Juri Akui Kepiawaian Peserta Lomba Mewarnai Serangkaian Bulan Bahasa Bali
DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 24 anak-anak setingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK), menjadi peserta Wimbakara (Lomba) ‘Ngwarnin’ (mewanai) gambar serangkaian Bulan Bahasa Bali ke-5 Tahun 2023, di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar, Rabu (15/2).
Mereka menunjukkan kelihaian masing-masing dalam mewarnai gambar nelayan memancing ikan di laut. Salah seorang juri, Dr I Nengah Wirakesuma MSn mengatakan peserta lomba mewarnai gambar kali ini memang luar biasa. Mereka anak-anak setingkat PAUD dan TK, namun memiliki kreativitas yang tak bisa diremehkan. Mereka menunjukkan kemampuan yang luar biasa. Buktinya, mereka mampu mewarnai gambar sesuai dengan kriteria panitia, bahkan lebih.
“Kami sangat bangga, melihat kreativitas anak-anak yang sangat tinggi dan kami menilai rata-rata cukup tinggi. Mereka juga mewarnai dengan penambahan teknik, seperti teknik kerok dan gradasi,” ujarnya di sela lomba.
Kreativitas memang menjadi kriteria penilaian terhadap peserta, di samping keindahan dan kerapian. Dalam mewarnai, peserta diberikan kebebasan menggunakan media apa saja, sehingga menimbulkan efek yang lain.
“Ada dari mereka yang memanfaatkan teknik kerok, sehingga menimbulkan warna yang beda. Sebut saja misalnya mewarnai daun pohon dengan warna hijau. Setelah dikerok, ternyata muncul warna kekuning-kuningan dan warna lainnya. Itu kreativitas mereka yang patut diapresiasi,” ujar dosen Jurusan Seni Rupa dan Desain, ISI Denpasar ini.
Dirinya beserta juri yang lain, yakni, I Gusti Widnyana (praktisi desain grafis) dan I Putu Janottama SSn, MSn (dosen ISI Denpasar), melihat anak-anak yang menjadi peserta lomba kali ini memiliki ide dan gagasan untuk membuat warna menjadi lebih indah. Sebut saja dengan teknik gradasi, mereka membuat dari warna terang ke gelap atau dari gelap ke terang.
“Anak-anak melihat warna dari daun dan bunga sangat bervariatif. Terkadang, mereka melihat warna bunga tidak berwarna merah atau hijau, tetapi apa yang mereka lihat dekat, maka itu yang mereka ambil. Warna itu sangat berpengaruh pada apa yang mereka lihat di sampingnya,” papar Wirakesuma.
Topik yang diangkat sesuai dengan tema pelaksanaan Bulan Bahasa Bali ke-5, tentang kebudayaan dan pelestarian lingkungan. Hal itu dapat berpengaruh kepada anak-anak terutama dalam memahami lingkungan di mana mereka berada. Dari gambar nelayan memancing misalnya, diharapkan anak-anak benar-benar memahami, bahwa nelayan memang seperti itu. Ada nelayan, ikan, jukung, pancing, laut, pohon, dan apa saja yang ada di lingkungan pantai.
Dewi dan Ratih, orangtua peserta yang mengantar anak-anaknya lomba mengatakan, lomba mewarnai dalam ajang Bulan Bahasa Bali ini dapat memberikan anak-anaknya kegiatan. Ajang ini juga sebagai cara mengenalkan anak-anak pada lingkungan, karena mengangkat topik nelayan mencari ikan di laut. Namun, kata mereka, ukuran kertas yang digunakan dalam lomba lebih besar dari yang biasanya digunakan oleh anak-anak, sehingga anak-anak merasa kelelahan sebelum waktunya.
“Untuk peserta anak-anak setingkat PAUD, biasanya menggunakan kertas A3, sehingga mood-nya pas. Kalau kertas besar ini, baru mewarnai satu jam mereka sudah kehilangan mood. Maka, ada anak yang belum menyelesaikan karyanya, karena sudah jenuh,” papar keduanya. *cr78
1
Komentar