Warga Belandingan Tewas Dibunuh Kerabat
Kakak beradik warga Desa Belandingan, Kintamani, menganiaya kerabatnya kemudian membuang mayatnya ke jurang. Penganiayaan itu diperkirakan disaksikan anak korban yang masih usia 2,5 tahun.
BANGLI, NusaBali
Warga Banjar/Desa Belandingan, Kecamatan Kintamani, Bangli dihebohkan oleh penemuan jenazah I Nyoman Rai, 36, tepat saat Hari Raya Galungan pada Buda Kliwon Dungulan, Rabu (4/1/2023). Nyoman Rai meninggal setelah mengalami penganiayaan yang dilakukan oleh kerabatnya, yang diduga dipicu masalah batas tanah. Tragisnya, Nyoman Rai dihabisi di depan anaknya yang masih usia 2,5 tahun.
Informasi yang terhimpun, Nyoman Rai mengalami tindak penganiayaan oleh keponakannya yakni I Gede Darmawan, 20, dan I Made Ariawan, 18. Gede Darmawan dan Made Ariawan merupakan kakak beradik.
Kejadian berawal pada Rabu siang, saat itu Nyoman Rai mengajak anak laki-lakinya yang masih berumur 2,5 tahun. Selang beberapa waktu, anak Nyoman Rai diantarkan pulang ke rumah oleh kerabatnya karena ditemukan berapa di jalan setapak di pondokan Bone Banjar/Desa Belandingan.
Karena Nyoman Rai tidak kunjung pulang, istrinya mencoba menghubungi melalui telepon namun tidak ada jawaban. Kondisi tersebut kemudian disampaikan kepada anggota keluarga lainnya. Sehingga diputuskan untuk melakukan upaya pencarian. Pada saat melakukan pencarian di sekitar pondokan Bone, ditemukan bercak darah. Bercak darah tersebut ditelusuri sampai di tepi jurang, dilihat Nyoman Rai berada dalam kondisi tertelungkup.
Saat dicek, Nyoman Rai yang juga pecalang di banjarnya, mengalami luka robek di belakang kepala sudah meninggal dunia. Peristiwa tersebut langsung dilaporkan ke Polsek Kintamani.
Di sisi lain, sebelum ditemukan meregang nyawa, antara Nyoman Rai dan Gede Darmawan sempat adu mulut. Diduga keributan tersebut akibat batas wilayah perkebunan.
Keduanya pun bersitegang hingga bergulat. Sampai akhirnya Gede Darmawan berteriak memanggil adiknya, Made Ariawan, yang juga berada di sekitar pondokan Bone. Keributan pun berlanjut hingga Gede Darmawan menebas dan membacok bagian kepala dan mulut Nyoman Rai. Korban yang kondisi luka dan sudah meninggal diseret oleh pelaku Gede Darmawan, lantas dibuang ke jurang.
Kapolsek Kintamani Kompol Ruli Agus Susanto SH saat dikonfirmasi membenarkan telah terjadi kasus penganiayaan yang berujung meninggal seorang warga di Desa Belandingan. Pihaknya di-backup Tim Opsnal Sat Reskrim Polres Bangli telah melakukan olah TKP. Selain itu telah diamankan dua orang terduga pelaku penganiayaan.
“Saat ini kedua terduga pelaku diamankan di Polsek Kintamani. Kami masih melakukan pemeriksaan,” kata Kompol Ruli, Kamis (5/1/2023).
Lanjutnya, petugas mengamankan barang bukti berupa sepatu boots, gagang sabit. Terduga pelaku menganiaya korban menggunakan sabit dan juga sepatu tersebut. “Terduga pelaku menebas korban dengan sebilah sabit,” ujarnya.
Menurut Kompol Ruli, saat kejadian korban bersama anaknya yang masih balita. Diperkirakan anaknya melihat korban saat mengalami penganiayaan tersebut. Setelah kejadian, anak korban diantarkan oleh salah seorang pelaku.
Terpisah, Kepala Desa Belandingan I Komang Suastika saat dikonfirmasi membenarkan adanya kejadian tersebut. Dikatakannya, korban dan pelaku memang masih ada hubungan kerabat. Untuk penanganan kasus tersebut sudah diserahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian.
“Kami sudah komunikasi dengan pihak keluarga untuk tidak melakukan kegaduhan. Saat ini kasus sudah ditangani pihak kepolisian, agar dipercayakan sepenuhnya untuk penanganannya,” kata Komang Suastika.
Untuk saat ini jenazah masih dititipkan di RSU Bangli. Selain masih menunggu proses dari kepolisian, pihak keluarga masih berkoordinasi untuk mencari hari baik untuk dilaksanakan upacara penguburan.
“Kalau jenazah sudah boleh dipulangkan, akan dilaksanakan upacara penguburan,” ucap Komang Suastika. Kepala Dusun Belandingan I Made Sarjana Putra saat dikonfirmasi mengatakan antara korban dan terduga pelaku masih keluarga/satu garis keturunan.
Terkait pemicu penganiayaan tersebut pihaknya mengatakan jika hal tersebut berkaitan dengan lahan yang ditanami alpukat. Namun pihaknya tidak tahu secara detail persoalan antara korban dan pelaku.
Diakui, jika kondisi di lingkungan korban saat ini terbilang aman. “Kondisi aman, mereka juga masih satu keluarga,” sebutnya.
Jenazah dievakuasi sekitar pukul 23.00 Wita. Hal itu karena warga tidak ada yang berani turun ke jurang untuk mengevakuasi. Warga menunggu petugas kepolisian datang. *esa
Informasi yang terhimpun, Nyoman Rai mengalami tindak penganiayaan oleh keponakannya yakni I Gede Darmawan, 20, dan I Made Ariawan, 18. Gede Darmawan dan Made Ariawan merupakan kakak beradik.
Kejadian berawal pada Rabu siang, saat itu Nyoman Rai mengajak anak laki-lakinya yang masih berumur 2,5 tahun. Selang beberapa waktu, anak Nyoman Rai diantarkan pulang ke rumah oleh kerabatnya karena ditemukan berapa di jalan setapak di pondokan Bone Banjar/Desa Belandingan.
Karena Nyoman Rai tidak kunjung pulang, istrinya mencoba menghubungi melalui telepon namun tidak ada jawaban. Kondisi tersebut kemudian disampaikan kepada anggota keluarga lainnya. Sehingga diputuskan untuk melakukan upaya pencarian. Pada saat melakukan pencarian di sekitar pondokan Bone, ditemukan bercak darah. Bercak darah tersebut ditelusuri sampai di tepi jurang, dilihat Nyoman Rai berada dalam kondisi tertelungkup.
Saat dicek, Nyoman Rai yang juga pecalang di banjarnya, mengalami luka robek di belakang kepala sudah meninggal dunia. Peristiwa tersebut langsung dilaporkan ke Polsek Kintamani.
Di sisi lain, sebelum ditemukan meregang nyawa, antara Nyoman Rai dan Gede Darmawan sempat adu mulut. Diduga keributan tersebut akibat batas wilayah perkebunan.
Keduanya pun bersitegang hingga bergulat. Sampai akhirnya Gede Darmawan berteriak memanggil adiknya, Made Ariawan, yang juga berada di sekitar pondokan Bone. Keributan pun berlanjut hingga Gede Darmawan menebas dan membacok bagian kepala dan mulut Nyoman Rai. Korban yang kondisi luka dan sudah meninggal diseret oleh pelaku Gede Darmawan, lantas dibuang ke jurang.
Kapolsek Kintamani Kompol Ruli Agus Susanto SH saat dikonfirmasi membenarkan telah terjadi kasus penganiayaan yang berujung meninggal seorang warga di Desa Belandingan. Pihaknya di-backup Tim Opsnal Sat Reskrim Polres Bangli telah melakukan olah TKP. Selain itu telah diamankan dua orang terduga pelaku penganiayaan.
“Saat ini kedua terduga pelaku diamankan di Polsek Kintamani. Kami masih melakukan pemeriksaan,” kata Kompol Ruli, Kamis (5/1/2023).
Lanjutnya, petugas mengamankan barang bukti berupa sepatu boots, gagang sabit. Terduga pelaku menganiaya korban menggunakan sabit dan juga sepatu tersebut. “Terduga pelaku menebas korban dengan sebilah sabit,” ujarnya.
Menurut Kompol Ruli, saat kejadian korban bersama anaknya yang masih balita. Diperkirakan anaknya melihat korban saat mengalami penganiayaan tersebut. Setelah kejadian, anak korban diantarkan oleh salah seorang pelaku.
Terpisah, Kepala Desa Belandingan I Komang Suastika saat dikonfirmasi membenarkan adanya kejadian tersebut. Dikatakannya, korban dan pelaku memang masih ada hubungan kerabat. Untuk penanganan kasus tersebut sudah diserahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian.
“Kami sudah komunikasi dengan pihak keluarga untuk tidak melakukan kegaduhan. Saat ini kasus sudah ditangani pihak kepolisian, agar dipercayakan sepenuhnya untuk penanganannya,” kata Komang Suastika.
Untuk saat ini jenazah masih dititipkan di RSU Bangli. Selain masih menunggu proses dari kepolisian, pihak keluarga masih berkoordinasi untuk mencari hari baik untuk dilaksanakan upacara penguburan.
“Kalau jenazah sudah boleh dipulangkan, akan dilaksanakan upacara penguburan,” ucap Komang Suastika. Kepala Dusun Belandingan I Made Sarjana Putra saat dikonfirmasi mengatakan antara korban dan terduga pelaku masih keluarga/satu garis keturunan.
Terkait pemicu penganiayaan tersebut pihaknya mengatakan jika hal tersebut berkaitan dengan lahan yang ditanami alpukat. Namun pihaknya tidak tahu secara detail persoalan antara korban dan pelaku.
Diakui, jika kondisi di lingkungan korban saat ini terbilang aman. “Kondisi aman, mereka juga masih satu keluarga,” sebutnya.
Jenazah dievakuasi sekitar pukul 23.00 Wita. Hal itu karena warga tidak ada yang berani turun ke jurang untuk mengevakuasi. Warga menunggu petugas kepolisian datang. *esa
1
Komentar