Gedung Sekolah Alami Kerusakan Parah, Proses Belajar Mengajar Terganggu
Di Tengah Sengketa Lahan SDN 2 Sambangan, Sukasada, Buleleng yang Berlarut-Larut
Siswa dan guru tidak jarang mencari tempat yang aman untuk belajar, terutama saat hujan deras turun, juga berbekal plastik untuk menutupi dokumen.
SINGARAJA, NusaBali
Hampir seluruh ruangan di SDN 2 Sambangan di Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Buleleng mengalami kerusakan. Kerusakan terparah terjadi di bagian atap. Bahkan lubang-lubang pada plafon selasar sekolah dan ruangan terlihat jelas. Siswa dan guru tidak jarang harus memindahkan meja saat hujan turun. Kondisi ini pun belum bisa tertangani karena masih ada sengketa lahan sekolah.
Persoalan yang dialami siswa, guru, pegawai dan Kepala Sekolah (Kasek) di SDN 2 Sambangan ini pun akhirnya dilaporkan Komite Sekolah ke Pemkab Buleleng dan DPRD Buleleng. Ketua Komite SDN 2 Sambangan Gede Eka Saputra menyurati langsung Korwil Sukasada, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng dan DPRD Buleleng untuk mendapatkan solusi dan penanganan segera. Kerusakan gedung sekolah yang cukup parah disebut Eka Saputra dapat mengancam keselamatan siswa, guru dan pegawai.
“Tindakan kami hari ini tidak lain karena rasa peduli, prihatin terhadap SDN 2 Sambangan, karena permasalahan lahan yang tidak ada titik temu sejak 7 tahun lalu berdampak pada kondisi sekolah,” ucap Eka Saputra, Kamis (19/1). Dia pun berharap aspirasi dari Komite Sekolah dan juga Paguyuban Alumni SDN 2 Sambangan dapat segera ditanggapi dan diselesaikan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng.
Menurutnya, ada pagar bambu yang dipasang di rumah dinas kepala sekolah yang sebelumnya difungsikan sebagai perpustakaan sekolah. “Anak-anak tidak ada akses ke perpustakaan bagaimana mau berprestasi anak-anak kita. Selain bocor, pagar penyengker juga sudah jebol tetapi ketika mau ada rehab gagal karena ditolak pihak yang mengklaim. Kami orangtua siswa berharap agar persoalan ini segera diselesaikan, biar tidak berlarut-larut anak-anak tidak bisa belajar dengan aman dan nyaman,” harap Eka.
Kasek SDN 2 Sambangan, I Made Sarjana ditemui terpisah di sekolahnya tidak memungkiri persoalan yang sedang menimpa. Menurut Sarjana yang baru menjabat Kasek sejak 2019 ini, kerusakan gedung sudah terjadi sejak 2017 lalu. Perbaikan-perbaikan kecil sudah dilakukan menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Namun belakangan kerusakan yang terjadi semakin parah. Tidak hanya pada atap dan plafon yang bocor, tetapi juga tembok sekolah sudah mulai keropos, kamar kecil tidak bisa dipakai, septic tank juga rusak. “Kami belum bisa lakukan perbaikan karena masih berkonflik begini. Terakhir 2022 lalu bangunan mess kepala sekolah dipasangi pagar bambu, guru dan anak-anak kami sudah tidak nyaman dengan situasi begini,” jelas Sarjana.
Siswa dan guru pun tidak jarang terpaksa mencari tempat yang aman untuk belajar. Terutama saat hujan deras turun. Guru dan pegawai pun selalu berbekal plastik untuk menutupi dokumen-dokumen mereka agar tidak hancur terkena air hujan dari atap yang bocor.
Sarjana pun menyebut persoalan ini sudah berulang kali dibahas dan dimediasi oleh Pemerintah Desa Sambangan dan Dinas Pendidikan. Namun hingga kini masih belum ada titik temu. Catatan sekolah, SDN 2 Sambangan sudah berdiri dari tahun 1965 silam. Keluarga pengklaim lahan saat itu sudah tukar guling lahan dibangun sekolah dengan layanan air bersih dari desa.
Namun 7 tahun lalu persoalan mencuat, keluarga pemilik lahan mengklaim kembali lahan tersebut, karena layanan air sempat diputus Pemdes. Keluarga pemilik lahan pun meminta ganti rugi atas lahan seluas 13 are dengan nilai Rp 500 juta. Tuntutan itu pun sempat akan dikabulkan pemerintah, hanya saja keluarga pemilik lahan hingga kini belum menyetorkan syarat administrasi seperti sertifikat dan dokumen pendukung lainnya. “Sampai saat ini kami masih bertahan sambil menunggu kepastian, karena siswa kami juga banyak ada 159 orang mau dibawa ke mana. Harapan kami masalah ini bisa diselesaikan secepatnya,” ucap Sarjana.
Sementara itu Kepala Disdikpora Buleleng Made Astika dikonfirmasi terpisah menjelaskan persoalan SDN 2 Sambangan memang persoalan lama. Namun dari hasil penelusuran dan pengecekan ke lapangan SDN 2 Sambangan itu bersama Kantor Pertanahan (Kantah) Buleleng bersama Perbekel setempat, status lahan sudah menjadi fasilitas umum.
“Sudah banyak proses yang kami lakukan. Terakhir rapat di kantor desa mereka mengajukan klaim dan tuntutan jalur hukum, tetapi sampai saat ini belum diajukan. Dalam waktu dekat kami siap fasilitasi kembali untuk penuntasan masalah,” kata Astika.
Soal perbaikan gedung sekolah yang mengalami kerusakan sebenarnya sudah diajukan Disdikpora Buleleng tahun 2022 lalu. Namun karena kerusakannya baru 40 persen, tahun ini belum mendapatkan prioritas. Dia mengaku kembali akan mengajukan usulan perbaikan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Pusat dengan data kerusakan terkini. *k23
Persoalan yang dialami siswa, guru, pegawai dan Kepala Sekolah (Kasek) di SDN 2 Sambangan ini pun akhirnya dilaporkan Komite Sekolah ke Pemkab Buleleng dan DPRD Buleleng. Ketua Komite SDN 2 Sambangan Gede Eka Saputra menyurati langsung Korwil Sukasada, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng dan DPRD Buleleng untuk mendapatkan solusi dan penanganan segera. Kerusakan gedung sekolah yang cukup parah disebut Eka Saputra dapat mengancam keselamatan siswa, guru dan pegawai.
“Tindakan kami hari ini tidak lain karena rasa peduli, prihatin terhadap SDN 2 Sambangan, karena permasalahan lahan yang tidak ada titik temu sejak 7 tahun lalu berdampak pada kondisi sekolah,” ucap Eka Saputra, Kamis (19/1). Dia pun berharap aspirasi dari Komite Sekolah dan juga Paguyuban Alumni SDN 2 Sambangan dapat segera ditanggapi dan diselesaikan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng.
Menurutnya, ada pagar bambu yang dipasang di rumah dinas kepala sekolah yang sebelumnya difungsikan sebagai perpustakaan sekolah. “Anak-anak tidak ada akses ke perpustakaan bagaimana mau berprestasi anak-anak kita. Selain bocor, pagar penyengker juga sudah jebol tetapi ketika mau ada rehab gagal karena ditolak pihak yang mengklaim. Kami orangtua siswa berharap agar persoalan ini segera diselesaikan, biar tidak berlarut-larut anak-anak tidak bisa belajar dengan aman dan nyaman,” harap Eka.
Kasek SDN 2 Sambangan, I Made Sarjana ditemui terpisah di sekolahnya tidak memungkiri persoalan yang sedang menimpa. Menurut Sarjana yang baru menjabat Kasek sejak 2019 ini, kerusakan gedung sudah terjadi sejak 2017 lalu. Perbaikan-perbaikan kecil sudah dilakukan menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Namun belakangan kerusakan yang terjadi semakin parah. Tidak hanya pada atap dan plafon yang bocor, tetapi juga tembok sekolah sudah mulai keropos, kamar kecil tidak bisa dipakai, septic tank juga rusak. “Kami belum bisa lakukan perbaikan karena masih berkonflik begini. Terakhir 2022 lalu bangunan mess kepala sekolah dipasangi pagar bambu, guru dan anak-anak kami sudah tidak nyaman dengan situasi begini,” jelas Sarjana.
Siswa dan guru pun tidak jarang terpaksa mencari tempat yang aman untuk belajar. Terutama saat hujan deras turun. Guru dan pegawai pun selalu berbekal plastik untuk menutupi dokumen-dokumen mereka agar tidak hancur terkena air hujan dari atap yang bocor.
Sarjana pun menyebut persoalan ini sudah berulang kali dibahas dan dimediasi oleh Pemerintah Desa Sambangan dan Dinas Pendidikan. Namun hingga kini masih belum ada titik temu. Catatan sekolah, SDN 2 Sambangan sudah berdiri dari tahun 1965 silam. Keluarga pengklaim lahan saat itu sudah tukar guling lahan dibangun sekolah dengan layanan air bersih dari desa.
Namun 7 tahun lalu persoalan mencuat, keluarga pemilik lahan mengklaim kembali lahan tersebut, karena layanan air sempat diputus Pemdes. Keluarga pemilik lahan pun meminta ganti rugi atas lahan seluas 13 are dengan nilai Rp 500 juta. Tuntutan itu pun sempat akan dikabulkan pemerintah, hanya saja keluarga pemilik lahan hingga kini belum menyetorkan syarat administrasi seperti sertifikat dan dokumen pendukung lainnya. “Sampai saat ini kami masih bertahan sambil menunggu kepastian, karena siswa kami juga banyak ada 159 orang mau dibawa ke mana. Harapan kami masalah ini bisa diselesaikan secepatnya,” ucap Sarjana.
Sementara itu Kepala Disdikpora Buleleng Made Astika dikonfirmasi terpisah menjelaskan persoalan SDN 2 Sambangan memang persoalan lama. Namun dari hasil penelusuran dan pengecekan ke lapangan SDN 2 Sambangan itu bersama Kantor Pertanahan (Kantah) Buleleng bersama Perbekel setempat, status lahan sudah menjadi fasilitas umum.
“Sudah banyak proses yang kami lakukan. Terakhir rapat di kantor desa mereka mengajukan klaim dan tuntutan jalur hukum, tetapi sampai saat ini belum diajukan. Dalam waktu dekat kami siap fasilitasi kembali untuk penuntasan masalah,” kata Astika.
Soal perbaikan gedung sekolah yang mengalami kerusakan sebenarnya sudah diajukan Disdikpora Buleleng tahun 2022 lalu. Namun karena kerusakannya baru 40 persen, tahun ini belum mendapatkan prioritas. Dia mengaku kembali akan mengajukan usulan perbaikan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Pusat dengan data kerusakan terkini. *k23
1
Komentar