Les Tari Bayar Pakai Sampah, Rencana Manfaatkan Wantilan untuk Berkesenian
Murid Bank Sampah Kaliber Ngelawang Barong Rangda di Pantai Lovina
Direktur Bank Sampah Kaliber I Ketut Budiasa telah berdiskusi dengan Pemerintah Desa Kalibukbuk untuk menghidupkan kembali wantilan di Pantai Lovina. Anak didik bank sampah bisa tampil di wantilan, minimal satu bulan sekali.
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 40 orang murid Bank Sampah Kalibukbuk Bersih (Kaliber) menggelar atraksi seni Ngelawang Barong Rangda, tepat pada Hari Raya Kuningan yang jatuh pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (14/1) sore, di Pantai Lovina, Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Sekaa ngelawang Bank Sampah Kaliber ini berjalan dari depan Kantor Desa Kalibukbuk menuju Pantai Lovina menempuh jarak sekitar 1 kilometer.
Sekaa ngelawang ini melakukan atraksi selama sekitar 45 menit. Warga lokal maupun wisatawan mancanegara yang sedang berlibur langsung berkerumun untuk menyaksikan ketika sekaa ngelawang tiba dengan pakaian, aksesoris, serta penabuh lengkap.
Direktur Bank Sampah Kaliber I Ketut Budiasa usai pementasan mengatakan, anak-anak yang mementaskan ngelawang barong dan rangda ini, merupakan anak didik Bank Sampah Kaliber. Mereka adalah murid SD yang ikut les pelajaran dan les menari di Bank Sampah Kaliber. Untuk mengikuti les tersebut, para murid membayar dengan sampah plastik.
“Ngelawang ini sudah dilakukan sejak tahun lalu. Biasanya bersama ST (sekaa teruna), tetapi untuk Kuningan, yang tampil murid bank sampah saja. Ini untuk memfasilitasi anak-anak biar dapat pentas, karena mereka rajin latihan secara konsisten selama ini,” ucap Budiasa yang juga pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng.
Seluruh siswa yang ikut ngelawang kali ini hanya latihan dan mempersiapkan pementasan dalam dua hari terakhir. Sebelumnya mereka belajar megambel dan gerak tari secara otodidak.
“Anak-anak selain menguasai tari Bali, mereka juga sangat antusias mempelajari seni lain. Seperti barong rangda ini kebanyakan mereka otodidak. Kalau gambelan diajari sedikit sudah bisa menguasai,” imbuh pria asli warga Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.
Ke depan, Budiasa sudah berdiskusi dengan Pemerintah Desa Kalibukbuk untuk menghidupkan kembali wantilan di Pantai Lovina. Potensi yang dimiliki anak didiknya melalui pendidikan non formal ini sangat bisa dimanfaatkan, terutama untuk pengisian acara kesenian di wantilan, minimal satu bulan sekali.
“Kami sudah bicarakan dengan pak mekel (perbekel) untuk pengisian kesenian di wantilan ini, karena sayang juga kalau sepi. Kalau ada pertunjukan minimal wisatawan atau warga lokal, ada hiburan. Meskipun kami konsentrasi di bidang lingkungan tetapi juga ingin melestarikan seni dan memberikan kontribusi kepada desa,” ucap Budiasa.
Sementara itu, aktivitas Bank Sampah Kaliber dimulai sejak 2017 silam. Selain berkonsentrasi untuk memerangi sampah plastik di kawasan wisata ini, bank sampah tersebut juga memiliki visi mencerdaskan anak-anak di sekitarnya. Program les pelajaran yang dibayar dengan sampah plastik pun dimulai sejak 2017 lalu. Sukses di les pelajaran, dua tahun kemudian dibuka les tari yang juga dibayar dengan sampah. Hingga kini Bank Sampah Kaliber memiliki 85 orang murid yang mengikuti les pelajaran dan les tari. Les mata pelajaran dilaksanakan setiap hari Sabtu, sedangkan les tari dilaksanakan setiap hari Kamis.
“Program kami ini bisa konsisten karena siswa sangat antusias, selain itu juga dukungan orangtua siswa sangat luar biasa sampai bisa seperti saat ini,” tegas Budiasa.
Seorang wisatawan Barend Deman asal Belanda mengaku sangat senang dapat melihat pertunjukan seni saat berlibur di Lovina. Menurutnya pertunjukan yang disaksikan tidak kalah menarik dibanding penampilan kesenian di beberapa daerah di Bali yang pernah disaksikannya.
“Saya sangat tertarik. Ini sangat bagus, ada banyak anak-anak yang menari dengan sangat baik,” kata Barend. *k23
Sekaa ngelawang ini melakukan atraksi selama sekitar 45 menit. Warga lokal maupun wisatawan mancanegara yang sedang berlibur langsung berkerumun untuk menyaksikan ketika sekaa ngelawang tiba dengan pakaian, aksesoris, serta penabuh lengkap.
Direktur Bank Sampah Kaliber I Ketut Budiasa usai pementasan mengatakan, anak-anak yang mementaskan ngelawang barong dan rangda ini, merupakan anak didik Bank Sampah Kaliber. Mereka adalah murid SD yang ikut les pelajaran dan les menari di Bank Sampah Kaliber. Untuk mengikuti les tersebut, para murid membayar dengan sampah plastik.
“Ngelawang ini sudah dilakukan sejak tahun lalu. Biasanya bersama ST (sekaa teruna), tetapi untuk Kuningan, yang tampil murid bank sampah saja. Ini untuk memfasilitasi anak-anak biar dapat pentas, karena mereka rajin latihan secara konsisten selama ini,” ucap Budiasa yang juga pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng.
Seluruh siswa yang ikut ngelawang kali ini hanya latihan dan mempersiapkan pementasan dalam dua hari terakhir. Sebelumnya mereka belajar megambel dan gerak tari secara otodidak.
“Anak-anak selain menguasai tari Bali, mereka juga sangat antusias mempelajari seni lain. Seperti barong rangda ini kebanyakan mereka otodidak. Kalau gambelan diajari sedikit sudah bisa menguasai,” imbuh pria asli warga Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.
Ke depan, Budiasa sudah berdiskusi dengan Pemerintah Desa Kalibukbuk untuk menghidupkan kembali wantilan di Pantai Lovina. Potensi yang dimiliki anak didiknya melalui pendidikan non formal ini sangat bisa dimanfaatkan, terutama untuk pengisian acara kesenian di wantilan, minimal satu bulan sekali.
“Kami sudah bicarakan dengan pak mekel (perbekel) untuk pengisian kesenian di wantilan ini, karena sayang juga kalau sepi. Kalau ada pertunjukan minimal wisatawan atau warga lokal, ada hiburan. Meskipun kami konsentrasi di bidang lingkungan tetapi juga ingin melestarikan seni dan memberikan kontribusi kepada desa,” ucap Budiasa.
Sementara itu, aktivitas Bank Sampah Kaliber dimulai sejak 2017 silam. Selain berkonsentrasi untuk memerangi sampah plastik di kawasan wisata ini, bank sampah tersebut juga memiliki visi mencerdaskan anak-anak di sekitarnya. Program les pelajaran yang dibayar dengan sampah plastik pun dimulai sejak 2017 lalu. Sukses di les pelajaran, dua tahun kemudian dibuka les tari yang juga dibayar dengan sampah. Hingga kini Bank Sampah Kaliber memiliki 85 orang murid yang mengikuti les pelajaran dan les tari. Les mata pelajaran dilaksanakan setiap hari Sabtu, sedangkan les tari dilaksanakan setiap hari Kamis.
“Program kami ini bisa konsisten karena siswa sangat antusias, selain itu juga dukungan orangtua siswa sangat luar biasa sampai bisa seperti saat ini,” tegas Budiasa.
Seorang wisatawan Barend Deman asal Belanda mengaku sangat senang dapat melihat pertunjukan seni saat berlibur di Lovina. Menurutnya pertunjukan yang disaksikan tidak kalah menarik dibanding penampilan kesenian di beberapa daerah di Bali yang pernah disaksikannya.
“Saya sangat tertarik. Ini sangat bagus, ada banyak anak-anak yang menari dengan sangat baik,” kata Barend. *k23
Komentar