Siswa SLB Menari Handalkan Bahasa Isyarat
AMLAPURA, NusaBali - Siswa berkebutuhan khusus dari SLB (Sekolah Luar Biasa) Negeri Karangasem, dengan keterbatasan fisik, masih mampu mementaskan tari lepas. Hanya saja, di setiap pentas selalu di bawah kendali guru pengajar dengan memberikan petunjuk melalui bahasa isyarat.
Siswa yang menari mesti selalu memperhatikan arahan dari guru pengajar yang berada di depan panggung. Seperti saat siswa mementaskan salah satu tari lepas saat pembukaan Job Fair Karangasem 2022, gebyar ketenagakerjaan dan launching ULD (unit layanan disabilitas) di Aula Dinas Ketenagakerjaan Karangasem Jalan Ahmad Yani Amlapura, Kamis (10/11) lalu
Dua guru tari yang memberikan arahan melalui bahasa isyarat selama penari pentas di atas panggung, I Gusti Ayu Ratnawati dan I Gusti Ayu Erawati. Hadir juga Kasek SLBN Karangasem Mudi Dwikorahesti. Mudi Dwikorahesti memaparkan, di sekolahnya ada ekstrakurikuler tari, latihannya tiap Jumat, untuk siswa SD, SMP dan SMA, khusus untuk siswa berkebutuhan khusus tuna rungu wicara dan tuna grahita.
Kata dia, cara latihannya juga tergolong unik. Untuk mempelajari salah satu jenis tari terlebih dahulu memutar video tari tersebut. Selanjutnya mesti menguasai hitungan tabuh, agar paham untuk tanjek kanan, dan tanjek kiri. Setelah itu memulai pasang agem tangan kanan dan kiri, berlanjut dengan hitung-hitungan.
"Siswa akan mampu menguasai satu jenis tari, memerlukan waktu hingga 3-4 bulan. Meski demikian saat pentas tetap dapat arahan dan petunjuk dengan bahasa isyarat, di mana guru tarinya ikut menari dari depan, siswa mengikutinya, agar antara tarian dengan tabuh sesuai," jelas Mudi Dwikorahesti.
Pembina tari I Gusti Ayu Ratnawati mengatakan, melatih siswa berkebutuhan khusus mesti sabar. Setelah sekitar dua tahun latihan, telah mampu menguasai jenis tari margapati, sekar jagat, pendet, panyembrama dan legong keraton.
Walau mendalami tari pendet, siswa kurang memahami ternyata itu adalah tari wali yang disakralkan, hanya pentas saat ada upacara. Di samping tari wali itu, dilandasi konsep, satyam, siwam dan sundaram, yakni kebenaran, kesucian dan keindahan.
Mereka secara fisik juga hanya merasakan ada keindahan karena berbusana penari dengan wajah bersolek. Mereka terlihat lebih cantik dari biasanya.
I Gusti Ayu Ratnawati mengatakan, walau siswa bertahun-tahun latihan, wajib mendapatkan pendampingan di setiap pentas. Siswa juga telah paham, kapan masuk panggung langsung memulai menari karena konsentrasi siswa sebelum menari tertuju kepada guru tari yang telah bersiap-siap ada di depan panggung. "Begitu ada isyarat memulai menari, langsung penarinya menari mengikuti gerak tari arahan guru tari," katanya.
Sepintas, penonton yang hadir di lapangan, tidak ada yang tahu, penari itu dari siswa berkebutuhan khusus. Sebab, guru tarinya berada di susut panggung, sedangkan penonton konsentrasinya kepada penari.7k16
Komentar