Korban Kebakaran Lelateng Dibantu Rp 145,3 Juta
Bantuan untuk para pedagang dialokasikan Rp 45,3 juta, sedangkan pembangunan kios diplot Rp 100 juta yang kesemuanya dibagi untuk 20 korban kebakaran.
NEGARA, NusaBali
Pemprov Bali mengalokasikan anggaran Bantuan Keuangan Khusus (BKK) sebesar Rp 145.300.000 terkait bencana kebakaran 20 kios di Pasar Desa Adat Lelateng, Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Jembrana, Sabtu (4/2) lalu. BKK itu akan digunakan dua kegiatan, yakni, bantuan stimulan pedagang sebesar Rp 45,3 juta, dan bantuan stimulan pembangunan kios Rp 100 juta.
Saat ini BKK dari Pemprov tersebut masih menunggu kelengkapan administrasi, khususnya berkaitan rincian Rancangan Anggaran Biaya (RAB) pembangunan kios dan kelengkapan sejumlah dokumen untuk bantuan stimulan ke pedagang.
"Anggarannya sudah ada. Tetapi pencairan masih menunggu kelengkapan administrasi. Dari Provinsi pun sudah minta secepatnya. Dan sekarang kami masih siapkan hal-hal yang diperlukan sehingga bisa segera cair," jelas Bandesa Lelateng, I Made Samiada, Kamis (23/2).
Samiada menjelaskan, pengalokasian dana BKK itu juga sudah diatur Pemprov. Khusus anggaran sebesar Rp 100 juta untuk bantuan stimulan pembangunan kios, nantinya bukan langsung diberikan berupa uang. Namun berupa barang atau material bangunan senilai Rp 100 juta. Sedangkan yang berupa uang hanya bantuan stimulan pedagang.
Menurut Samiada, dana bantuan stimulan pedagang dengan jumlah Rp 45,3 juta, akan dibagi kepada 10 orang pedagang yang terdampak dalam musibah kebakaran 20 kios beberapa waktu lalu itu. Pembagiannya diatur sesuai tingkat kerugian masing-masing pedagang. "Informasi yang kami terima, nilai bantuan ke pedagang ada yang maksimal Rp 5 juta. Ada juga yang di bawah itu. Beda-beda tergantung besar kecilnya kerugian," ucap Samiada.
Samiada menjelaskan, terkait bangunan kios yang terbakar beberapa waktu lalu, itu adalah bangunan milik para pedagang dengan status Hak Guna Usaha (HGU). Hanya lahan pasar yang merupakan milik Desa Adat.
Menurut Samiada, nilai bantuan Rp 100 juta yang disiapkan dari BKK Pemprov Bali untuk pembangunan kembali 20 kios yang terbakar, itu pun masih kurang dari estimasi kebutuhan biaya total sekitar Rp 200 juta.
Mengenai kekurangan biaya, itu pun masih dibahas pihak Desa Adat bersama para pedagang atau pemilik kios. Rencanaya, kata Samiada, ada dua alternatif yang disiapkan kepada pedagang dalam pembangunan kios nanti. Yakni antara ditalangi Desa Adat atau langsung dibiayai pedagang.
"Itu masih kami bahas. Apa nanti langsung mengambil inisiatif kembalikan ke pedagang atau dari Desa Adat yang menalangi dulu dan dicicil pedagang. Nanti keputusannya kami serahkan ke masing-masing pedagang," ucap Samiada.
Sambil menunggu keputusan bersama pedagang, Samiada mengaku, sudah mulai melakukan pembersihan di areal blok kios terbakar. Untuk pembersihan di pasar dilakukan secara bertahap sejak police line di lokasi dicabut sepekan lalu.
"Untuk melakukan pembersihan kami juga minta bantuan Dinas LH (Lingkungan Hidup). Pembersihan kami lakukan sore hari agar tidak menganggu aktivitas pengunjung ataupun pedagang di pasar," ucap Samiada.
Sementara dari hasil penyelidikan pihak kepolisian, penyebab kebakaran di dua blok kios bagian tengah Pasar Adat Lelateng pada Sabtu (4/2) malam lalu, diketahui karena dipicu korsleting listrik.
Mengenai penyebab kebakaran itu, Samiada mengaku, ada rencana menata jaringan listrik di pasar setempat. Termasuk berencana membuat aturan agar pedagang di pasar tidak sembarangan dalam menyambung listrik ataupun kedetelodoran yang dapat menjadi pemicu kebakaran.
Mengingat kebakaran di Pasar Adat Letateng pada Sabtu (4/2) lalu, itu adalah kejadian yang kedua kali. Di mana pada tahun 2021 lalu, juga sempat terjadi kebakaran yang meludeskan 8 kios yang berada di blok kios bagian barat pasar ini. Sedangkan 20 kios di dua blok kios yang terbakar bebrapa waktu lalu, merupakan blok kios yang ada di bagian tengah pasar. *ode
Saat ini BKK dari Pemprov tersebut masih menunggu kelengkapan administrasi, khususnya berkaitan rincian Rancangan Anggaran Biaya (RAB) pembangunan kios dan kelengkapan sejumlah dokumen untuk bantuan stimulan ke pedagang.
"Anggarannya sudah ada. Tetapi pencairan masih menunggu kelengkapan administrasi. Dari Provinsi pun sudah minta secepatnya. Dan sekarang kami masih siapkan hal-hal yang diperlukan sehingga bisa segera cair," jelas Bandesa Lelateng, I Made Samiada, Kamis (23/2).
Samiada menjelaskan, pengalokasian dana BKK itu juga sudah diatur Pemprov. Khusus anggaran sebesar Rp 100 juta untuk bantuan stimulan pembangunan kios, nantinya bukan langsung diberikan berupa uang. Namun berupa barang atau material bangunan senilai Rp 100 juta. Sedangkan yang berupa uang hanya bantuan stimulan pedagang.
Menurut Samiada, dana bantuan stimulan pedagang dengan jumlah Rp 45,3 juta, akan dibagi kepada 10 orang pedagang yang terdampak dalam musibah kebakaran 20 kios beberapa waktu lalu itu. Pembagiannya diatur sesuai tingkat kerugian masing-masing pedagang. "Informasi yang kami terima, nilai bantuan ke pedagang ada yang maksimal Rp 5 juta. Ada juga yang di bawah itu. Beda-beda tergantung besar kecilnya kerugian," ucap Samiada.
Samiada menjelaskan, terkait bangunan kios yang terbakar beberapa waktu lalu, itu adalah bangunan milik para pedagang dengan status Hak Guna Usaha (HGU). Hanya lahan pasar yang merupakan milik Desa Adat.
Menurut Samiada, nilai bantuan Rp 100 juta yang disiapkan dari BKK Pemprov Bali untuk pembangunan kembali 20 kios yang terbakar, itu pun masih kurang dari estimasi kebutuhan biaya total sekitar Rp 200 juta.
Mengenai kekurangan biaya, itu pun masih dibahas pihak Desa Adat bersama para pedagang atau pemilik kios. Rencanaya, kata Samiada, ada dua alternatif yang disiapkan kepada pedagang dalam pembangunan kios nanti. Yakni antara ditalangi Desa Adat atau langsung dibiayai pedagang.
"Itu masih kami bahas. Apa nanti langsung mengambil inisiatif kembalikan ke pedagang atau dari Desa Adat yang menalangi dulu dan dicicil pedagang. Nanti keputusannya kami serahkan ke masing-masing pedagang," ucap Samiada.
Sambil menunggu keputusan bersama pedagang, Samiada mengaku, sudah mulai melakukan pembersihan di areal blok kios terbakar. Untuk pembersihan di pasar dilakukan secara bertahap sejak police line di lokasi dicabut sepekan lalu.
"Untuk melakukan pembersihan kami juga minta bantuan Dinas LH (Lingkungan Hidup). Pembersihan kami lakukan sore hari agar tidak menganggu aktivitas pengunjung ataupun pedagang di pasar," ucap Samiada.
Sementara dari hasil penyelidikan pihak kepolisian, penyebab kebakaran di dua blok kios bagian tengah Pasar Adat Lelateng pada Sabtu (4/2) malam lalu, diketahui karena dipicu korsleting listrik.
Mengenai penyebab kebakaran itu, Samiada mengaku, ada rencana menata jaringan listrik di pasar setempat. Termasuk berencana membuat aturan agar pedagang di pasar tidak sembarangan dalam menyambung listrik ataupun kedetelodoran yang dapat menjadi pemicu kebakaran.
Mengingat kebakaran di Pasar Adat Letateng pada Sabtu (4/2) lalu, itu adalah kejadian yang kedua kali. Di mana pada tahun 2021 lalu, juga sempat terjadi kebakaran yang meludeskan 8 kios yang berada di blok kios bagian barat pasar ini. Sedangkan 20 kios di dua blok kios yang terbakar bebrapa waktu lalu, merupakan blok kios yang ada di bagian tengah pasar. *ode
Komentar