Penataan Pantai Samigita Tak Selesai Tepat Waktu
Dinas PUPR Badung Beri Perpanjangan Hingga Februari 2023
MANGUPURA, NusaBali
Proyek penataan Pantai Seminyak, Legian dan Kuta (Samigita) yang sedianya tuntas pada Desember 2022, mendapatkan perpanjangan waktu pengerjaan selama 42 hari kalender.
Sebab sejumlah kendala dialami di lapangan, mulai dari kondisi alam hingga unsur secara niskala. Meski demikian, hingga tutup tahun 2022 dipastikan penataan Pantai Samigita sudah rampung 95 persen.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Badung Ida Bagus Surya Suamba, mengatakan sesuai kontrak penataan Pantai Samigita sejatinya harus sudah selesai per 26 Desember 2022. Namun karena beberapa faktor kendala, sehingga tidak dapat terpenuhi. Setelah melalui kajian teknis serta dasar hukum, akhirnya dilakukan addendum kontrak dengan memberikan tambahan waktu pelaksanaan selama 42 hari.
Adapun beberapa pekerjaan yang belum bisa diselesaikan sesuai jadwal seperti, pembangunan tsunami shelter Seminyak, Kantor Bersama Seminyak, TPS Seminyak serta pekerjaan pelebaran pedestrian depan Hard Rock hingga Pullman. Hingga akhir 2022 dipastikan seluruh pengerjaan mencapai 95 persen, sehingga 5 persen lagi akan dilanjutkan pada pada 2023.
“Realisasi pekerjaan hingga 24 Desember 2022 mencapai 92,7 persen, dan hingga akhir tahun diperkirakan sudah mencapai 95 persen. Sesuai perpajangan waktu yang diberikan, penataan akan rampung sepenuhnya pada 6 Februari 2023,” ujar Surya Suamba saat menyampaikan laporan realisasi proyek penataan Pantai Samigita, Sabtu (24/12).
Dikatakan, ada beberapa hal yang melatarbelakangi perpanjangan waktu di antaranya, terdapat perubahan karena kondisi eksisting, karena kondisi alam, koordinasi dengan instansi terkait dan sosial ekonomi masyarakat, sehingga menyebabkan perubahan-perubahan dan penundaan kegiatan yang mempengaruhi jadwal pelaksanaan pekerjaan. “Ada banjir rob dan kiriman air dari hulu sungai yang terjadi sempat menyulitkan atau menghambat pengerjaan tsunami shelter. Kemudian pada pelaksanaan KTT G20, semua kegiatan juga harus dihentikan. Ada juga pedagang yang sempat menolak direlokasi, padahal cuma bergeser sedikit,” jelas Surya Suamba.
Masih menurut Surya Suamba, selama pengerjaan unsur secara niskala juga tidak bisa dipungkiri sempat menjadi kendala. Seperti misalnya mesin mendadak mati, hingga patung tak bisa diangkat. Mesin mendadak mati, bor tidak bisa menembus tanah, dan crane juga sempat tidak mampu mengangkat patung. “Sebetulnya, upacara secara umum sudah kita lakukan. Tapi ternyata dalam pengerjaan di lapangan, beberapa tempat khusus harus dilakukan upacara juga. Begitu dilaksanakan upacara secara niskala, semua bisa dilaksanakan dengan lancar. Bahkan patung yang sebelumnya sulit diangkat, pengerjaannya justru jauh lebih cepat dari jadwal,” kata Surya Suamba. *ind
1
Komentar