III membuat pelanggan ada keengganan untuk naik ke atas. “Kalau dulu di Jalan Gunung Agung lebih ramai, ujar Amir Mahmud, seorang pedagang, Rabu (17/5).
Amir Mahmud, mengatakan hal itu karena dia sudah lebih dari 20 tahun menjadi pedagang barang loak. Sehingga relatif tahu riwayat pasar loak. “Sejak rambut saya belum uban, sehingga saya tahu,” ujar lelaki asal Madura, Jatim.
Selain karena gambaran soal pasar loak sudah sejak lama identik pasar loak di Jalan Gunung Agung, Amir Mahmud menduga belum ramainya pasar loak Kreneng,lokasi pasar yang berada di lantai atas lantai tiga. “Jadi memang belum banyak yang tahu,” ujar Amir Mahmud.
Jadi untuk naik ke lantai tiga, pengunjung juga ogah. Pembeli yang mencoba memasang barang pada sepeda motor mereka, tidak memungkinkan. “Dulu kalau di jalan Gunung Agung kan bisa langsung dicoba di jalan. Sedang di sini tidak bisa,”kata Amir Mahmud.
Karenanya kalangan pedagang, punya ‘mimpi’ suatu saat ada akses naik sepeda motor ke lantai atas. “Siapa tahu bisa, agar lebih ramai,” ujar pedagang lainnya.
Dalam pandangan awam pedagang, hal itu memungkinkan dari sisi barat. “ Karena lahan di barat kan masih milik pasar,” tambahnya.
Meski mengaku ‘terbatas’ akses, para pedagang memuji lokasi atau tempat jualan sekarang, lebih bagus, lebih lapang dibanding di lokasi pasar loak lama di Jalan Gunung Agung. Terus, tidak ada pedagang yang di depan maupun di belakang, sehingga suasana pasar jadi lebih adil. “Kalau dulu di jalan Gunung Agung, pedagang yang dibelakang kesulitan dapat pembeli,” ujar Imam, pedagang lainnya.
Imam mencontohkan dirinya. Saat di lokasi pasar loak lama di Jalan Gunung Agung, Imam merupakan salah seorang pedagang yang kiosnya berada di belakang (selatan). “Saya merasakan itu, jarang pembeli yang sampai di belakang,” ungkap Imam.
Hal itu lantaran pembeli atau pengunjung, begitu turun dari jalan kemudian masuk pasar di pinggir jalan dan melihat langsung kios yang berada di depan. “Jadi lebih adil rasanya,” lanjut Iman. Seperti pedagang lainnya, dia juga berharap nanti ada jalan, cukup untuk sepeda motor sampai ke lantai tiga. “ Siapa tahu ada keajaiban,” ucapnya.
Terpisah Direktur PD Pasar I Made Westra, mengakui masih ‘sepinya’ pengunjung pasar loak. “ Istilah para pedagang, pengunjung ogah naik karena berada di lantai tiga,” kata Westra.
Menurutnya itu memang salah satu persoalan keberadaan pasar loak. Persoalan lain, adalah keterbatasan tempat parkir dan akses menuju pasar. “Untuk akses, semua pintu masuk (empat pintu) semua kita buka,” jelasnya. Termasuk nanti kalau memungkinan membuat perencanaan, membuat akses langsung misalnya eskalator, sehingga memudahkan pedagang maupun pedagang mengangkut barang. “ Kita lihat nanti perencanaannya,” jelasnya.
Jumlah pedagang pasar loak 149 pedagang dari 205 potensi. Namanya saja pasar loak, yang dijual sebagian besar suku cadang atau barang loakan, namun masih layak pakai. Harganya tentu lebih murah dibanding barang grass di toko atau dealer. Namun tidak selalu demikian, untuk spareparts langka, dari sepeda motor atau mobil merk lama, bisa jadi harganya lumayan tinggi. “ Karena barangnya kan memang langka,” ucap Amir Mahmud. *k17
DENPASAR, NusaBali
Sekitar 1,5 tahun menempati lahan jualan baru di lantai III Pasar Kreneng Denpasar, eks pedagang pasar loak Jalan Gunung Agung Denpasar mengaku masih tak secerah saat mengais rupiah di lokasi lama. Diakui oleh para pedagang bahwa lokasi di lantai III membuat pelanggan ada keengganan untuk naik ke atas. “Kalau dulu di Jalan Gunung Agung lebih ramai, ujar Amir Mahmud, seorang pedagang, Rabu (17/5).
Amir Mahmud, mengatakan hal itu karena dia sudah lebih dari 20 tahun menjadi pedagang barang loak. Sehingga relatif tahu riwayat pasar loak. “Sejak rambut saya belum uban, sehingga saya tahu,” ujar lelaki asal Madura, Jatim.
Selain karena gambaran soal pasar loak sudah sejak lama identik pasar loak di Jalan Gunung Agung, Amir Mahmud menduga belum ramainya pasar loak Kreneng,lokasi pasar yang berada di lantai atas lantai tiga. “Jadi memang belum banyak yang tahu,” ujar Amir Mahmud.
Jadi untuk naik ke lantai tiga, pengunjung juga ogah. Pembeli yang mencoba memasang barang pada sepeda motor mereka, tidak memungkinkan. “Dulu kalau di jalan Gunung Agung kan bisa langsung dicoba di jalan. Sedang di sini tidak bisa,”kata Amir Mahmud.
Karenanya kalangan pedagang, punya ‘mimpi’ suatu saat ada akses naik sepeda motor ke lantai atas. “Siapa tahu bisa, agar lebih ramai,” ujar pedagang lainnya.
Dalam pandangan awam pedagang, hal itu memungkinkan dari sisi barat. “ Karena lahan di barat kan masih milik pasar,” tambahnya.
Meski mengaku ‘terbatas’ akses, para pedagang memuji lokasi atau tempat jualan sekarang, lebih bagus, lebih lapang dibanding di lokasi pasar loak lama di Jalan Gunung Agung. Terus, tidak ada pedagang yang di depan maupun di belakang, sehingga suasana pasar jadi lebih adil. “Kalau dulu di jalan Gunung Agung, pedagang yang dibelakang kesulitan dapat pembeli,” ujar Imam, pedagang lainnya.
Imam mencontohkan dirinya. Saat di lokasi pasar loak lama di Jalan Gunung Agung, Imam merupakan salah seorang pedagang yang kiosnya berada di belakang (selatan). “Saya merasakan itu, jarang pembeli yang sampai di belakang,” ungkap Imam.
Hal itu lantaran pembeli atau pengunjung, begitu turun dari jalan kemudian masuk pasar di pinggir jalan dan melihat langsung kios yang berada di depan. “Jadi lebih adil rasanya,” lanjut Iman. Seperti pedagang lainnya, dia juga berharap nanti ada jalan, cukup untuk sepeda motor sampai ke lantai tiga. “ Siapa tahu ada keajaiban,” ucapnya.
Terpisah Direktur PD Pasar I Made Westra, mengakui masih ‘sepinya’ pengunjung pasar loak. “ Istilah para pedagang, pengunjung ogah naik karena berada di lantai tiga,” kata Westra.
Menurutnya itu memang salah satu persoalan keberadaan pasar loak. Persoalan lain, adalah keterbatasan tempat parkir dan akses menuju pasar. “Untuk akses, semua pintu masuk (empat pintu) semua kita buka,” jelasnya. Termasuk nanti kalau memungkinan membuat perencanaan, membuat akses langsung misalnya eskalator, sehingga memudahkan pedagang maupun pedagang mengangkut barang. “ Kita lihat nanti perencanaannya,” jelasnya.
Jumlah pedagang pasar loak 149 pedagang dari 205 potensi. Namanya saja pasar loak, yang dijual sebagian besar suku cadang atau barang loakan, namun masih layak pakai. Harganya tentu lebih murah dibanding barang grass di toko atau dealer. Namun tidak selalu demikian, untuk spareparts langka, dari sepeda motor atau mobil merk lama, bisa jadi harganya lumayan tinggi. “ Karena barangnya kan memang langka,” ucap Amir Mahmud. *k17
1
Komentar