LPM 'Ngos-ngosan' Laksanakan Fogging Massal di Kuta
Sulit Dapatkan Solar, Ganti Pakai Solar Dex
MANGUPURA, NusaBali
Upaya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kuta melakukan fogging (pengasapan) massal di seluruh wilayah Kelurahan Kuta mengalami kendala dalam penyediaan bahan bakar solar.
Pasalnya, banyak aturan yang harus dilalui untuk mendapatkan solar. Alhasil, cara alternatif yang ditempuh adalah mengganti solar menjadi solar dex yang notabene harganya mencapai 2 kali lipat. Meski demikian, LPM tetap membelinya sebagai upaya pencegahan atas munculnya kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Kuta.
Ketua LPM Kuta Putu Adnyana mengaku memang cukup kesulitan mendapatkan bahan bakar solar. Hal itu dikarenakan regulasi terkait pemakaian BBM bersubsidi, yang mewajibkan adanya permohonan kepada pihak Pertamina untuk penggunaan solar. Pihaknya telah menempuh berbagai cara, namun prosesnya cenderung memakan waktu. Karena tidak bisa menggunakan solar, akhirnya dialihkan menggunakan solar dex, meskipun risikonya ada pembengkakan biaya. Meski ‘ngos-ngosan’ untuk pengadaan solar dex itu, LPM tetap membeli karena demi kepentingan masyarakat Kuta.
“Kalau dulu kita pakai solar itu harganya per liter sekitar Rp 8 ribu. Tapi sekarang pakai solar dex itu per liter sekitar Rp 16 ribu. Jadi biayanya membengkak 2 kali lipat,” kata Adnyana, Senin (13/2).
Pembengkakan biaya ini sangat terasa, apalagi dalam sekali kegiatan fogging massal untuk seluruh lingkungan Kelurahan Kuta, pihaknya menghabiskan 1.670 liter solar yang kemudian dicampurkan dengan obat. Di mana 512 liter di antaranya, biayanya disubsidi oleh pemerintah. Selain itu, pihaknya juga menghabiskan 880 liter pertamax untuk bahan bakar mesin, yang kemudian disubsidi pemerintah sebanyak 750 liter. Atas kondisi tersebut, pihaknya berharap pemerintah dapat membantu dari sisi penganggaran rutin dan pembiayaan kegiatan.
“Karena berkat upaya fogging massal, kasus DBD di Kuta tidak pernah signifikan. Walaupun terjadi kasus DBD di Kuta, tapi cenderung terus menurun dan melandai,” imbuh Adnyana
Dia juga tidak memungkiri, kalau kegiatan fogging dini tersebut merupakan agenda rutin yang dilaksanakan LPM bersama aparat Kelurahan Kuta, dengan menyasar seluruh lingkungan di Kelurahan Kuta. Hal itu sebagai upaya mengantisipasi dan menekan munculnya kasus DBD di kawasan tersebut. Kegiatan yang dilaksanakan 1 kali dalam setahun itu dilaksanakan saat menjelang musim pancaroba.
“Kegiatan fogging massal ini swadaya dari LPM yang kita kolaborasikan dengan program Kelurahan Kuta. Jadi itu di luar kegiatan fogging yang diagendakan Dinas Kesehatan atau puskesmas,” urai Adnyana.
Meski fogging massal yang dilakukan LPM itu untuk mengantisipasi adanya kasus DBD, namun jika di kemudian hari ada kasus, maka dinas terkait yang akan kembali melakukan fogging di lingkungan warga yang sakit. Sehingga sifatnya double fogging.
Untuk kegiatan fogging massal tahun ini sudah dilaksanakan mulai 11 Februari, dengan menyasar lingkungan Banjar Segara pada masa awal. Hal itu akan terus dilanjutkan sampai menyasar seluruh wilayah lingkungan Kelurahan Kuta, yang diperkirakan sampai 15 Maret.
“Kegiatan fogging dilaksanakan dari arah selatan baru menyasar wilayah utara Kelurahan Kuta. Ya, harapannya agar tidak ada kasus DBD di Kuta,” tandas Adnyana. *dar
Komentar