Golkar Bergolak Pasca Turun Rekomendasi
Muncul isu Koalisi Merah Kuning, di mana Sudikerta bisa turun kelas menjadi Cawagub Bali
Geredeg Datangi Tjok Pemecutan
DENPASAR, NusaBali
Situasi di intenal Beringin memanas setelah Ketua DPD I Golkar Bali, I Ketut Sudikerta, direkomendasi DPP Golkar sebagai Calon Gubernur (Cagub) Bali ke Pilgub 2018. Wakil Bendahara Umum DPP Golkar, I Wayan Geredeg, yang terpental dari perebutan rekomendasi Cagub Bali 2018, sempat terlibat keributan dengan Ketut Sudikerta, sehingga sesepuh partai Ida Tjokorda Pemecutan XI turun tangan menengahi mereka.
Imformasi yang dihimpun NusaBali, situasi panas ini menyeruak gara-gara Wayan Geredeg menghembuskan isu bahwa SK Rekomendasi Cagub Bali 2018 dari DPP Golkar buat Sudikerta bisa saja berubah dan dievaluasi. Hal ini membuat kubu Sudikerta marah.
Karena terlibat keributan dengan Sudikerta, Wayan Geredeg yang notabene mantan Bupati Karangasem dua kali periode (2005-2010, 2010-2015) sampai menemui sesepuh partai yang kini anggota Dewan Pertimbangan (Wantimbang) DPD I Golkar Bali, Ida Tjokorda Pemecutan XI, Jumat (2/6) sore pukul 17.00 Wita. Saat menemui Tjok Pemecutan di kediamannya di Puri Pemecutan, Denpasar Barat kemarin sore, Geredeg didampingi pengusaha hotel asal Kuta, Badung, Anak Agung Alit Arimbawa.
AA Alit Arimbawa sendiri merupakan pengusaha hotel yang sebelumnya sempat ditawari Sudikerta sebagai Bendahara DPD I Golkar Bali, namun menolak. Saat pertemuan dengan Tjok Pemecutan kemarin, Alit Arimbawa mendampingi Geredeg sampai pembicaraan kedua tokoh Golkar selesai petang sekitar pukul 18.30 Wita.
Dalam pertemuan di Bale Paseban (Rapai) Puri Pemecutan kemarin sore, Tjok Pemecutan didampingi sejumlah kerabat puri. Kendati ini pertemuan internal tokoh Golkar, namun NusaBali yang berada dari jarak sekitar 10 meter mendengar jelas pembicaraan Tjok Pemecutan dan Geredeg.
Terungkap, rekomendasi Cagub Bali 2018 yang dikantongi Sudikerta masih gonjang-ganjing. Sebab, sampai saat ini belum ada Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Bali yang definitif. SK Rekomendasi Cagub Bali 2018 dari DPP Golkar untuk Sudikerta pun disebutkan masih bisa dievaluasi.
Kubu Sudikerta tidak terima jurus Geredeg yang selama ini dianggap getol menyuarakan SK Rekomendasi Cagub Bali 2018 dari DPP Golkar untuk Sudikerta masih bisa berubah dan dievaluasi. Internal Golkar pun sempat bergolak atas kondisi tersebut. “Saya tidak pernah melawan SK DPP Golkar. Tapi, sebagai Korwil Bali DPP Golkar, saya punya kewajiban memberikan nasihat dan arahan,” ujar Geredeg atas situasi yang terjadi di internal Golkar.
Dalam pertemuan itu, Tjok Pemecutan menyatakan Geredeg tidak ada kesalahan. Sebab, sebagai Korwil Bali DPP Golkar, sudah seharusnya Geredeg memberikan nasihat. Menurut Tjok Pemecutan, sekarang Sudikerta sebaiknya cepat memilih tandemnya di posisi Cawagub Bali.
“Bagi saya, semua kader Golkar harus taat kalau sudah turun SK Cagub-Cawagub. Namun, Pak Geredeg nggak salah ketika memberikan arahan dan nasihat. Wong beliau pengurus DPP Golkar,” ujar Tjok Pemecutan usai bertemu Geredeg.
Tjok Pemecutan mengatakan, dirinya memberikan masukan untuk yang terbaik bagi Golkar. Masalahnya, rekomendasi satu-satu yang tidak definitif, bisa memicu gejolak. Jangan sampai ada yang bergerak sendiri-sendiri dengan kepentingan pribadi-pribadi.
“Golkar bisa nyerendeng (roboh). Jagalah soliditas kader. Bicaralah baik-baik soal paketnya nanti dan secepatnya putuskan. Kalau sudah ada paket calon, semua kader harus taat dan wajib laksanakan,” tegas Tjok Pemecutan yang juga mantan Ketua DPRD Badung dan anggota MPR di era Orde Baru.
Seusai pertemuan dengan Tjok Pemecutan kemarin petang, Geredeg menyebutkan dirinya selaku Korwil Bali DPP Golkar tidak ada menentang SK Rekomendasi Cagub Bali untuk Sudikerta. Namun, SK DPP Golkar itu memang bisa dievaluasi kalau situasi dan peta politik berubah. “Saya tetap menghormati SK Rekomendasi Cagub untuk Sudikerta. Ada beberapa pihak yang menghembuskan kalau saya me-lawan SK DPP Golkar. Saya tak mau malah berkembang isu yang dimanfaatkan untuk mengadu domba kami Geredeg vs Sudikerta,” ujar Geredeg kepada NusaBali.
Soal wacana Koalisi Merah Kuning (PDIP-Golkar) untuk Pilgub Bali 2018, juga diungkap Geredeg. Menurut Geredeg, wacana itu bisa saja terjadi, karena sudah ada komunikasi elite partai di pusat. “Namun, di Bali saya tidak tahu komunikasinya. Koalisi Merah Kuning itu tidak menutup kemungkinan terjadi di Pilgub Bali 2018,” tandas politisi senior asal Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem yang juga mantan ketua DPD II Golkar Karangasem ini.
Pernyataan Geredeg ini sekaligus memberikan sinyal tentang kemungkinan adanya perubahan dan pertarungan kembali berebut tiket rekomendasi. Sebab, kalau terjadi Koalisi Merah Kuning di Bali, PDIP lebih layak menduduki posisi Cagub (Bali 1), sementara Golkar di posisi Cawagub (Bali 2). Karenanya, Sudikerta atau kader Golkar lainnya bisa menjadi Cawagub dari PDIP. “Ya, semuanya bisa terjadi, tergantung komunikasi politik lintas partai ke depan,” jelas Geredeg.
Ketika ditanya soal wacana pasangan Wayan Koster-Wayan Geredeg, menurut Geredeg, pihaknya tidak pernah mendengar hal itu. Ditanya soal adanya Tim Sukses Geredeg melobi PDIP untuk meloloskan paket Koster-Geredeg, lagi-lagi dia mengelak. “Tidak ada itu, saya tidak tahu itu,” tegas ayah dari anggota Fraksi Golkar DPRD Bali Dapil Karangasem, Ni Putu Yuli Artini ini.
Sementara itu, Geredeg bukan hanya menemui sesepuh Golkar Ida Tjokorda Pemecutan XI. Jauh sebelum menemui Tjok Pemecutan, Geredeg juga sempat menemui Gubernur Bali Made Mangku Pastika---yang notabene anggota Dewan Pembina DPP Demokrat. Pertemuan terjadi sebulan lalu di kediaman pribadi Gubernur Pastika, Jalan Gatot Soebroto Timur Denpasar. Dalam pertemuan itu, Geredeg disebut-sebut minta dukungan untuk maju ke Pilgub Bali 2018.
Saat ditanya NusaBali kemarin petang, Geredeg juga mengakui sempat bertemu Gubernur Pastika. Namun, pertemuan kala itu bukan soal Pilgub Bali 2018. “Saya ketemu beliau (Mangku Pastika) karena saya minta pertimbangan akan menjadi warga di kawasan itu. Saya kebetulan punya rumah di sana,” kilah Geredeg. Kenapa harus ke Pastika? “Ya, namanya mohon izin kan wajar. Mau menjadi warga di sana, ya minta izinlah,” tandas Geredeg.
Sebelumnya, Ketut Sudikerta resmi direkomendasi DPP Golkar sebagai Cagub Bali dalam acara speseial sekaligus deklarasi SGB (Sudikerta Gubernur Bali) di Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Denpasar, Rabu (24/5) lalu. Namun, sejauh ini siapa tandem Sudikerta di posisi Cawagub Bali, belum ditentukan.
Semula, DPD I Golkar Bali incar Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra sebagai tandem SGB. Namun, karena lobi-lobi tidak berhasil, Golkar beralih incar Senator Shri I Gusti Arya Wedakarna menjadi Cawagub pentamping Sudikerta. Dalam Pilgub Bali 2018 nanti, Sudikerta boleh dikata sebagai incumbent. Pasalnya, politisi Golkar asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini kini ma-sih menjabat Wakil Gubernur Bali 2013-2018. *nat
DENPASAR, NusaBali
Situasi di intenal Beringin memanas setelah Ketua DPD I Golkar Bali, I Ketut Sudikerta, direkomendasi DPP Golkar sebagai Calon Gubernur (Cagub) Bali ke Pilgub 2018. Wakil Bendahara Umum DPP Golkar, I Wayan Geredeg, yang terpental dari perebutan rekomendasi Cagub Bali 2018, sempat terlibat keributan dengan Ketut Sudikerta, sehingga sesepuh partai Ida Tjokorda Pemecutan XI turun tangan menengahi mereka.
Imformasi yang dihimpun NusaBali, situasi panas ini menyeruak gara-gara Wayan Geredeg menghembuskan isu bahwa SK Rekomendasi Cagub Bali 2018 dari DPP Golkar buat Sudikerta bisa saja berubah dan dievaluasi. Hal ini membuat kubu Sudikerta marah.
Karena terlibat keributan dengan Sudikerta, Wayan Geredeg yang notabene mantan Bupati Karangasem dua kali periode (2005-2010, 2010-2015) sampai menemui sesepuh partai yang kini anggota Dewan Pertimbangan (Wantimbang) DPD I Golkar Bali, Ida Tjokorda Pemecutan XI, Jumat (2/6) sore pukul 17.00 Wita. Saat menemui Tjok Pemecutan di kediamannya di Puri Pemecutan, Denpasar Barat kemarin sore, Geredeg didampingi pengusaha hotel asal Kuta, Badung, Anak Agung Alit Arimbawa.
AA Alit Arimbawa sendiri merupakan pengusaha hotel yang sebelumnya sempat ditawari Sudikerta sebagai Bendahara DPD I Golkar Bali, namun menolak. Saat pertemuan dengan Tjok Pemecutan kemarin, Alit Arimbawa mendampingi Geredeg sampai pembicaraan kedua tokoh Golkar selesai petang sekitar pukul 18.30 Wita.
Dalam pertemuan di Bale Paseban (Rapai) Puri Pemecutan kemarin sore, Tjok Pemecutan didampingi sejumlah kerabat puri. Kendati ini pertemuan internal tokoh Golkar, namun NusaBali yang berada dari jarak sekitar 10 meter mendengar jelas pembicaraan Tjok Pemecutan dan Geredeg.
Terungkap, rekomendasi Cagub Bali 2018 yang dikantongi Sudikerta masih gonjang-ganjing. Sebab, sampai saat ini belum ada Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Bali yang definitif. SK Rekomendasi Cagub Bali 2018 dari DPP Golkar untuk Sudikerta pun disebutkan masih bisa dievaluasi.
Kubu Sudikerta tidak terima jurus Geredeg yang selama ini dianggap getol menyuarakan SK Rekomendasi Cagub Bali 2018 dari DPP Golkar untuk Sudikerta masih bisa berubah dan dievaluasi. Internal Golkar pun sempat bergolak atas kondisi tersebut. “Saya tidak pernah melawan SK DPP Golkar. Tapi, sebagai Korwil Bali DPP Golkar, saya punya kewajiban memberikan nasihat dan arahan,” ujar Geredeg atas situasi yang terjadi di internal Golkar.
Dalam pertemuan itu, Tjok Pemecutan menyatakan Geredeg tidak ada kesalahan. Sebab, sebagai Korwil Bali DPP Golkar, sudah seharusnya Geredeg memberikan nasihat. Menurut Tjok Pemecutan, sekarang Sudikerta sebaiknya cepat memilih tandemnya di posisi Cawagub Bali.
“Bagi saya, semua kader Golkar harus taat kalau sudah turun SK Cagub-Cawagub. Namun, Pak Geredeg nggak salah ketika memberikan arahan dan nasihat. Wong beliau pengurus DPP Golkar,” ujar Tjok Pemecutan usai bertemu Geredeg.
Tjok Pemecutan mengatakan, dirinya memberikan masukan untuk yang terbaik bagi Golkar. Masalahnya, rekomendasi satu-satu yang tidak definitif, bisa memicu gejolak. Jangan sampai ada yang bergerak sendiri-sendiri dengan kepentingan pribadi-pribadi.
“Golkar bisa nyerendeng (roboh). Jagalah soliditas kader. Bicaralah baik-baik soal paketnya nanti dan secepatnya putuskan. Kalau sudah ada paket calon, semua kader harus taat dan wajib laksanakan,” tegas Tjok Pemecutan yang juga mantan Ketua DPRD Badung dan anggota MPR di era Orde Baru.
Seusai pertemuan dengan Tjok Pemecutan kemarin petang, Geredeg menyebutkan dirinya selaku Korwil Bali DPP Golkar tidak ada menentang SK Rekomendasi Cagub Bali untuk Sudikerta. Namun, SK DPP Golkar itu memang bisa dievaluasi kalau situasi dan peta politik berubah. “Saya tetap menghormati SK Rekomendasi Cagub untuk Sudikerta. Ada beberapa pihak yang menghembuskan kalau saya me-lawan SK DPP Golkar. Saya tak mau malah berkembang isu yang dimanfaatkan untuk mengadu domba kami Geredeg vs Sudikerta,” ujar Geredeg kepada NusaBali.
Soal wacana Koalisi Merah Kuning (PDIP-Golkar) untuk Pilgub Bali 2018, juga diungkap Geredeg. Menurut Geredeg, wacana itu bisa saja terjadi, karena sudah ada komunikasi elite partai di pusat. “Namun, di Bali saya tidak tahu komunikasinya. Koalisi Merah Kuning itu tidak menutup kemungkinan terjadi di Pilgub Bali 2018,” tandas politisi senior asal Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem yang juga mantan ketua DPD II Golkar Karangasem ini.
Pernyataan Geredeg ini sekaligus memberikan sinyal tentang kemungkinan adanya perubahan dan pertarungan kembali berebut tiket rekomendasi. Sebab, kalau terjadi Koalisi Merah Kuning di Bali, PDIP lebih layak menduduki posisi Cagub (Bali 1), sementara Golkar di posisi Cawagub (Bali 2). Karenanya, Sudikerta atau kader Golkar lainnya bisa menjadi Cawagub dari PDIP. “Ya, semuanya bisa terjadi, tergantung komunikasi politik lintas partai ke depan,” jelas Geredeg.
Ketika ditanya soal wacana pasangan Wayan Koster-Wayan Geredeg, menurut Geredeg, pihaknya tidak pernah mendengar hal itu. Ditanya soal adanya Tim Sukses Geredeg melobi PDIP untuk meloloskan paket Koster-Geredeg, lagi-lagi dia mengelak. “Tidak ada itu, saya tidak tahu itu,” tegas ayah dari anggota Fraksi Golkar DPRD Bali Dapil Karangasem, Ni Putu Yuli Artini ini.
Sementara itu, Geredeg bukan hanya menemui sesepuh Golkar Ida Tjokorda Pemecutan XI. Jauh sebelum menemui Tjok Pemecutan, Geredeg juga sempat menemui Gubernur Bali Made Mangku Pastika---yang notabene anggota Dewan Pembina DPP Demokrat. Pertemuan terjadi sebulan lalu di kediaman pribadi Gubernur Pastika, Jalan Gatot Soebroto Timur Denpasar. Dalam pertemuan itu, Geredeg disebut-sebut minta dukungan untuk maju ke Pilgub Bali 2018.
Saat ditanya NusaBali kemarin petang, Geredeg juga mengakui sempat bertemu Gubernur Pastika. Namun, pertemuan kala itu bukan soal Pilgub Bali 2018. “Saya ketemu beliau (Mangku Pastika) karena saya minta pertimbangan akan menjadi warga di kawasan itu. Saya kebetulan punya rumah di sana,” kilah Geredeg. Kenapa harus ke Pastika? “Ya, namanya mohon izin kan wajar. Mau menjadi warga di sana, ya minta izinlah,” tandas Geredeg.
Sebelumnya, Ketut Sudikerta resmi direkomendasi DPP Golkar sebagai Cagub Bali dalam acara speseial sekaligus deklarasi SGB (Sudikerta Gubernur Bali) di Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Denpasar, Rabu (24/5) lalu. Namun, sejauh ini siapa tandem Sudikerta di posisi Cawagub Bali, belum ditentukan.
Semula, DPD I Golkar Bali incar Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra sebagai tandem SGB. Namun, karena lobi-lobi tidak berhasil, Golkar beralih incar Senator Shri I Gusti Arya Wedakarna menjadi Cawagub pentamping Sudikerta. Dalam Pilgub Bali 2018 nanti, Sudikerta boleh dikata sebagai incumbent. Pasalnya, politisi Golkar asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini kini ma-sih menjabat Wakil Gubernur Bali 2013-2018. *nat
Komentar