Memanfaatkan Artificial Intelligence untuk Melestarikan Cagar Budaya: Solusi Baru atau Ancaman?
Artificial Intelligence
Cagar Budaya
Balai Pelestarian Kebudayaan
Teknologi
Building Information Modeling
Tensorflow
Cagar budaya merupakan warisan sejarah dan budaya yang harus dilestarikan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. Namun begitu, konservasi dan revitalisasi cagar budaya seringkali mengalami kendala. Beberapa cagar budaya rusak atau hilang karena faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi keduanya.
Penulis: I Gusti Agung Gede Artanegara
Pamong Budaya Ahli Muda
Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV (Bali-Nusa Tenggara Barat)
Di era teknologi yang semakin maju saat ini, artificial intelligence dianggap sebagai salah satu solusi untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Salah satunya adalah dalam bidang pelestarian cagar budaya. Indonesia, sebagai negara yang kaya akan kekayaan budaya, tentunya harus menemukan cara untuk melestarikan cagar budaya yang dimilikinya. Artificial intelligence adalah teknologi yang digunakan untuk menciptakan sistem yang dapat belajar dan beradaptasi seperti manusia. dapat digunakan dalam berbagai bidang, seperti robotika, pengenalan suara, pembelajaran mesin, dan banyak lagi.
Artificial intelligence memiliki kemampuan untuk membantu dalam pelestarian cagar budaya dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Penggunaan teknologi seperti machine learning dan analisis data dapat digunakan untuk mengidentifikasi objek cagar budaya, menganalisis kondisi cagar budaya, dan memprediksi masa depan cagar budaya. Selain itu, teknologi ini juga dapat digunakan untuk menyediakan informasi yang lebih baik dan akses yang lebih mudah bagi pengunjung dan pemelihara cagar budaya.
Bagi sebagian orang, hadirnya artificial intelligence dapat memberikan ancaman bagi cagar budaya maupun manusia itu sendiri, seperti kesalahan dalam analisis data oleh artificial intelligence, kehilangan data, mengabaikan aspek kemanusiaan dalam pelestarian cagar budaya, mengabaikan konteks cagar budaya (nilai budaya atau sejarah), dan mengabaikan peran manusia. Walaupun ada beberapa ancaman yang dapat muncul dari kehadiran artificial intelligence dalam pelestarian cagar budaya, terdapat juga beberapa peluang yang dapat diperoleh dari penggunaan artificial intelligence dalam pelestarian cagar budaya, antara lain kemampuan artificial intelligence dalam menganalisis data yang cepat dan akurat, mampu mendeteksi masalah yang tidak terdeteksi, dapat melakukan pemantauan secara real-time, peningkatan efisiensi dalam pelestarian dan juga aksesibilitas.
Banyak software Artificial intelligence yang dapat digunakan misalnya Tensorflow dimana software ini memiliki kemampuan mengidentifikasi objek cagar budaya seperti bangunan bersejarah, situs arkeologi, atau patung. Software lainnya adalah Building Information Modeling (BIM) yang merupakan sebuah platform dimana kemampuannya untuk membuat model 3D dari sebuah bangunan atau objek cagar budaya. Dengan BIM, pengguna dapat menganalisis kondisi bangunan atau objek cagar budaya dan melakukan simulasi untuk merencanakan pemeliharaan atau perbaikan. Pemetaan cagar budaya dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi survei dan pemetaan, seperti drone atau fotogrametri. Ini akan memungkinkan untuk membuat model 3D dari cagar budaya yang dapat digunakan untuk analisis kondisi, perencanaan pemeliharaan, dan juga aksesibilitas. Sistem monitoring dan pengelolaan yang otomatis dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan kondisi cagar budaya, seperti kerusakan, erosi, atau perubahan lingkungan, dan memberikan saran untuk tindakan yang perlu dilakukan.
Selain itu, pengembangan aplikasi pembelajaran berbasis artificial intelligence juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran tentang cagar budaya. Aplikasi ini dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang sejarah dan budaya cagar budaya, serta memberikan panduan untuk pengunjung. Aplikasi ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan interaksi antara pengunjung dan cagar budaya, seperti dengan menyediakan pengalaman virtual yang memungkinkan pengunjung untuk melihat cagar budaya dari berbagai sudut pandang.
Secara keseluruhan, penggunaan artificial intelligence dalam pelestarian cagar budaya dapat memberikan solusi yang lebih efektif dan efisien dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Namun, perlu diingat bahwa kehadiran artificial intelligence harus dilakukan dengan hati-hati dan tetap memperhatikan aspek kemanusiaan, konteks cagar budaya, dan peran manusia dalam proses pelestarian. Keberhasilan penggunaan artificial intelligence dalam pelestarian cagar budaya akan tergantung pada cara dan metode yang digunakan dalam implementasinya. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah, akademisi, dan industri untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi artificial intelligence dalam pelestarian cagar budaya dengan tepat sasaran dan sebaik-baiknya. Artificial intelligence dalam pelestarian cagar budaya merupakan solusi baru yang dapat digunakan untuk melestarikan cagar budaya di Indonesia. Dengan menggunakan teknologi artificial intelligence, kita dapat mengidentifikasi, mengamati, dan melestarikan cagar budaya dengan lebih efektif dan efisien. Namun, jangan lupa bahwa artificial intelligence harus digunakan dengan bijak dan selalu dalam kerangka konservasi dan revitalisasi sesuai dengan Undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya.
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
1
Komentar