Ditinggal Kundangan, Rumah Warga di Pupuan Terbakar karena Dupa
TABANAN, NusaBali
Rumah semi permanen milik Dewa Nyoman Ardana, 42, di Banjar Dinas Munduktemu Kelod, Desa Munduktemu, Kecamatan Pupuan, Tabanan, terbakar pada Rabu (14/12) karena api dupa.
Akibat peristiwa ini uang korban senilai Rp 1 juta lebih hangus. Kapolsek Pupuan AKP I Made Budiarta, menjelaskan kebakaran terjadi Rabu pagi sekitar pukul 08.10 Wita. Kondisi rumah korban ini sepi karena ditinggal kundangan ke rumah saudaranya di Desa Pajahan, Kecamatan Pupuan.
Saat masih ada di Pajahan, korban mendapat informasi bahwa rumahnya terbakar. Dan untuk memastikan informasi itu korban sempat menghubungi mantan perbekel I Nyoman Winiantara alias Mank Full Gendeng, yang rumahnya satu banjar dengan korban. “Ternyata dari informasi yang didapat korban, memang rumahnya yang terbakar,” kata AKP Budiarta.
Menurut AKP Budiarta, korban ini sempat kaget dan shock akan peristiwa ini, sehingga saat menerima informasi rumahnya terbakar korban sempat terduduk di Kantor Desa Pajahan sambil menghubungi rekan korban. “Korban pulang setelah dijemput keluarganya,” katanya.
Akibat peristiwa kebakaran ini seluruh rumah dan isinya hangus. Sebab rumah korban berukuran 8 meter x 6 meter ini masih semi permanen sehingga mudah terbakar. Adapun yang terbakar ini 1 unit TV 21 inc, 3 buah kasur, 1 buah sepeda anak, 1 buah alat semprot padi, beberapa setel pakaian, dan uang tunai Rp. 1.100.000. Total kerugian korban mencapai Rp 25 juta.
AKP Budiarta menambahkan, kebakaran ini dipicu oleh dupa. Sebab sebelum korban Dewa Nyoman Ardana meninggalkan rumah, sempat sembahyang dan tidak memadamkan api dupa. “Api berhasil dipadamkan oleh warga secara manual menggunakan ember maupun selang,” tegasnya.
Terpisah, Perbekel Munduktemu I Gusti Made Ardana mengatakan akibat kebakaran ini pihaknya sudah melaporkan ke BPBD Tabanan. Rencananya BPBD turun ke lapangan Kamis (15/12), langsung membawa sembako. “Rumahnya terbakar dalam keadaan kosong karena ditinggal kundangan, sementara anaknya sekolah,” ucapnya.
Dia pun mengakui korban Dewa Nyoman Ardana ini adalah keluarga tak mampu. Dia sudah masuk dalam data DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial). “Korban ini pekerjaannya hanya petani penggarap, sementara 2 anaknya baru SD, kelas 2 dan kelas 6,” tandas Ardana. *des
Komentar