Tangani DB, Buleleng Terapkan Wolbachia
Dalam sebulan, angka DB di Buleleng menembus 101 kasus, sehingga inovasi bakteri wolbachia diharapkan bisa meredam pembiakan aedes aegepty.
SINGARAJA, NusaBali
Buleleng menjadi salah satu daerah yang dipilih menjadi percontohan pemberantasan demam berdarah (DB) dengan teknologi wolbachia. Buleleng ditunjuk sebagai lokasi percontohan bersama Denpasar lantaran kasus DB mengalami lonjakan pada bulan Januari lalu.
Dinas Kesehatan Buleleng mencatat 101 kasus DB tersebar di sembilan kecamatan hanya di bulan Januari 2023. Sementara sepanjang 2022, total tercatat 875 kasus DB atau rata-rata 70 kasus per bulannya. Indikasi peningkatan kasus ini dipicu musim penghujan.
Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana mengatakan kasus DB merupakan salah satu penyakit yang rutin dapat terjadi setiap tahunnya. Penyakit DB ini pun disebut sudah menjadi endemi yang selalu berdampingan dengan masyarakat. Selama ini penanganan kasus DB dilakukan dengan mengutamakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Selain juga fogging nyamuk menyasar daerah rawan dan daerah kasus.
Lalu untuk memasifkan penanganan, World Mosquito Program (WMP) dan Pemerintah Provinsi Bali didukung Pemerintah Australia dan Gillespie Family Foundation melakukan proyek percontohan di Buleleng dan Denpasar. Inovasi pengendalian kasus demam berdarah ini dengan menggunakan bakteri wolbachia.
"Mudah-mudahan bisa dilakukan secara nyata di Buleleng. Setelah ini ada satu fakta yang kita harapkan yaitu penurunan," ucap pejabat asal Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini.
Menurutnya sosialisasi secara masif mesti dilakukan untuk mempercepat program pengendalian. "Makanya saat ini mengundang dari tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa adat. agar program pengendalian DB di Buleleng bisa dilakukan lebih cepat," imbuh Lihadnyana.
Dia juga menginstruksikan kepada instansi terkait agar lebih tanggap dalam penanganan. Sehingga tidak menunggu ada kasus meninggal dunia terlebih dahulu baru penanganan dimasifkan.
Sementara itu inovasi wolbachia dapat menahan virus dengue dalam tubuh nyamuk sehingga tidak menular ke manusia. Inovasi ini dikembangkan WMP dengan memasukkan bakteri wolbachia ke dalam nyamuk aedes aegepty. Selanjutnya nyamuk yang telah berisi bakteri wolbachia akan dilepas pada lingkungan untuk selanjutnya berkembangbiak.
Lalu bakteri yang telah ada di dalam tubuh nyamuk akan menghambat perkembangbiakan atau menjadikan nyamuk betina mandul. Namun jika bakteri menjangkiti nyamuk jantan, maka pengembangbiakannya akan menghasilkan larva nyamuk berbakteri wolbachia. Hal ini pun diyakini dapat memberantas nyamuk aedes aegepty dalam kurun waktu yang tidak lama, sehingga berdampak pada upaya pemerintah menurunkan kasus demam berdarah. *k23
Buleleng menjadi salah satu daerah yang dipilih menjadi percontohan pemberantasan demam berdarah (DB) dengan teknologi wolbachia. Buleleng ditunjuk sebagai lokasi percontohan bersama Denpasar lantaran kasus DB mengalami lonjakan pada bulan Januari lalu.
Dinas Kesehatan Buleleng mencatat 101 kasus DB tersebar di sembilan kecamatan hanya di bulan Januari 2023. Sementara sepanjang 2022, total tercatat 875 kasus DB atau rata-rata 70 kasus per bulannya. Indikasi peningkatan kasus ini dipicu musim penghujan.
Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana mengatakan kasus DB merupakan salah satu penyakit yang rutin dapat terjadi setiap tahunnya. Penyakit DB ini pun disebut sudah menjadi endemi yang selalu berdampingan dengan masyarakat. Selama ini penanganan kasus DB dilakukan dengan mengutamakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Selain juga fogging nyamuk menyasar daerah rawan dan daerah kasus.
Lalu untuk memasifkan penanganan, World Mosquito Program (WMP) dan Pemerintah Provinsi Bali didukung Pemerintah Australia dan Gillespie Family Foundation melakukan proyek percontohan di Buleleng dan Denpasar. Inovasi pengendalian kasus demam berdarah ini dengan menggunakan bakteri wolbachia.
"Mudah-mudahan bisa dilakukan secara nyata di Buleleng. Setelah ini ada satu fakta yang kita harapkan yaitu penurunan," ucap pejabat asal Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini.
Menurutnya sosialisasi secara masif mesti dilakukan untuk mempercepat program pengendalian. "Makanya saat ini mengundang dari tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa adat. agar program pengendalian DB di Buleleng bisa dilakukan lebih cepat," imbuh Lihadnyana.
Dia juga menginstruksikan kepada instansi terkait agar lebih tanggap dalam penanganan. Sehingga tidak menunggu ada kasus meninggal dunia terlebih dahulu baru penanganan dimasifkan.
Sementara itu inovasi wolbachia dapat menahan virus dengue dalam tubuh nyamuk sehingga tidak menular ke manusia. Inovasi ini dikembangkan WMP dengan memasukkan bakteri wolbachia ke dalam nyamuk aedes aegepty. Selanjutnya nyamuk yang telah berisi bakteri wolbachia akan dilepas pada lingkungan untuk selanjutnya berkembangbiak.
Lalu bakteri yang telah ada di dalam tubuh nyamuk akan menghambat perkembangbiakan atau menjadikan nyamuk betina mandul. Namun jika bakteri menjangkiti nyamuk jantan, maka pengembangbiakannya akan menghasilkan larva nyamuk berbakteri wolbachia. Hal ini pun diyakini dapat memberantas nyamuk aedes aegepty dalam kurun waktu yang tidak lama, sehingga berdampak pada upaya pemerintah menurunkan kasus demam berdarah. *k23
1
Komentar