Turis China Siap Kalahkan Australia
Kunjungan wisman China ke Bali diprediksi terus mengalir awal Februari
DENPASAR,NusaBali
Kedatangan 210 wisman China ke Bali, Minggu (22/1) diyakini menjadi pemantik ‘membanjirnya’ wisman asal negeri Tiongkok ke Bali. Karenanya potensial menggeser dominasi Australia dan India, yang sebelumnya mendominasi penyumbang wisman terbanyak ke Bali menyusulnya dibukanya penerbangan internasional pada Februari 2022.
Praktisi pariwisata Bali, Wisnu Arimbawa membenarkan kemungkinan wisman Tiongkok menggeser ‘posisi’ wisman Australia dan India ke depan. Alasannya sederhana, dimana sebelum pandemi Covid-19, wisman China pernah ‘berjaya’, menjadi yang terbanyak ke Bali.
“Bersaing dengan Australia,” ungkapnya. Capaiannya berkisar 1 juta orang lebih, mepet dengan jumlah wisman dari ‘negeri Kanguru’ Australia. “Namun sedikit lebih banyak wisman China,” ujarnya. Mengacu ‘pengalaman itulah, Wisnu Arimbawa menyatakan tidak tertutup wisman China kembali bersaing ‘ketat’ dengan Australia. “Kita tunggu pada awal Februari nanti. Kemungkinan kunjungan wisman asal Tiongkok akan terus bertambah,” terangnya. Mengapa awal Februari ? Hal itu berkaitan dengan Imlek. Dikatakan masyarakat China, baru akan bepergian usai melakoni tradisi Imlek. “Jadi setelah akhir Januari atau awal Februari baru akan terlihat,” ucap CEO Bali GEDE Transport ini. Antusias wisman China untuk berwisata ke luar negeri, termasuk ke Bali, tentu tinggi, setelah hampir 3 tahun mereka ‘terkurung’ tidak diperbolehkan keluar oleh otoritasnya. Berbeda dengan wisman Australia yang sudah datang mendahului. Sehingga untuk Australia, kemungkinan jumlah kunjungan bisa menyusut.
Sebagai gambaran dominasi wisman Australia dan India, terlihat dari 10 besar kunjungan wisman ke Bali dari Januari-November 2022. Jumlah wisman Australia pada periode tersebut 511.590. India 146.111. Inggris 108.888. Singapura 93.483, Amerika Serikat 91.356. Perancis 88.433, Jerman 85.107, Malaysia 67.676, Korea Selatan 49.238 dan Belanda 48.610.
Sehubungan dengan semakin meningkatnya kedatangan wisman ke Bali, menurut Wisnu Arimbawa ada dua infrastruktur yang mendesak mendapat penanganan. Pertama manajemen atau tata kelola lalu lintas dan penanganan sampah.
Untuk manajemen lalu lintas, kemacetan diharap menjadi skala prioritas ditangani. “Sekarang wisman China belum banyak, sudah macet. Apalagi setelah semakin ramai nanti…,” ungkap Wisnu Arimbawa.
Tidak hanya kepada Pemprov, kepada Pemkab/Pemkot se-Bali, kemacetan diharap bisa ditangani. Setidaknya diminimalisir. Apalagi umumnya, wisatawan China biasanya sebagian besar dalam grup-grup besar, menggunakan kendaraan besar atau bus. Hal itu, kata Wisnu Arimbawa tentu akan banyak memblock ruas jalan. Karenanya kemacetan itu, merupakan persoalan yang paling urgen ditangani. Yang kedua, penanganan sampah. Bau sampah seperti dari kawasan TPA Suwung, juga mendesak segera bisa diselesaikan. “Coba lah lewat, kan baunya menyengat sekali,” ucap pelaku pariwisata asal Klungkung. Jadi dua persoalan tersebut, kemacetan dan sampah, yang mendesak untuk ditangani menyongsong ramainya kunjungan wisman ke Bali. *K17
Praktisi pariwisata Bali, Wisnu Arimbawa membenarkan kemungkinan wisman Tiongkok menggeser ‘posisi’ wisman Australia dan India ke depan. Alasannya sederhana, dimana sebelum pandemi Covid-19, wisman China pernah ‘berjaya’, menjadi yang terbanyak ke Bali.
“Bersaing dengan Australia,” ungkapnya. Capaiannya berkisar 1 juta orang lebih, mepet dengan jumlah wisman dari ‘negeri Kanguru’ Australia. “Namun sedikit lebih banyak wisman China,” ujarnya. Mengacu ‘pengalaman itulah, Wisnu Arimbawa menyatakan tidak tertutup wisman China kembali bersaing ‘ketat’ dengan Australia. “Kita tunggu pada awal Februari nanti. Kemungkinan kunjungan wisman asal Tiongkok akan terus bertambah,” terangnya. Mengapa awal Februari ? Hal itu berkaitan dengan Imlek. Dikatakan masyarakat China, baru akan bepergian usai melakoni tradisi Imlek. “Jadi setelah akhir Januari atau awal Februari baru akan terlihat,” ucap CEO Bali GEDE Transport ini. Antusias wisman China untuk berwisata ke luar negeri, termasuk ke Bali, tentu tinggi, setelah hampir 3 tahun mereka ‘terkurung’ tidak diperbolehkan keluar oleh otoritasnya. Berbeda dengan wisman Australia yang sudah datang mendahului. Sehingga untuk Australia, kemungkinan jumlah kunjungan bisa menyusut.
Sebagai gambaran dominasi wisman Australia dan India, terlihat dari 10 besar kunjungan wisman ke Bali dari Januari-November 2022. Jumlah wisman Australia pada periode tersebut 511.590. India 146.111. Inggris 108.888. Singapura 93.483, Amerika Serikat 91.356. Perancis 88.433, Jerman 85.107, Malaysia 67.676, Korea Selatan 49.238 dan Belanda 48.610.
Sehubungan dengan semakin meningkatnya kedatangan wisman ke Bali, menurut Wisnu Arimbawa ada dua infrastruktur yang mendesak mendapat penanganan. Pertama manajemen atau tata kelola lalu lintas dan penanganan sampah.
Untuk manajemen lalu lintas, kemacetan diharap menjadi skala prioritas ditangani. “Sekarang wisman China belum banyak, sudah macet. Apalagi setelah semakin ramai nanti…,” ungkap Wisnu Arimbawa.
Tidak hanya kepada Pemprov, kepada Pemkab/Pemkot se-Bali, kemacetan diharap bisa ditangani. Setidaknya diminimalisir. Apalagi umumnya, wisatawan China biasanya sebagian besar dalam grup-grup besar, menggunakan kendaraan besar atau bus. Hal itu, kata Wisnu Arimbawa tentu akan banyak memblock ruas jalan. Karenanya kemacetan itu, merupakan persoalan yang paling urgen ditangani. Yang kedua, penanganan sampah. Bau sampah seperti dari kawasan TPA Suwung, juga mendesak segera bisa diselesaikan. “Coba lah lewat, kan baunya menyengat sekali,” ucap pelaku pariwisata asal Klungkung. Jadi dua persoalan tersebut, kemacetan dan sampah, yang mendesak untuk ditangani menyongsong ramainya kunjungan wisman ke Bali. *K17
Komentar