Imajinasi Anak-anak Begitu Mengagumkan
Dari Lomba Menggambar Satua Bali
DENPASAR, NusaBali
50 anak SD tampak sangat antusias mengikuti Lomba Menggambar Satua Bali serangkaian Bulan Bahasa Bali ke-5 tahun 2023 di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Bali, Sabtu (4/1).
Kreativitas mereka mengagumkan dalam menggambarkan imajinasi cerita satua Bali yang pernah mereka dengar. Salah seorang juri Dr I Wayan Karja mengaku kaget dengan kemampuan kreativitas para peserta. Anak-anak terlihat fasih menggoreskan warna-warni demi mewujudkan imajinasi masing-masing. Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini menyampaikan, satua Bali atau cerita rakyat Bali mengandung nilai-nilai, pengetahuan, kebijaksanaan, logika, maupun etika yang masih sangat relevan dengan kehidupan modern saat ini. Jika dahulu cerita rakyat Bali disampaikan secara lisan, kini juga dapat digambarkan dalam bentuk visual.
"Ini menjadi satu hal yang visual, yang dulu hanya lisan sekarang bisa divisualkan, digambarkan dengan cara bebas kreatif oleh anak-anak dalam menafsirkan cerita-cerita tersebut," kata Wayan Karja di sela-sela lomba.
Menurutnya ada sekitar lima satua Bali yang diangkat para peserta. Namun ada satu tema yang banyak menjadi inspirasi anak-anak peserta lomba. Kata Wayan Karja banyak peserta lomba yang terinspirasi oleh cerita rakyat 'Cangak Maketu'. Cerita Cangak Maketu menceritakan bangau (cangak) yang memakai ketu (mahkota pendeta) berpura-pura menjadi seorang pendeta. Dengan menjadi pendeta cangak membuat tipu daya agar dapat memakan ikan-ikan buruannya. Sang bangau akhirnya mendapatkan karmanya setelah lehernya dipotong oleh buruan terakhirnya yang merupakan seekor ketam (kepiting). "Di sini nilai-nilai kejujuran sangat ditekankan jika tidak ingin mendapat karma seperti cangak tersebut," kata Karja.
Dikatakannya, melalui kegiatan menggambar nilai-nilai dalam cerita yang dikisahkan satuq Bali akan lebih mudah terintegrasi ke dalam hati dan pikiran anak-anak, sehingga nilai-nilai tersebut akan dibawanya hingga dewasa kelak.
"Terjemahan dalam bentuk visual gambar itu akan memberikan ingatan lebih kuat tidak hanya didengar kemudian menghilang. Bisa ditempel di dinding dilihat terus sehingga nilai-nilainya terus melekat," ujarnya.
Lebih jauh, Karja berharap cerita rakyat Bali tidak hanya berhenti sampai kegiatan menggambar. Namun bisa dikembangkan lebih jauh dalam bentuk video animasi ataupun film seperti halnya banyak film saat ini yang diangkat dari cerita rakyat. "Misalnya, pengusaha besar seperti Disney itu terinspirasi oleh cerita-cerita rakyat. Cerita-cerita rakyat seperti ini menginspirasi kehidupan modern saat ini karena kandungan local wisdom yang demikian kuat," ucapnya.
Sementara itu, akademisi Sastra Bali Universitas Udayana I Gede Gita Purnama MHum yang juga salah satu juri lomba, memberikan apresiasi terhadap lomba menggambar satua Bali ini. Menurutnya visualisasi satua Bali sangat penting dilakukan oleh anak-anak.
Selama ini, jelas dia, visualisasi cerita rakyat hanya dilakukan oleh orang dewasa, seperti ilustrator, guru, ataupun mahasiswa seni. Menurutnya imajinasi anak-anak dan orang dewasa terkadang tidak match. Sehingga hasil visualisasi orang dewasa tidak sesuai dengan harapan anak-anak itu sendiri. "Sekarang anak-anak yang memvisualisasi sesuai dengan kemampuan imajinasinya," kata Gita.
Dia pun mengharapkan, agar seluruh karya peserta yang menurutnya bagus semua dapat dirangkum ke dalam sebuah buku. Sehingga nantinya dapat dinikmati oleh kaum mereka sendiri dengan imajinasi yang masih 'sejajar'. Karena selama ini ilustrasi yang diberikan kepada anak-anak adalah hasil imajinasi orangtua.
Di sisi lain, Gita juga mencermati beberapa peserta yang tidak berasal dari Bali juga sangat menikmati menggambarkan kisah satua Bali. Hal itu menunjukkan anak-anak masih bersih dari prasangka. Bagi mereka berkreativitas lebih mengasyikkan dibanding mengkotak-kotakkan diri dalam perbedaan. "Bagi anak-anak tidak ada sekat-sekat sosial bagi mereka visualisasi jauh lebih penting," sebutnya.
Juri lainnya yang juga seorang animator I Gusti Ngurah Putu Yudha, juga gembira dengan masih banyaknya minat anak-anak yang mengikuti lomba menggambar satua Bali. Dia tidak menampik kemajuan zaman membuat cerita rakyat seakan terpinggirkan. Alih-alih meratapi, Yudha melihat peluang cerita rakyat Bali dikolaborasikan dengan teknologi digital. Dia berharap para peserta dan anak-anak lainnya bisa melanjutkkan kemampuan menggambarnya melalui media digital. "Semoga dari lomba satua Bali ini anak-anak terpancing mengerjakan karya yang berbasis teknologi digital," harapnya.*cr78
"Ini menjadi satu hal yang visual, yang dulu hanya lisan sekarang bisa divisualkan, digambarkan dengan cara bebas kreatif oleh anak-anak dalam menafsirkan cerita-cerita tersebut," kata Wayan Karja di sela-sela lomba.
Menurutnya ada sekitar lima satua Bali yang diangkat para peserta. Namun ada satu tema yang banyak menjadi inspirasi anak-anak peserta lomba. Kata Wayan Karja banyak peserta lomba yang terinspirasi oleh cerita rakyat 'Cangak Maketu'. Cerita Cangak Maketu menceritakan bangau (cangak) yang memakai ketu (mahkota pendeta) berpura-pura menjadi seorang pendeta. Dengan menjadi pendeta cangak membuat tipu daya agar dapat memakan ikan-ikan buruannya. Sang bangau akhirnya mendapatkan karmanya setelah lehernya dipotong oleh buruan terakhirnya yang merupakan seekor ketam (kepiting). "Di sini nilai-nilai kejujuran sangat ditekankan jika tidak ingin mendapat karma seperti cangak tersebut," kata Karja.
Dikatakannya, melalui kegiatan menggambar nilai-nilai dalam cerita yang dikisahkan satuq Bali akan lebih mudah terintegrasi ke dalam hati dan pikiran anak-anak, sehingga nilai-nilai tersebut akan dibawanya hingga dewasa kelak.
"Terjemahan dalam bentuk visual gambar itu akan memberikan ingatan lebih kuat tidak hanya didengar kemudian menghilang. Bisa ditempel di dinding dilihat terus sehingga nilai-nilainya terus melekat," ujarnya.
Lebih jauh, Karja berharap cerita rakyat Bali tidak hanya berhenti sampai kegiatan menggambar. Namun bisa dikembangkan lebih jauh dalam bentuk video animasi ataupun film seperti halnya banyak film saat ini yang diangkat dari cerita rakyat. "Misalnya, pengusaha besar seperti Disney itu terinspirasi oleh cerita-cerita rakyat. Cerita-cerita rakyat seperti ini menginspirasi kehidupan modern saat ini karena kandungan local wisdom yang demikian kuat," ucapnya.
Sementara itu, akademisi Sastra Bali Universitas Udayana I Gede Gita Purnama MHum yang juga salah satu juri lomba, memberikan apresiasi terhadap lomba menggambar satua Bali ini. Menurutnya visualisasi satua Bali sangat penting dilakukan oleh anak-anak.
Selama ini, jelas dia, visualisasi cerita rakyat hanya dilakukan oleh orang dewasa, seperti ilustrator, guru, ataupun mahasiswa seni. Menurutnya imajinasi anak-anak dan orang dewasa terkadang tidak match. Sehingga hasil visualisasi orang dewasa tidak sesuai dengan harapan anak-anak itu sendiri. "Sekarang anak-anak yang memvisualisasi sesuai dengan kemampuan imajinasinya," kata Gita.
Dia pun mengharapkan, agar seluruh karya peserta yang menurutnya bagus semua dapat dirangkum ke dalam sebuah buku. Sehingga nantinya dapat dinikmati oleh kaum mereka sendiri dengan imajinasi yang masih 'sejajar'. Karena selama ini ilustrasi yang diberikan kepada anak-anak adalah hasil imajinasi orangtua.
Di sisi lain, Gita juga mencermati beberapa peserta yang tidak berasal dari Bali juga sangat menikmati menggambarkan kisah satua Bali. Hal itu menunjukkan anak-anak masih bersih dari prasangka. Bagi mereka berkreativitas lebih mengasyikkan dibanding mengkotak-kotakkan diri dalam perbedaan. "Bagi anak-anak tidak ada sekat-sekat sosial bagi mereka visualisasi jauh lebih penting," sebutnya.
Juri lainnya yang juga seorang animator I Gusti Ngurah Putu Yudha, juga gembira dengan masih banyaknya minat anak-anak yang mengikuti lomba menggambar satua Bali. Dia tidak menampik kemajuan zaman membuat cerita rakyat seakan terpinggirkan. Alih-alih meratapi, Yudha melihat peluang cerita rakyat Bali dikolaborasikan dengan teknologi digital. Dia berharap para peserta dan anak-anak lainnya bisa melanjutkkan kemampuan menggambarnya melalui media digital. "Semoga dari lomba satua Bali ini anak-anak terpancing mengerjakan karya yang berbasis teknologi digital," harapnya.*cr78
1
Komentar