Big Size! Banjar Titih Denpasar Kembali Garap Ogoh-Ogoh Jumbo, Ada 5 Kepala Gambarkan Karakter Manusia
Manik Angkeran, Ratu Gede, dan Naga Bhasuki adalah tajuk ogoh-ogoh yang sudah familier di telinga penggemar action figure raksasa ini. Sederet ogoh-ogoh itu adalah karya dari Sekaa Teruna Rukun Pemuda-Pemudi Titih (Ruppti).
Sekaa teruna gabungan dari Banjar Titih Kaler, Banjar Titih Tengah, dan Banjar Titih Kelod ini rutin menghadirkan ogoh-ogoh big size berselang dua tahun sekali sejak 2017. Tradisi yang berawal dari rasa tertantang sebab ST Ruppti belum pernah membuat ogoh-ogoh big size kini menjadi keterusan.
Ketua ST Ruppti Made Fillo Dinantra, 27, menuturkan bahwa sebagai keluarga besar dari tiga banjar yang rukun bersatu, ogoh-ogoh berukuran standar kurang merepresentasikan kondisi Ruppti. Oleh karena itu, dibuatlah ogoh-ogoh berukuran jumbo sebagai gambaran besarnya persaudaraan.
“Tetapi karena ada lomba ogoh-ogoh, kami buat selang-seling. Misalnya tahun ini sudah buat big size, tahun berikutnya buat ukuran standar agar bisa dinilai. Karena penilaian itu harus di luar, kalau big size susah kami lakukan itu. Apalagi harus menutup jalan,” ungkap Fillo ketika ditemui di sela-sela penggarapan ogoh-ogoh pada Jumat (3/2/2023) malam.
Pada tawur kasanga menjelang Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1945 ini, Ruppti menyiapkan ogoh-ogoh berwujud raksasa bernama Asura. Asura digambarkan sedang duduk bersila seperti pose bertapa dengan tangan telungkup di atas lutut. Selain itu, Asura memiliki lima kepala dan empat tangan.
Kata sang arsitek, I Ketut Putra Aditya, 34, lima kepala berdimensi masing-masing (t x l) 125 x 90 cm ini menggambarkan lima karakter manusia. Sebab, masing-masing kepala Asura diperlihatkan dengan ekspresi yang berbeda-beda mulai dari marah, datar, sedih, bahagia, dan kebingungan.
Imbuh Fillo, sang Ketua Ruppti, ogoh-ogoh jumbo dengan lima kepala dan bertangan empat ini menjadi jawaban atas keinginan membuat ogoh-ogoh big size yang tidak biasa. Tidak sekadar besar namun beranatomi biasa-biasa saja.
Dimensi total dari ogoh-ogoh jumbo ini diperkirakan mencapai (t x l) 7 x 5,5 meter. Akan tetapi, lantaran ogoh-ogoh Asura ini digarap di dalam bale banjar yang tinggi ruangannya sekitar 5 meter maka tubuh ogoh-ogoh dipecah menjadi tiga modul. Ketiga modul itu terdiri dari pinggang-kaki, badan-lengan, dan kepala.
Modul pinggang-kaki memiliki dimensi (t x l) 2,5 x 5,5 meter. Bagian pinggang-kaki ini tertempel dua tangan Asura di atas lututnya. Ukuran masing-masing tangan itu cukup untuk menutupi badan orang dewasa. Sedangkan jari-jari tangannya tidak bisa digenggam secara utuh dengan telapak tangan orang dewasa.
Begitu juga dengan modul badan-lengan. Modul ini memiliki tinggi 3,5 meter dan jarak dari ujung lengan satu ke ujung lengan lain adalah 5,5 meter. Sama seperti jemari Asura yang susah digenggam penuh, lingkar lengan bawah raksasa Asura ini juga lebih dari satu depa atau tidak bisa dipeluk secara utuh.
Pemuda asal Banjar Titih Tengah ini memang jadi langganan sebagai arsitek penggarap ogoh-ogoh jumbo karya Ruppti. Meskipun sudah biasa membuat ogoh-ogoh big size, tantangan tetap ditemukan di setiap karyanya.
Seperti ogoh-ogoh Asura ini, adalah ogoh-ogoh Ruppti pertama yang berkepala lima dan bertangan empat. Dimensi dan lekuk anatomi menjadi tantangan. Sebab, apabila sedikit salah perhitungan atau ngeker, hasilnya bisa ‘matah’ sebab lekuknya kurang sesuai dengan besaran dimensinya.
“Kami berusaha tetap organik. Material yang kami gunakan ada besi untuk rangka, kemudian ada bambu tentunya, dan ada sedikit rotan untuk bagian tangan dan kepala supaya ditemukan lekukan yang pas,” jelas Malen.
Ketika ogoh-ogoh Asura ini rampung, diperkirakan akan mencapai berat 300-500 kilogram. Oleh karena itu, proses pengarakan bakal melibatkan tenaga mekanis seperti ban dan juga tenaga manusia. Kata Malen, tenaga manusia sudah pasti bakal digunakan penuh ketika nguyeng di catus pata.
Sementara itu, Ketua ST Ruppti Made Fillo membeberkan bahwa dana yang dijatah untuk merampungkan ogoh-ogoh jumbo ini sebesar Rp 30 juta. Toleransi pembiayaan yang membengkak untuk sementara dipatok pada angka Rp 40 juta.
Kata Fillo, biaya sebesar Rp 30 juta ini adalah Batuan Keuangan Khusus (BKK) Pemkot Denpasar yang diterima masing-masing Rp 10 juta oleh tiga kelompok sekaa teruna di bawah Ruppti.
“Kami nuasen (memulai kegiatan) pada 20 Desember tahun lalu. Ancang-ancang bisa selesai maksimal tiga hari sebelum pangrupukan. Semua bakal all out menjelang seminggu sebelum pangrupukan,” ujar Fillo yang juga lulusan Arsitektur dari Universitas Warmadewa.
Sejauh ini, pengerjaan ogoh-ogoh Asura ini masih pada tahap menempel koran untuk modul pinggang-kaki, tahap menganyam untuk modul badan-lengan, dan tahap rangka pada modul kepala. Semua ini dikerjakan oleh tujuh sampai 20 orang tergantung hari dan kesempatan.
Sebab, kebanyakan anggota Ruppti saat ini sudah bekerja dan sedang menempuh pendidikan. Oleh karena itu, Fillo dan Malen berusaha memanfaatkan segala tenaga dan sumber daya yang tersedia sembari tetap menjaga kekompakan. Lebih-lebih, Ruppti langganan tiga besar kontes ogoh-ogoh se-Desa Dauh Puri Kangin bersama Banjar Gemeh dan Suci. *rat
Komentar