Tim Peneliti SMPN 1 Denpasar Dapat Apresiasi Internasional
Raih Medali Emas di Ajang Thailand Inventors Day 2023
DENPASAR, NusaBali
Bahaya styrofoam pada kesehatan dan lingkungan memantik empat peneliti muda SMP Negeri 1 Denpasar melakukan inovasi.
Mereka mengembangkan styrofoam dari bahan alami (biofoam) menggunakan bahan alami berupa ampas tahu dan limbah kulit kakao (buah cokelat).
Penelitian inovatif mereka yang terdiri dari Gusti Ayu Diah Prabaswari,15, (kelas 3), Gendis Ginanti,14, (kelas 3), Gusde Satria Vivecananda,13, (kelas 1), dan Dalem Khastara Vinayagar,12, (kelas 1), bahkan mendapat penghargaan medali emas pada ajang Thailand Inventors Day 2023 yang berlangsung di Bangkok, Thailand, 2-6 Februari 2023 lalu. Tak hanya itu, produk ramah lingkungan tersebut juga meraih special award dari Pejabat Pendidikan Daerah Klang Kementerian Pendidikan Malaysia pada ajang tersebut.
"Styrofoam sendiri mengandung satu dari empat serangkaian penyebab kanker, yaitu benzena," ujar Diah Prabaswari ditemui di sekolahnya, Jalan Surapati Denpasar, Senin (20/2). Penelitian Diah Prabaswari dan teman-temannya mengangkat judul 'Biofoam from a Combination of Tofu Pulp Waste and Cocoa Shell Waste (Theobroma cacao)’. Mereka mempresentasikan penelitian tersebut di atas podium dan poster. Dikatakannya, dalam pembuatan foam atau busa dibutuhkan bahan serat dan pati yang bisa didapatkan pada kulit kakao dan ampas tahu. Penggunaan kulit kakao dan ampas tahu juga diharapkan mengurangi keberadaan dua bahan tersebut yang sering dibuang sebagai limbah dan mengotori lingkungan.
Adapun produk biofoam yang mereka kembangkan berbentuk seperti piring kecil kecoklatan dengan tekstur yang padat. Untuk menghasilkan satu pcs biofoam, dibutuhkan 50 gram ampas tahu, 30 gram kulit kakao, dicampur dengan beberapa cairan kimia. "Nanti akan kita kembangin, terutama dari komposisi bahan dan bentuknya terutama. Biofoam kita belum sempurna karena belum bisa setipis biofoam pada umumnya," sebut Diah Prabaswari. Sementara itu, Gendis Ginanti, menambahkan mencari komposisi terbaik memang jadi tantangan paling berat sekaligus mengasyikkan dalam penelitian ini.
Setelah ampas tahu, kulit kakao, dan bahan kimia dicampur, adonan tersebut kemudian dikeringkan dengan cara dioven. Diperlukan kesabaran untuk mencoba beberapa kali sampai menemukan formula terbaik biofoam karya mereka. Ada beberapa pengujian yang harus dilakukan, meliputi uji berpori, uji tahan benturan, uji thermal, uji menyerap air, dan uji terurai. "Menurut saya di sana menariknya. Kita ngumpulin data untuk mencari komposisi bahan-bahan untuk membuat biofoam terbaik," ungkap Gendis yang bercita-cita menjadi dokter ini.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 1 Denpasar, Putu Nitha Virgantini SPd, menyampaikan selain di kelas penelitian dalam bidang apapun terwadahi dalam ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR). "Rasa ingin tahu mereka dipupuk, kemandiriannya pasti. Penelitian ini dari awal selain membutuhkan pemikiran juga diperlukan persiapan. Pasti ada fase down-nya, kegagalan memupuk sikap pantang menyerah," ujar Nitha yang ikut mendampingi siswa ke Thailand.
Prestasi yang diraih siswa, ujar Nitha, selain berasal dari rasa ingin tahu yang kuat dari siswa juga berkat dukungan penuh orangtua. Ia berharap para siswanya tidak berpuas diri dan tetap berkarya di kemudian hari dan menjadi inspirasi siswa lainnya. *cr78
1
Komentar