4 Kapal Penyeberangan Masuk Dok
19 Kapal Bali - Lombok Laik Layar
AMLAPURA, NusaBali
Empat kapal penyeberangan Selat Lombok dari Pelabuhan Padangbai, Karangasem - Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, masuk dok.
Selain itu, satu kapal dalam perawatan dan 19 kapal laik layar untuk melayani penyeberangan laut setempat. Kepala Satuan Pelaksana Pelabuhan Padangbai BPTD (Balai Pengelola Transportasi Darat) Wilayah XII Bali-NTB I Nyoman Agus Sugiarta memaparkan hal itu di ruang kerjanya, Banjar Melanting, Desa Padangbai, Kecamatan Manggis, Karangasem, Minggu (8/1). Hanya saja, jelas dia, setiap hari ada 13 kapal yang efektif beroperasi dan terjadwal dalam 13 trip
Awal tahun 2023 ini, kata dia, ada empat kapal giliran masuk dok untuk menjalani pengecekan rutin. Eempat kapal itu, KMP Nusa Penida dan KMP Nusa Bhakti milik PT Putra Master, KMP Salindo Mutiara I milik PT Gerbang Sarana Samudra dan KMP Surya 777 milik PT Trimitra Samudra. Satu kapal yang menjalani perawatan yakni KMP Nusa Sakti milik PT Putra Master. “Jadi, ada 19 kapal laik layar, dan efektif beroperasi selama 24 jam hanya 13 kapal, terbagi dua shift,” jelas I Agus Sugiarta.
Dia menyebutkan dua shift mengoperasikan kapal setiap hari, masing-masing shift I pukul 08.00 Wita-20.00 Wita sebanyak 7 kapal jadwalnya 7 trip, dan shift II pukul 20.00 Wita-08.00 Wita mengoperasikan sebanyak 6 kapal, sebanyak 6 trip. Kapal yang menunggu giliran berlayar, lego jangkar di Pelabuhan Lembar, NTB.
Kepala Kantor KSOP (Kesyahbandaraan Otoritas Pelabuhan) Kelas IV Pelabuhan Padangbai Ni Luh Putu Eka Suyasmin mengatakan, aktivitas berlayar dan bongkar muat di dua dermaga di Pelabuhan Padangbai, berlangsung normal. Walau berdasarkan ramalan cuaca dari BMKG Wilayah 3 Denpasar, untuk Selat Lombok bagian selatan menunjukkan angin bertiup dari barat daya menuju barat kecepatan 4 - 20 knots per jam, dan tinggi gelombang 2,5 meterb - 4,0 meter. Sedangkan Selat Lombok bagian utara, dengan kecepatan angin 4-20 knot per jam, dan tinggi gelombang 0,5-1,25 meter.
“Penyeberangan normal tidak ada kendala, bongkar muat lancar, tidak ada kendala ombak pantai,” katanya.
Hanya saja, jelasnya, belakangan ini lebih banyak penumpang wisatawan yang beralih dari kapal cepat ke kapal ferry. Sebab, berlaku pembatasan pengoperasian kapal cepat, hanya shift pagi, sehubungan tinggi gelombang di atas 2,5 meter.
Dia menyampaikan, 17 kapal cepat tidak sepenuhnya bisa beroperasi, baik yang hendak berangkat ke Gili Trawangan, Giri Meno, dan Gili Air, Kabupaten Lombok Utara, NTB. Petugas tidak berani ambil risiko mengoperasikan kapal cepat di saat gelombang tinggi dan angin kencang. ‘’Ini akan sangat berbahaya,’’ ujarnya.*k16
1
Komentar