Marmar Herayukti Colek Workshop Ogoh-Ogoh Styrofoam di Dharmanegara Alaya
DENPASAR, NusaBali.com - Seniman ogoh-ogoh Marmar Herayukti ‘mencolek’ talkshow dan edukasi ogoh-ogoh yang berisi workshop penggarapan styrofoam di Dharmanegara Alaya (DNA) pada Minggu (29/1/2023) siang.
Seniman environmentalis ini mengkritisi ajang yang dianggap memperkenalkan kembali penggunaan styrofoam dalam pembuatan ogoh-ogoh itu. Kritik itu disampaikan Marmar lewat akun Instagramnya pada Senin (30/1/2023) sekitar pukul 17.30 Wita.
“apaapaan?” tulis seniman asal Banjar Gemeh, Desa Dauh Puri Kangin, Denpasar Barat dalam caption unggahannya.
Unggahan tersebut berisi foto berlatar workshop bertajuk ‘Berkarya Asik dengan Non Organik’ yang diselenggarakan Pasikian Yowana Kota Denpasar bersama Sing Main Main. Dengan latar tersebut, terdapat tulisan berbunyi menyayangkan penggunaan kembali elemen plastik.
Tulisan tersebut berbunyi: ‘Di tengah perjuangan kita menghilangkan styrofoam dan sampah plastik dr budaya kita tiba2 ada kesanganfest bikin workshop styrofoam? Tag yg km harus tag’.
Unggahan Marmar itu pun menandai beberapa akun Instagram yang berkaitan dengan acara yang berlangsung di Selasar Taksu DNA itu. Di antara yang ditandai ada penyelenggara yakni Pasikian Yowana Kota Denpasar dan Sing Main Main.
Ada Kedux Garage dan Gusman Surya sebagai pengisi workshop. Juga, Robi Navicula yang dikenal sebagai musisi sekaligus aktivis lingkungan, yang juga didaulat sebagai bintang tamu dalam sebuah sesi serangkaian acara tersebut.
Dalam kolom komentar unggahan itu, warganet pun menanggapi beragam. Kebanyakan di antara mereka menyayangkan adanya upaya untuk mengembalikan elemen plastik ke dalam tradisi penggarapan ogoh-ogoh. Meskipun, ada pula akun yang berusaha mengklarifikasi mengenai maksud dari workshop tersebut.
“Lbh asik pke tiing, garap rame rame, negul jak liu, ada ne nyebit tiing, ada ne ngerot,” tulis akun winnmaryadi yang juga seorang seniman ogoh-ogoh.
Sementara ada pula yang berusaha meluruskan seperti akun madelangon. Ia merujukkan komentarnya kepada penjelasan dari salah satu penyelenggara yakni Sing Main Main.
“Dulu dilarang banyak yg melanggar, skr tidak dilarang tp disiapkan solusi begitu penjelasan Go Andik (Sing Main Main) divideo ini,” tulis madelangon sambil menuliskan tautan video dari YouTube.
Di lain sisi, Manggala Pasikian Yowana Kota Denpasar AA Made Angga Harta Yana menjelaskan bahwa kriteria lomba ogoh-ogoh di Kota Denpasar masih sama dengan Pemprov Bali yakni berbahan organik. Sedangkan untuk ogoh-ogoh mini diperbolehkan menggunakan bahan baik organik maupun non organik termasuk styrofoam.
“Untuk lomba ogoh-ogoh raksasa di Kota Denpasar mengikuti Pemerintah Provinsi yaitu menggunakan bahan organik. Ogoh-ogoh mininya boleh dengan bahan apa pun,” kata Gung Angga ketika dijumpai di DNA pada Minggu siang.
Di acara tersebut pula Pemkot Denpasar menegaskan bahwa yowana tidak dianjurkan untuk menggunakan bahan non organik. Akan tetapi, Pemkot tidak melarang bahan di luar organik kalau memang harus dipakai. Sebab, sudah ada tiga Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kota Denpasar.
Namun demikian, warganet masih mempertanyakan apakah sistem TPST itu sudah benar-benar siap. Selain itu, warganet juga mengkritisi bahwa keberadaan sistem pengolahan sampah tidak bisa menjadi pembenaran untuk berplastik dalam kegiatan budaya seperti membuat ogoh-ogoh.
Warganet menganggap langkah ini seperti mundur ke belakang. Sebab, permasalahan sampah plastik sehari-hari pun belum tuntas dan belum tertangani dengan baik.
Sementara itu, Direktur Operasional Bali CMPP Andrean Raditha selaku pengelola tiga TPST di Denpasar yakni Kesiman Kertalangu, Tahura, dan Padangsambian Kaja, menyebutkan bahwa ketiga TPST ini baru akan beroperasi penuh pada bulan April tahun 2023 atau sekitar sebulan setelah Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1945.
“Ketiga TPST ini akan beroperasi penuh pada bulan April,” sebut Andrean ketika menjadi pembicara pada sebuah sesi di talkshow dan edukasi ogoh-ogoh yang dicolek Marmar itu. *rat
“apaapaan?” tulis seniman asal Banjar Gemeh, Desa Dauh Puri Kangin, Denpasar Barat dalam caption unggahannya.
Unggahan tersebut berisi foto berlatar workshop bertajuk ‘Berkarya Asik dengan Non Organik’ yang diselenggarakan Pasikian Yowana Kota Denpasar bersama Sing Main Main. Dengan latar tersebut, terdapat tulisan berbunyi menyayangkan penggunaan kembali elemen plastik.
Tulisan tersebut berbunyi: ‘Di tengah perjuangan kita menghilangkan styrofoam dan sampah plastik dr budaya kita tiba2 ada kesanganfest bikin workshop styrofoam? Tag yg km harus tag’.
Unggahan Marmar itu pun menandai beberapa akun Instagram yang berkaitan dengan acara yang berlangsung di Selasar Taksu DNA itu. Di antara yang ditandai ada penyelenggara yakni Pasikian Yowana Kota Denpasar dan Sing Main Main.
Ada Kedux Garage dan Gusman Surya sebagai pengisi workshop. Juga, Robi Navicula yang dikenal sebagai musisi sekaligus aktivis lingkungan, yang juga didaulat sebagai bintang tamu dalam sebuah sesi serangkaian acara tersebut.
Dalam kolom komentar unggahan itu, warganet pun menanggapi beragam. Kebanyakan di antara mereka menyayangkan adanya upaya untuk mengembalikan elemen plastik ke dalam tradisi penggarapan ogoh-ogoh. Meskipun, ada pula akun yang berusaha mengklarifikasi mengenai maksud dari workshop tersebut.
“Lbh asik pke tiing, garap rame rame, negul jak liu, ada ne nyebit tiing, ada ne ngerot,” tulis akun winnmaryadi yang juga seorang seniman ogoh-ogoh.
Sementara ada pula yang berusaha meluruskan seperti akun madelangon. Ia merujukkan komentarnya kepada penjelasan dari salah satu penyelenggara yakni Sing Main Main.
“Dulu dilarang banyak yg melanggar, skr tidak dilarang tp disiapkan solusi begitu penjelasan Go Andik (Sing Main Main) divideo ini,” tulis madelangon sambil menuliskan tautan video dari YouTube.
Di lain sisi, Manggala Pasikian Yowana Kota Denpasar AA Made Angga Harta Yana menjelaskan bahwa kriteria lomba ogoh-ogoh di Kota Denpasar masih sama dengan Pemprov Bali yakni berbahan organik. Sedangkan untuk ogoh-ogoh mini diperbolehkan menggunakan bahan baik organik maupun non organik termasuk styrofoam.
“Untuk lomba ogoh-ogoh raksasa di Kota Denpasar mengikuti Pemerintah Provinsi yaitu menggunakan bahan organik. Ogoh-ogoh mininya boleh dengan bahan apa pun,” kata Gung Angga ketika dijumpai di DNA pada Minggu siang.
Di acara tersebut pula Pemkot Denpasar menegaskan bahwa yowana tidak dianjurkan untuk menggunakan bahan non organik. Akan tetapi, Pemkot tidak melarang bahan di luar organik kalau memang harus dipakai. Sebab, sudah ada tiga Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kota Denpasar.
Namun demikian, warganet masih mempertanyakan apakah sistem TPST itu sudah benar-benar siap. Selain itu, warganet juga mengkritisi bahwa keberadaan sistem pengolahan sampah tidak bisa menjadi pembenaran untuk berplastik dalam kegiatan budaya seperti membuat ogoh-ogoh.
Warganet menganggap langkah ini seperti mundur ke belakang. Sebab, permasalahan sampah plastik sehari-hari pun belum tuntas dan belum tertangani dengan baik.
Sementara itu, Direktur Operasional Bali CMPP Andrean Raditha selaku pengelola tiga TPST di Denpasar yakni Kesiman Kertalangu, Tahura, dan Padangsambian Kaja, menyebutkan bahwa ketiga TPST ini baru akan beroperasi penuh pada bulan April tahun 2023 atau sekitar sebulan setelah Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1945.
“Ketiga TPST ini akan beroperasi penuh pada bulan April,” sebut Andrean ketika menjadi pembicara pada sebuah sesi di talkshow dan edukasi ogoh-ogoh yang dicolek Marmar itu. *rat
Komentar