La Nina ‘Melemah’ Bukan Berarti Tak Turun Hujan, Ketahui Penyebabnya
MANGUPURA, NusaBali.com – Kondisi Fenomena La Nina di Indonesia termasuk Bali digadang-gadang akan melemah pada tahun 2023, bukan berarti fenomena akan ini hilang seketika.
Sub Koordinator Pelayanan Jasa BMKG Wilayah III Denpasar, Tirtha Wijaya mengatakan fenomena La Nina merupakan fenomena penambahan curah hujan di atas normalnya yang kebalikan dari fenomena El Nino yakni pengurangan curah hujan.
Kondisi fenomena La Nina saat ini kata Tirtha, merupakan pertambahan masa udara basa ke wilayah Indonesia dan penambahan curah hujan dari wilayah pasifik ke wilayah Indonesia.
Sementara ditanya soal kondisi fenomena La Nina yang diprediksi oleh pihaknya akan mengarah ‘netral’ pun akan terjadi pada Februari-Maret mendatang, bukan berarti potensi hujan juga akan berhenti.
“Melemahnya La Nina itu bukan berarti menyulutkan adanya potensi hujan. Tetapi hujan itu tetap ada terutama di puncak-puncak musim hujan seperti di bulan Januari dan Februari ini,” ujar Tirtha saat ditemui di ruang kerjanya, di Jalan Raya Tuban, Kelurahan Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, Jumat (3/2/2023) siang.
Untuk persentase terjadi fenomena La Nina, Tirtha beranggapan berada di angka 80 persen. Namun fenomena La Nina akan berangsur sampai bulan Maret dan kecenderungannya akan kembali normal.
Menurut pihaknya, sesuai monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut (HTH) Provinsi Bali yang di update pada Selasa (31/1/2023), secara umum HTH di Bali berada pada kategori masih ada hujan hingga kategori kekeringan sangat pendek (1-5 Hari Tidak Turun Hujan). Sedangkan distribusi curah hujan di wilayah Bali secara umum antara 19.0 hingga 405.0 mm/dasarian.
“Jadi perlu di waspadai untuk potensi hujan 10 hari ke depan terutama untuk wilayah Jembrana, Tabanan, Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, Kota Denpasar, Klungkung, serta Karangasem, itu perlu diperhatikan,” jelasnya.
Curah hujan tersebut dapat berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas tinggi dan bisa disertai kilat dan juga petir. Kondisi ini akan terjadi secara merata di seluruh wilayah Bali namun perlu diperhatikan dengan intensitas tinggi yang akan menimbulkan dampak lainnya.
“Dampaknya tentu akan terjadi genangan di beberapa titik lokasi yang sering terkena banjir. Serta juga perlu dipertimbangkan kejadian tanah longsor dan pohon tumbang, itu biasa terjadi di periode musim hujan seperti saat ini,” terangnya.
Berdasarkan informasi citra infra merah Himawari-9 pada Jumat (3/2/2023) pukul 13.00 WIB yang dibeberkan oleh pihaknya, terdapat awan konvektif signifikan di wilayah Jambi, Kep. Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Sehingga hal tersebut, kata Tirtha akan nampak awan-awan yang memiliki potensi terjadinya hujan.
“Bagi masyarakat yang berada di wilayah potensi bencana tentunya harus mewaspadai terjadinya cuaca ekstrem di periode beberapa hari ke depan. Karena saat ini merupakan puncak-puncaknya musim penghujan dan perlu diperhatikan arahan-arahan dari pemerintah setempat agar ini menjadi perhatian dan harapan kami,” pesan Tirtha.
Masyarakat pun tak perlu khawatir soal kondisi ini. Sebab fenomena El Nino (pengurangan curah hujan) akan diprediksi normal di tahun 2023 yang akan terjadi mulai bulan Maret dan secara berangsur-angsur potensi hujan akan mulai menurun. *ris
Komentar