Lato-Lato Laris, Omzet Penjual Masih Tetap
NEGARA, NusaBali
Mainan jadul lato-lato yang juga kerap disebut tek-tekan belakangan naik daun.
Namun demam lato-lato yang juga terjadi di Kabupaten Jembrana, tidak serta merta meningkatkan omzet pedagang mainan keliling.
Seperti diungkapkan Witono, 37, asal Lingkungan/Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Jembrana, Minggu (15/1). Pedagang mainan keliling yang sempat ditemui berjualan di Desa Mendoyo Dangin Tukad, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, ini mengaku lato-lato menjadi mainan yang cukup banyak dicari belakangan ini. "Tidak hanya anak-anak. Orang tua juga cari," ujarnya.
Selama hampir 10 tahun menjadi pedagang mainan keliling, Witono mengaku, baru pertamakali menjual lato-lato. Tepatnya, dia menjual lato-lato sejak sebulan terakhir. Lato-lato dijual seharga Rp 10.000. "Hampir setiap hari ada saja yang beli (lato-lato). Biasanya bawa 10-15 lato-lato, sudah pasti habis dua sampai tiga hari," ucap Witono.
Meski lato-lato cukup laris, Witono mengatakan, tidak ada peningkatan omzet. Mengingat untuk penjualan mainan lain justru berkurang. "Omzet masih sama. Paling dapat jualan Rp 150.000-200.000 per hari," ungkap Witono yang biasa berjualan di sekolah dan tempat-tempat keramaian di seputaran Kecamatan Mendoyo ini.
Namun dengan adanya fenomena demam lato-lato belakangan ini, Witono mengaku, juga mendapat berkah lebih. Meski tidak ada pengaruh terhadap omzet penjualan, namun keutungan yang diperoleh dari penjualan lato-lato ini cukup lumayan.
Terlebih sejak perkembangan era digital dan banyak anak-anak bermain handphone, sangat berpengaruh terhadap penjualan mainan konvensional. "Keuntungan Rp 4.500 (per lato-lato). Cuman tidak tahu sampai kapan lato-lato ini akan ngetren," ujar pedagang mainan keliling yang juga berjualan es serut ini. *ode
1
Komentar