Fragmentari Siat Api, Karya Eksplorasi Cerita Tradisi Desa Adat Duda
AMLAPURA, NusaBali.com – Tradisi Siat Api (perang api) sebagai tradisi Desa Adat Duda, Karangasem memikat para wisatawan. Agar memudahkan para wisatawan memahami tradisi ini, maka dibuatkanlah fragmentari ‘Tari Siat Api’ untuk merefleksikan cerita awal mula tradisi tersebut.
Koordinator Pementasan Tari Siat Api, Ida Bagus Darma Wibawa Putra menjelaskan Tarian Siat Api dilakukan dengan fragmentari di mana mengambil dari cerita rakyat tentang bagaimana pelaksanaan Tradisi Siat Api.
Berawal dari kisah Ratu Dalem Nusa, Ratu Gede Mecaling yang saat sasih kewulu menurunkan pasukan atau anak buahnya tedun ke Bali untuk mencari labaan di Jagat Bali.
Pria yang akrab disapa Gus Mame ini menceritakan dari awal mula krama Desa Adat Duda mengantisipasi dan menetralisir keadaan itu sebagaimana saran panglingsir untuk melaksanakan upacara metabuhin yang dilaksanakan di Pura Puseh dan dilanjutkan di masing-masing rumah Desa Adat Duda.
“Sarana pertama pada metabuhin ini ada anjing merah sebagai sarana lawar yang digunakan labaan buta kala yang turun di sasih kewulu ini,” ujar Gus Mame saat ditemui seusai tradisi Siat Api pada Minggu (19/2/2023) malam.
Kurang lebih terdapat 30 orang penari dari krama Desa Adat Duda yang terbagi menjadi beberapa tokoh yakni penari kayonan, penari raksasa anak buah dari Ratu Dalem Nusa, tokoh perempuan, rakyat, tokoh bendesa adat duda, pemangku yang memimpin upacara di Desa Adat Duda.
Tak sendiri, dalam pembuatan fragmentari ini, Gus Mame juga didampingi oleh kedua rekan lainnya yakni Ni Ketut Sarining sebagai Penata Tari dan IB Sudana Astika Manuaba sebagai penata tabuh.
Pementasan fragmentari Siat Api tiap tahunnya , kata Gus Mame, para penari akan digilir yang terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok Timur Tukad Sangsang dan kelompok Barat Tukad Sangsang Desa Adat Duda.
Soal pembuatan fragmentari Siat Api, Gus Mame menuturkan telah membuatnya sejak 5 tahun silam dan mulai dipentaskan sejak tahun 2016. Selama 5 tahun tersebut, dirinya telah banyak melakukan pembaharuan gerakan serta berbagai properti tambahan.
“Setiap tahunnya ada inovasi tambahan mungkin dari properti atau gerakannya yang dikondisikan juga dengan keadaan zaman sekarang. Mungkin ke depan saya akan memanfaatkan teknologi pada fragmentari Siat Api ini,” jelas alumnus Pedalangan ISI Denpasar tahun 2007 ini.
Fragmentari yang berdurasi kurang lebih 20 menit ini tidak hanya menampilkan tarian saja namun menampilkan cerita awal mula Tradisi Siat Api. Untuk menceritakannya, selain menjadi seorang Koordinator Pementasan, Gus Mame juga berperan sebagai dalang yang menceritakan tradisi Siat Api.
Tak hanya ditarikan pada kegiatan tradisi Siat Api saja, namun bebernya fragmentari ini juga dipentaskan pada acara lainnya.
“Saat ini pementasannya Fragmentari Siat Api pernah kita lakukan di luar daerah seperti pada saat HUT Kota Bangli tahun 2017. Semoga ke depan fragmentari ini bisa berkelanjutan yang bisa dipentaskan terus saat tradisi Siat Api,” pungkasnya. *ris
1
Komentar