Pesan Moral Ogoh-Ogoh 'Kala Maya Tattwa' ST Dharma Citta Sumerta
DENPASAR, NusaBali.com – ST Dharma Citta, Banjar Abian Kapas Tengah, Desa Sumerta, Denpasar Timur masih menyelesaikan ogoh-ogoh ‘Kala Maya Tattwa’ yang menceritakan tentang bekal kehidupan manusia yakni suka, duka, lara dan pati.
Ogoh-ogoh yang disiapkan menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru 1945 Saka ini diarsiteki oleh Dwi Aga Yogiswara.
Ia dipercaya menjadi arsitek ogoh-ogoh ST Dharma Citta sejak 2015, atau sejak digaungkannya penerapan bahan ramah lingkungan untuk pembuatan ogoh-ogoh.
Kali ini tema ogoh-ogoh yang diusung adalah Kala Maya Tattwa. Disebutkan bahwa ‘kala’ merupakan waktu yang tidak terbantahkan, tidak tertandingi dan yang paling kuat.
Dalam kepala atau tapel ogoh-ogoh bermata tiga melambangkan tri hita yakni tiga penyebab kebahagiaan. Lalu bertangan enam melambangkan nangun sad kertih loka Bali (sifat-sifat baik).
Selanjutnya acintya melambangkan sifat-sifat Tuhan (tidak terpikirkan). Namun sifat-sifat ini akan berubah ketika menusia melakukan hal yang tidak wajar dan bersifat berlebihan.
Ia dipercaya menjadi arsitek ogoh-ogoh ST Dharma Citta sejak 2015, atau sejak digaungkannya penerapan bahan ramah lingkungan untuk pembuatan ogoh-ogoh.
Kali ini tema ogoh-ogoh yang diusung adalah Kala Maya Tattwa. Disebutkan bahwa ‘kala’ merupakan waktu yang tidak terbantahkan, tidak tertandingi dan yang paling kuat.
Dalam kepala atau tapel ogoh-ogoh bermata tiga melambangkan tri hita yakni tiga penyebab kebahagiaan. Lalu bertangan enam melambangkan nangun sad kertih loka Bali (sifat-sifat baik).
Selanjutnya acintya melambangkan sifat-sifat Tuhan (tidak terpikirkan). Namun sifat-sifat ini akan berubah ketika menusia melakukan hal yang tidak wajar dan bersifat berlebihan.
Contohnya bahagia terlalu berlebihan dan sedih terlalu berlebihan yang menyebabkan kehancuran pada manusia itu sendiri.
Ogoh-ogoh yang digarap di bale banjar Jalan Nusa Indah Denpasar Timur ini menggunakan sistem mekanik gerak memanfaatkan mesin hidrolik dari gerakan jongkok lalu berdiri.
“Gerakan ogoh-ogoh ini bergerak pada bagian cakra belakang, kepala, dan gerakan tubuh dari gaya jongkok ke berdiri,” kata Aga.
Penggarapan ogoh-ogoh dengan ketinggian 5 meter ini baru sekitar 50 persen yang penggarapoan dimulai sejak 12 Desember 2022 yakni nuasen dan dilanjutkan di akhir Desember 2022 hingga awal Januari 2023 mulai pengelasan besi dan merancang sistem mesin untuk menentukan gerakan.
Adapun anggaran yang dikeluarkan diprediksi sekitar Rp 40 juta hingga Rp 50 jutaan. *m03
Berita ini merupakan hasil liputan Ngurah Arya Dinata, mahasiswa Praktek Kerja Lapangan di NusaBali.com
Ogoh-ogoh yang digarap di bale banjar Jalan Nusa Indah Denpasar Timur ini menggunakan sistem mekanik gerak memanfaatkan mesin hidrolik dari gerakan jongkok lalu berdiri.
“Gerakan ogoh-ogoh ini bergerak pada bagian cakra belakang, kepala, dan gerakan tubuh dari gaya jongkok ke berdiri,” kata Aga.
Penggarapan ogoh-ogoh dengan ketinggian 5 meter ini baru sekitar 50 persen yang penggarapoan dimulai sejak 12 Desember 2022 yakni nuasen dan dilanjutkan di akhir Desember 2022 hingga awal Januari 2023 mulai pengelasan besi dan merancang sistem mesin untuk menentukan gerakan.
Adapun anggaran yang dikeluarkan diprediksi sekitar Rp 40 juta hingga Rp 50 jutaan. *m03
Berita ini merupakan hasil liputan Ngurah Arya Dinata, mahasiswa Praktek Kerja Lapangan di NusaBali.com
Komentar