Diolah dari Perajin Lokal dan Dikemas Jadi Arak Berkualitas
Selama ini produksi arak dari petani di Desa Duda Timur hanya dijual untuk kalangan lokal saja, ini yang mendasari diproduksinya ‘Arak Poleng’.
AMLAPURA, NusaBali
Pemerintah Desa (Pemdes) Duda Timur, Kecamatan
Selat, Karangasem meluncurkan produksi Arak Poleng hasil dari destilasi
(Penyulingan) beragam produksi arak dari petani/perajin arak desa
setempat.
Pemerintah Desa (Pemdes) Duda Timur, Kecamatan
Selat, Karangasem meluncurkan produksi Arak Poleng hasil dari destilasi
(Penyulingan) beragam produksi arak dari petani/perajin arak desa
setempat.
BUMDes Desa Duda Timur yang mengumpulkan produk arak tradisional itu selanjutnya diolah kembali menghasilkan arak dengan kadar alkohol 70 persen, lalu dikemas dengan diberi label Arak Poleng per botol isinya 500 ml.
Perbekel Duda Timur, I Gede Pawana di acara peluncuran Arak Poleng di Pasraman Mulatsarira, Banjar Wates Tengah, Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Karangasem, Rabu (1/2) menjelaskan di Desa Duda Timur terdapat Kelompok Perajin Arak Buayah beranggotakan 20 orang perajin, ditambah Koperasi yang menaungi 22 perajin arak, sehingga total ada 42 perajin arak.
Selanjutnya BUMDes berinisiatif mengumpulkan dan menampung hasil dari produksi para perajin tersebut. BUMDes membeli dengan harga Rp 21.000 hingga Rp 22.000 per botol isi 500 ml hingga 600 ml dari tangan petani. Selanjutnya BUMDes mengolah arak itu dengan melakukan destilasi per 50 liter arak menghasilkan 5 liter arak berkualitas dengan kadar alkohol 70 persen.
Selanjutnya BUMDes mengemas arak poleng itu menjadi lima jenis varian aroma, yakni gin, salak, orange, mete dan cerry. “Arak hasil produksi yang menjadi arak poleng telah tercampur sari buah, sehingga aromanya sari buah, seperti gin, salak, mete dan yang lainnya,” kata Perbekel Gede Pawana. Nama arak poleng itu sendiri maksudnya, arak yang berasal dari beragam hasil produksi petani. Harapannya produksi Arak Poleng ini bisa menembus pasar pariwisata.
Arak yang telah dikemas per botol 500 ml. Sementara ini terjual ke beberapa hotel dengan harga Rp 127.000 per botol dan telah mengantongi izin bea cukai. Juga tengah melakukan penjajakan ke beberapa pihak untuk pemasarannya. Selama ini produksi arak dari petani di Desa Duda Timur hanya dijual untuk kalangan lokal saja. Itulah yang mendasari pihak desa untuk mengakomodir produksi arak dari kalangan perajin/petani.
Sementara ini dalam mengolah produksi arak dari kalangan perajin dengan melakukan destilasi menjadi arak poleng melibatkan 3 tenaga kerja. “Produksinya 50 liter arak poleng per tiga hari,” tambahnya. Kepala Bidang (Kabid) Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat dan Kawasan Perdesaan Dinas PMD Dukcapil Provinsi Bali, Luh Gita Andari yang hadir dalam peluncuran ‘Arak Poleng’ kemarin mengapresiasi inovasi yang dilakukan Pemerintah Desa Duda Timur terkait produksi Arak Poleng tersebut.
“Ini mendukung bangkitnya perekonomian UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) dan melestarikan produksi arak tradisional,” jelas Gita Andari. Sementara Perajin Arak I Wayan Sutamayasa asal Banjar Wates Tengah, Desa Duda Timur juga mengapresiasi peluncuran arak poleng yang menampung hasil produksi arak dari para perajin.
“Sebelumnya saya jual arak per botol kisaran Rp 20.000, setelah ada yang menampung di BUMDes Desa Duda Timur, saya termotivasi meningkatkan produksi,” jelas Sutama Yasa. Selama ini katanya produksinya 160 botol per hari, nanti produksi bisa meningkat karena memiliki 10 mesin.
Hadir juga dalam peluncuran Arak Poleng kemarin, Kadis Pemberdayaan Masyarakat Desa Karangasem I Made Sugiartha, Camat Selat I Nengah Danu, Danramil Selat Kapten Inf I Wayan Jaya Antara, Kapolsek Selat AKP Bambang Haryanto, Bendesa Aliatan MDA Kecamatan Selat I Komang Sujana, dan segenap perbekel serta undangan lainnya. *k16
Komentar