Desa Wisata Dukuh Penaban Raih Indonesia Museum Award 2022
AMLAPURA, NusaBali
Desa Wisata Desa Adat Dukuh Penaban, Kecamatan Karangasem, secara kontinyu melakukan penyelamatan lontar dengan mendirikan Objek Wisata Museum Pustaka Lontar.
Desa ini pun menyabet penghargaan Indonesia Museum Award 2022. Penghargaan itu masuk kategori museum inspiratif.
Penghargaan terhadap pengelola museum dan tokoh permuseuman itu diselenggara atas inisiatif Komunitas Jelajah. Penyerahan penghargaan berlangsung di Auditorium Gedung IV Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia , Depok, Jakarta Barat, Selasa (20/12).
Pihak Desa Wisata Desa Adat Dukuh Penaban yang menerima penghargaan diwakili warga Desa Adat Dukuh Penaban yang tinggal di Jakarta, I Ketut Sudiana. "Ini apresiasi tingkat nasional, memotivasi untuk keberlangsungan keberadaan Objek Wisata Museum Pustaka Lontar di Desa Adat Dukuh Penaban," jelas Ketua Desa Wisata Desa Adat Dukuh Penaban I Nengah Sudana di Banjar Adat Dukuh Bukit Ngandang, Desa Adat Dukuh Penaban, Kecamatan Karangasem, Rabu (21/12).
Sudana yang juga Penyarikan Desa Adat Dukuh Penaban memaparkan, Indonesia Museum Award merupakan ajang tahunan untuk memberikan penghargaan kepada pengelola museum dan tokoh permuseuman di Indonesia. Penghargaan untuk pekerja bidang sejarah, keperbukalaan, untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap sejarah keperbukalaan dan permuseuman. Di samping, itu untuk menginspirasi generasi muda untuk terus belajar dan mencintai warisan budaya bangsa.
Desa Wisata Desa Adat Dukuh Penaban mengikuti seleksi secara daring (dalam jaringan). Dalam lomba itu tersedia penghargaan untuk enam kategori penyelenggara museum, dan empat kategori untuk para tokoh yang peduli terhadap kemajuan museum di Indonesia.
Enam kategori itu, museum pemrakarsa kesehatan dan kesejahteraan, museum komunikatif, museum kolaborasi, museum inspiratif, museum adaptasi baru, museum kreatif dan duta museum.
Lomba di bawah koordinasi Ketua Pelaksana Ciwuk Musiana Yudhawasthi, dengan melibatkan Ketua Dewan Juri Prof Dr Wiendu Nuryanti MArch PhD selaku budayawan dan guru besar UGM, Prof Dr Ir Indroyono Soesilo selaku tokoh masyarakat, Samuel Wattimena dari unsur desainer, Anggit Hernowo dari unsur jurnalis, Yadi Hendriana unsur jurnalis, dan Yuliandre Darwis unsur pakar komunikasi.
"Saya presentasikan keberadaan Objek Wisata Museum Pustaka Lontar, dengan memperlihatkan 250 cakep lontar yang tersimpan, ada tempat belajar nyurat aksara Bali di daun lontar, lengkap dengan fasilitas pisau, bantalan, dan kertas lontar," jelasnya.
Lontar-lontar yang tersimpan dan diperlihatkan di antaranya, lontra widhi sastra, puja lan mantra, kapamangkuan, sesana, tatwa, tutur, kidung lan paparikan, gaguritan, kakawin, plelutuk bebantenan, babad, parwa kanda, usadha, wariga, awig, usada Bali, dewasa ayu, pangeling-eling dan sebagainya.
Museum Pustaka Lontar ini berdiri sejak Selasa (14 November 2017), di lahan milik Desa Adat Dukuh Penaban, seluas 1,5 hektare. Setiap hari ada pemerhati lontar yang siap memberikan pelatihan kilat tata cara nyurat aksara Bali di daun lontar, dikoordinasikan Ida I Dewa Gede Catra.
Bendesa Adat Dukuh Penaban I Nengah Suarya, merasa termotivasi untuk berbuat lebih baik. "Awalnya bertujuan menyelamatkan lontar milik masyarakat tersimpan di museum, ternyata membuahkan prestasi," jelasnya. *k16
1
Komentar