Durasi Siang di Bali Lebih Lama, Fenomena Apa?
MANGUPURA, NusaBali
Dalam beberapa hari terakhir ini masyarakat Pulau Bali merasakan durasi siang hari lebih lama dari biasanya.
Bahkan, hingga pukul 19.00 Wita kondisi masih terang. Ternyata kondisi ini dipicu oleh fenomena gerak semu matahari. Fenomena ini pun kerap terjadi setiap tahun saat matahari bergerak ke arah katulistiwa.
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, I Nyoman Gede Wirajaya menerangkan kondisi siang lebih lama yang dirasakan oleh masyarakat Bali saat ini dikarenakan faktor peredaran/gerak semu matahari. Pada bulan Januari ini sudah mulai bergerak ke katulistiwa. Atas hal itu, masyarakat merasakan waktu siang hari lebih lama dari biasanya. "Kondisi ini memang siklus tahunan yang terjadi saat bulan Januari. Jadi, waktu siang hari lebih lama," jelas Wirajaya, Kamis (12/1)
Diakuinya, selain faktor gerak semu matahari, kondisi ini juga disebabkan oleh adanya tekanan rendah yang terjadi di laut Filipina. Tekanan rendah ini juga menjadi pemicu siang hari lebih lama. Meski demikian, Wirajaya tidak menjelaskan secara rinci kapan kondisi tersebut kembali seperti sediakala. Namun, tanda-tanda mereda atau normalnya hal itu setelah tekanan di laut Filipina berangsur normal.
"Maka dengan melemahnya tekanan di laut Filipina, secara otomatis kondisi siang hari lebih lama itu juga berangsur normal. Namun, waktunya belum tahu," tegas Wirajaya. Dirincikan Wirajaya, kalau kondisi siang lebih lama mulai terasa sejak sepekan belakangan ini di Pulau Dewata. Dari data yang dimiliki pihaknya, kalau waktu terbit matahari setiap harinya baru muncul pada pukul 06.09 Wita hingga pukul 06.10 Wita. Hal tersebut berdampak pada waktu terbenam yang terjadi pada pukul 18.45 Wita. "Sehingga, masyarakat sangat merasakan siang hari itu lebih lama. Karena setelah pukul 18.45 Wita, langit Bali masih seperti terang benderang," rinci Wirajaya seraya mengimbau masyarakat tidak resah karena hal tersebut merupakan fenomena tahunan yang biasa terjadi.
Sementara, Kepala Stasiun Geofisika Denpasar, Arief Tyastama menjelaskan lama waktu siang di Pulau Dewata ini sudah terjadi sekitar akhir Maret dan awal September 2022 lalu. Durasi lama siang disebabkan oleh kemiringan sumbu bumi dan gerak semu tahunan matahari. Pada saat dekat soltice selatan 22 Desember (titik balik selatan matahari) lama siang di Denpasar 12,38 jam. Sebaliknya saat soltice utara (titik balik utara matahari) lama siang di Denpasar mencapai 11,37 jam. "Hal ini karena posisi Denpasar berada di Belahan Bumi Selatan," rincinya.
Nah, dari tanggal 1 Januari - 12 Januari 2023, kondisi tersebut masih terjadi. Dari pengamatan yang dilakukan, bahwa waktu mata hari terbit atau muncul di Pulau Dewata terjadi pada pukul 06.04 Wita - 06.10 Wita. Sementara, waktu terbenamnya itu berada di waktu 18.41 Wita - 18.48 Wita. Sementara, dari tanggal 13 Januari hingga 31 Januari, tercatat waktu terbit matahari mulai dari pukul 06.10 Wita - 06.18 Wita dan terbenamnya tercatat mulai pukul 18.45 Wita - 18.47 Wita. "Sehingga sampai saat ini, kondisi siang hari itu terasa lebih lama oleh masyarakat. Ini masih terjadi hingga akhir Januari mendatang," pungkasnya. *dar
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, I Nyoman Gede Wirajaya menerangkan kondisi siang lebih lama yang dirasakan oleh masyarakat Bali saat ini dikarenakan faktor peredaran/gerak semu matahari. Pada bulan Januari ini sudah mulai bergerak ke katulistiwa. Atas hal itu, masyarakat merasakan waktu siang hari lebih lama dari biasanya. "Kondisi ini memang siklus tahunan yang terjadi saat bulan Januari. Jadi, waktu siang hari lebih lama," jelas Wirajaya, Kamis (12/1)
Diakuinya, selain faktor gerak semu matahari, kondisi ini juga disebabkan oleh adanya tekanan rendah yang terjadi di laut Filipina. Tekanan rendah ini juga menjadi pemicu siang hari lebih lama. Meski demikian, Wirajaya tidak menjelaskan secara rinci kapan kondisi tersebut kembali seperti sediakala. Namun, tanda-tanda mereda atau normalnya hal itu setelah tekanan di laut Filipina berangsur normal.
"Maka dengan melemahnya tekanan di laut Filipina, secara otomatis kondisi siang hari lebih lama itu juga berangsur normal. Namun, waktunya belum tahu," tegas Wirajaya. Dirincikan Wirajaya, kalau kondisi siang lebih lama mulai terasa sejak sepekan belakangan ini di Pulau Dewata. Dari data yang dimiliki pihaknya, kalau waktu terbit matahari setiap harinya baru muncul pada pukul 06.09 Wita hingga pukul 06.10 Wita. Hal tersebut berdampak pada waktu terbenam yang terjadi pada pukul 18.45 Wita. "Sehingga, masyarakat sangat merasakan siang hari itu lebih lama. Karena setelah pukul 18.45 Wita, langit Bali masih seperti terang benderang," rinci Wirajaya seraya mengimbau masyarakat tidak resah karena hal tersebut merupakan fenomena tahunan yang biasa terjadi.
Sementara, Kepala Stasiun Geofisika Denpasar, Arief Tyastama menjelaskan lama waktu siang di Pulau Dewata ini sudah terjadi sekitar akhir Maret dan awal September 2022 lalu. Durasi lama siang disebabkan oleh kemiringan sumbu bumi dan gerak semu tahunan matahari. Pada saat dekat soltice selatan 22 Desember (titik balik selatan matahari) lama siang di Denpasar 12,38 jam. Sebaliknya saat soltice utara (titik balik utara matahari) lama siang di Denpasar mencapai 11,37 jam. "Hal ini karena posisi Denpasar berada di Belahan Bumi Selatan," rincinya.
Nah, dari tanggal 1 Januari - 12 Januari 2023, kondisi tersebut masih terjadi. Dari pengamatan yang dilakukan, bahwa waktu mata hari terbit atau muncul di Pulau Dewata terjadi pada pukul 06.04 Wita - 06.10 Wita. Sementara, waktu terbenamnya itu berada di waktu 18.41 Wita - 18.48 Wita. Sementara, dari tanggal 13 Januari hingga 31 Januari, tercatat waktu terbit matahari mulai dari pukul 06.10 Wita - 06.18 Wita dan terbenamnya tercatat mulai pukul 18.45 Wita - 18.47 Wita. "Sehingga sampai saat ini, kondisi siang hari itu terasa lebih lama oleh masyarakat. Ini masih terjadi hingga akhir Januari mendatang," pungkasnya. *dar
Komentar