Karakter Pasar Beda, Munduk Lengang Wisman Saat Nataru
DENPASAR,NusaBali
Tidak semua kawasan wisata di Bali menerima limpahan wisatawan pada puncak perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Salah satunya kawasan wisata Desa Wisata (Dewi) Munduk, Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng. Di saat di kawasan lain ramai Dewi Munduk malah ‘sepi’ wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara.
Namun minimnya wisman di Munduk, bukan karena kawasan ini tidak menarik. Melainkan karena karakter dan segmen pasar dari Munduk yang tidak sama dengan dewi lain.
“Munduk merupakan kawasan wisata pegunungan, tipikal wisatawan juga berbeda,” terang Ketua Ikatan Akomodasi Munduk (IAM) I Ketut Edi Astana, Senin (26/12).
Karena itulah umumnya wisatawan yang suka dan kerap menginap di Munduk adalah wisatawan yang suka dengan alam pegunungan, yang sejuk dengan suasana pedesaan dan perkebunan. Antara lain kebun kopi, kebun cengkeh dan lainnya.
Menurut Edi Astana, kunjungan wisman ke Munduk biasanya berlangsung dari bulan Juni, Juli, Agustus dan September. Setelah itu biasanya kunjungan terus menurun. Termasuk pada Desember merupakan waktu yang tergolong tidak ramai.
“Apalagi dengan cuaca ekstrem, angin kencang dan hujan lebat,” terang pemilik Edy Home Stay yang juga Sekretaris Buleleng Home Stay Association (BUHSA).
Wisman Eropa diantaranya dari Prancis dan negara- negara lainnya juga tidak kelihatan . Karena itulah mengapa ketika saat puncak Nataru sekarang ini, kawasan wisata Munduk menjadi lengang.
“Memang berbeda dengan kawasan wisata di perkotaan atau kawasan pesisir,” kata Edi Astana. Namun sebelumnya terkait perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di kawasan Nusa Dua pada November lalu, Munduk sempat menerima limpahan wisatawan. Tingkat hunian pun saat itu sampai 70 persen.
Untuk diketahui Munduk, merupakan salah satu desa wisata di kawasan Bali utara. Desa ini memiliki daya tarik wisata Danau Tamblingan dan kawasan hutan sekitarnya serta Air Terjun Tanah Merah. Sebagai penunjang tujuan wisata, di Munduk tidak kurang ada 60 home stay, yang dikelola warga setempat. *K17
1
Komentar