Kedux: Pelihara Skill Ogoh-Ogoh, Beradaptasi dengan Zaman, Bisa Jadi Industri
DENPASAR, NusaBali.com - Komang Gede Sentana Putra alias Kedux meminta agar yowana tidak hanya menjalankan skill menggarap ogoh-ogoh menjelang sasih kasanga saja.
Sebab, apabila dilakukan dengan tekun dan disalurkan ke medium yang sesuai, dapat menjadi sumber pendapatan. Lebih jauh lagi, skill penggarapan ogoh-ogoh yang terpelihara dapat mencipta industri.
“Saya harap skill membuat ogoh-ogoh itu tidak hanya dilakukan pada saat kasanga. Bagaimana agar skill itu bisa bermanfaat bagi pemiliknya,” tutur Kedux di hadapan insan yowana Kota Denpasar belum lama ini.
Kata Kedux, salah satu cara agar skill ogoh-ogoh tetap terpelihara adalah menyalurkan skill itu ke aktivitas yang masih berkaitan. Misalnya membuat patung, membuat instalasi seni, bahkan action figure.
Pada dasarnya, latar belakang pria asal Banjar Tainsiat, Desa Dangin Puri Kaja, Denpasar Utara ini sebagai builder otomotif membuka jalannya memelihara skill itu. Bahkan kedua skill ini dicampuradukan agar sama-sama terpelihara.
“Budaya itu harus berjalan beriringan dengan perkembangan teknologi. Kalau tidak, kita bisa ketinggalan jauh,” ujar Kedux.
Menurut pendiri Kedux Garage ini, Bali sudah dipandang oleh banyak mata. Peluang skill ogoh-ogoh ini termanfaatkan secara internasional sangat terbuka lebar. Hanya saja, seberapa siap dan adaptif seniman Bali berhadapan dengan teknologi masih menjadi pertanyaan.
Kedux memprediksi bahwa seniman ogoh-ogoh di Bali bisa saja dilirik oleh rumah produksi Hollywood untuk membuat properti, kostum silikon film fiksi-ilmiah, dan lainnya. Oleh karena itu, diharapkan agar seniman ogoh-ogoh tidak terpaku pada satu medium alat dan bahan ogoh-ogoh saja.
“Jangan sampai begitu kita diajak orang luar terus tidak bisa menerapkan skill ogoh-ogoh itu ke bahan dan medium lain karena tidak adaptif terhadap perkembangan teknologi,” jelas Kedux.
Kedux mengungkapkan bahwa dirinya sangat ingin mengawinkan budaya dengan teknologi. Sebab, dari pola inilah yang membuat kebudayaan luar berhasil meracuni orang dari budaya lain.
Budaya Bali sendiri, kata Kedux, sangat berpotensi menggunakan pola ini. Lantaran, budaya Bali memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh budaya lain.
Kemampuan menggarap ogoh-ogoh yang tetap dilakukan berkala dan tidak menunggu kasanga ini bisa menjadi bibit terciptanya industri di ranah ini. Gusman Surya contohnya. Kini ia disibukkan pesanan artwork anyaman dan lainnya dari beberapa perusahaan yang mempercayai karya-karyanya.
Hal ini tentu karena skill penggarapan ogoh-ogoh yang terus ia jalankan. Bahkan dari skill ini, Gusman mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk yowana di desanya. Lantaran, memenuhi pesan dan proyek tertentu memerlukan tenaga lebih banyak.
“Karena karya saya dikenal dan ada yang menyukai, akhirnya dipercaya untuk menggarap beberapa artwork oleh perusahaan. Dari sini juga saya mulai bisa mengajak anggota sekaa teruna terlibat,” pungkas Gusman pada kesempatan yang sama. *rat
Komentar