Eksportir Kakao Bali Jalin Kerjasama antar Daerah
Antisipasi Tingginya Permintaan
DENPASAR,NusaBali
Mengantisipasi tingginya permintaan biji kakao dari luar negeri, kalangan eksportir kakao Bali menjalin penjajagan kerjasama dengan mitra dari luar provinsi.
Seperti yang dilakoni I Ketut Widnyana, Ketua Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KSS), Jembrana. Untuk diketahui KKSS merupakan koperasi para petani kakao di Jembrana. Sebanyak 241 petani yang tergabung dalam KKSS. Luas lahan sekitar 200 haktare. Produksinya biji
kakao fermentasi untuk ekspor.
Dikatakan Widnyana, rencana kerjasama tersebut dilakukan dengan koperasi sejenis diantaranya di Ende dan Sika (NTT), di Masamba dan Poso(Sulewesi Tengah).
”Itu yang diluar daerah,” terangnya, Minggu(29/1).
Tentu saja kerjasama itu juga dilakukan di Bali. Diantaranya di Tabanan. Menurut Widyana, produksi kakao koperasi Kerta Semaya Samaniya tahun 2022 hanya 43 ton. Jumlah tersebut menurun, dibandingkan dengan produksi maksimal yang pernah dicapai 57 ton pada tahun 2018.
“Kita ‘kewalahan’ memenuhi permintaan,” ungkap Widnyana.
Pasar tersebut antara lain Belanda, Perancis, Belgia, Turki dan Amerika Serikat. Karena itulah diupayakan kerjasama dengan pendampingan dari mitra (konsorsium). “Nanti ekspornya bersama,” ungkap Widnyana.
Kakao produk Bali, khususnya dari Jembrana memang sangat diminati pasar luar negeri dan dalam negeri. Hal itu karena mutunya yang tetap terjaga.
Faktor alam, yakni cuaca ekstrem menjadi pemicu berkurangnya produksi kakao. Kakao memerlukan cuaca sedang. Tidak terlalu kering dan juga tidak terlalu basah, yakni curah hujan tinggi. Jika cuaca terlalu kering atau panas, pertumbuhan buah terganggu, karena kekurangan air.
Sebaliknya curah hujan terlalu tinggi, gangguan hama penyakit bakteri yang menyebabkan busuk buah, menyerang.
“Faktor cuaca inilah yang terjadi sehingga panen kakao menurun,” kata Widnyana. Untuk diketahui data dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali, volume dan nilai ekspor kakao memang kecil. Dari Januari-Desember 2022 lalu, total volume ekspor kakao hanya 3,3 ton dengan nilai 36 ribu dollar (Rp540 juta).
Bersama dengan kopi dan vanili, kakao dikelompokkan dalam komoditas perkebunan dengan nilai ekspor hanya 835 ribu dollar (Rp 12,5 miliar) atau hanya 0,23 persen dari total ekspor Bali sebesar 357 juta dollar (Rp5,3 triliun). *K17
Dikatakan Widnyana, rencana kerjasama tersebut dilakukan dengan koperasi sejenis diantaranya di Ende dan Sika (NTT), di Masamba dan Poso(Sulewesi Tengah).
”Itu yang diluar daerah,” terangnya, Minggu(29/1).
Tentu saja kerjasama itu juga dilakukan di Bali. Diantaranya di Tabanan. Menurut Widyana, produksi kakao koperasi Kerta Semaya Samaniya tahun 2022 hanya 43 ton. Jumlah tersebut menurun, dibandingkan dengan produksi maksimal yang pernah dicapai 57 ton pada tahun 2018.
“Kita ‘kewalahan’ memenuhi permintaan,” ungkap Widnyana.
Pasar tersebut antara lain Belanda, Perancis, Belgia, Turki dan Amerika Serikat. Karena itulah diupayakan kerjasama dengan pendampingan dari mitra (konsorsium). “Nanti ekspornya bersama,” ungkap Widnyana.
Kakao produk Bali, khususnya dari Jembrana memang sangat diminati pasar luar negeri dan dalam negeri. Hal itu karena mutunya yang tetap terjaga.
Faktor alam, yakni cuaca ekstrem menjadi pemicu berkurangnya produksi kakao. Kakao memerlukan cuaca sedang. Tidak terlalu kering dan juga tidak terlalu basah, yakni curah hujan tinggi. Jika cuaca terlalu kering atau panas, pertumbuhan buah terganggu, karena kekurangan air.
Sebaliknya curah hujan terlalu tinggi, gangguan hama penyakit bakteri yang menyebabkan busuk buah, menyerang.
“Faktor cuaca inilah yang terjadi sehingga panen kakao menurun,” kata Widnyana. Untuk diketahui data dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali, volume dan nilai ekspor kakao memang kecil. Dari Januari-Desember 2022 lalu, total volume ekspor kakao hanya 3,3 ton dengan nilai 36 ribu dollar (Rp540 juta).
Bersama dengan kopi dan vanili, kakao dikelompokkan dalam komoditas perkebunan dengan nilai ekspor hanya 835 ribu dollar (Rp 12,5 miliar) atau hanya 0,23 persen dari total ekspor Bali sebesar 357 juta dollar (Rp5,3 triliun). *K17
1
Komentar