Petani Kopi Bersiap Memasuki Musim Panen
Petani kopi di wilayah Kintamani, Bangli kini tengah bersiap memasuki musim panen. Harga kopi di tingkat petani Rp 8.000 per kilogram.
BANGLI, NusaBali
Harga ini dinilai cukup tinggi oleh para petani.Panen raya kopi di wilayah ini diperkiraan dimulai Agutus mendatang. Salah seorang petani kopi, I Nengah Sugiman asal Desa Manikliyu, Kecamatan Kintamani, Bangli, mengatakan harga kopi di pasaran saat ini sangat berpihak kepada petani. Diakuinya, dengan cukup bagusnya harga kopi, sehingga petani tertarik untuk kembali mengembangkan tanaman kopi. “Petani di wilayah Kintamani kini kembali tertarik menanam kopi. Mereka banyak mengembangkan kopi dengan sistem tumpang sari,” jelasnya, Kamis (1/6).
Untuk penjualan kopi, petani lebih banyak menggunakan sistem pajegan atau petani menjual kopi di kebun langsung, dibandingakan menjual kopi hasil petik. “Memang ada sebagian petani yang mengolah kopi dengan sistem olah basah. Cuma jumlahnya relatif kecil,” ungkap Nengah Sugiman yang juga anggota DPRD Bangli ini.
Pihaknya berharap agar intansi terkait, dalam hal ini Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Bangli (PKP), bisa menjaga kesinambungan harga kopi. “Kami harap dinas PKP terus memantau maupun pembinaan ke petani," ujarnya.
Kedepan para petani mampu meningkatkan kuantitas serta kualitas kopi yang dihasilkan. Diungkapkan pula harga kopi saat ini mengairahkan, hanya saja produksi kopi turun, karena tanaman kopi habis dipangkas. “Siklus panen raya kopi berlangsung dua tahunan. Kalau saat ini produksi turun, ini berarti tahun depan panen kopi akan lebih bagus,” ungkapnya. *e
Harga ini dinilai cukup tinggi oleh para petani.Panen raya kopi di wilayah ini diperkiraan dimulai Agutus mendatang. Salah seorang petani kopi, I Nengah Sugiman asal Desa Manikliyu, Kecamatan Kintamani, Bangli, mengatakan harga kopi di pasaran saat ini sangat berpihak kepada petani. Diakuinya, dengan cukup bagusnya harga kopi, sehingga petani tertarik untuk kembali mengembangkan tanaman kopi. “Petani di wilayah Kintamani kini kembali tertarik menanam kopi. Mereka banyak mengembangkan kopi dengan sistem tumpang sari,” jelasnya, Kamis (1/6).
Untuk penjualan kopi, petani lebih banyak menggunakan sistem pajegan atau petani menjual kopi di kebun langsung, dibandingakan menjual kopi hasil petik. “Memang ada sebagian petani yang mengolah kopi dengan sistem olah basah. Cuma jumlahnya relatif kecil,” ungkap Nengah Sugiman yang juga anggota DPRD Bangli ini.
Pihaknya berharap agar intansi terkait, dalam hal ini Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Bangli (PKP), bisa menjaga kesinambungan harga kopi. “Kami harap dinas PKP terus memantau maupun pembinaan ke petani," ujarnya.
Kedepan para petani mampu meningkatkan kuantitas serta kualitas kopi yang dihasilkan. Diungkapkan pula harga kopi saat ini mengairahkan, hanya saja produksi kopi turun, karena tanaman kopi habis dipangkas. “Siklus panen raya kopi berlangsung dua tahunan. Kalau saat ini produksi turun, ini berarti tahun depan panen kopi akan lebih bagus,” ungkapnya. *e
1
Komentar