Termotivasi Ingin Selamatkan Generasi Penerus Bali
Didi Sujata, Inisiator dan Pengelola Panti Asuhan Narayan Seva Buleleng
Awal berdiri tahun 2004 hanya ada 3 orang anak asuh, seiring berjalannya waktu terus bertambah hingga kini dari balita sampai mahasiswa sebanyak 75 orang.
SINGARAJA, NusaBali
Didi Sujata,48, salah satu sosok perempuan tangguh asal Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Dia adalah inisiator pendirian sekaligus pengelola Panti Asuhan Narayan Seva, yang berlokasi di Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan, Buleleng. Inisiatif dan motivasi terbesarnya mendirikan panti asuhan karena ingin menyelamatkan generasi penerus Bali, dari kalangan masyarakat kurang mampu dan juga yatim piatu.
Ditemui di panti asuhannya, Minggu (26/2), Didi mengaku sebelumnya lama tinggal di luar negeri dan ikut komunitas sosial. Dia sejak SMA sudah merantau ke Medan, Sumatera Utara. Didi diasuh oleh seorang guru yang menekuni spiritual dan disekolahkan. Hingga tamat SMA di Medan dia pun langsung menjadi pekerja sosial yang melakukan aksi sosialnya ke beberapa negara. Mulai dari Filipina, India, Thailand hingga di sejumlah wilayah di Indonesia.
“Nah pada tahun 2004 saya pulang ke Buleleng. Lalu sempat mengunjungi keluarga kurang mampu di salah satu desa. Dari sana saya melihat, ternyata masih banyak anak-anak di Buleleng yang memerlukan bantuan. Kalau dibiarkan mereka dengan kondisi serba kesulitan, maka akan menjadi ancaman besar bagi generasi penerus Bali,” ucap Didi yang dilahirkan dengan nama masa kecilnya Ni Nyoman Sundari ini.
Saat itu dia pun tidak memiliki modal materi dan kesiapan lainnya untuk membantu anak-anak yang kurang beruntung ini. Namun tidak berselang lama, perempuan yang nyukla brahmacari (tidak menikah) ini bertemu dengan almarhum Made Suwita yang juga penekun spiritual. Saat itu Didi mengutarakan maksudnya ingin membantu mengasuh dan menyekolahkan anak-anak yang kurang beruntung.
“Saat itu beliau (almarhum Suwita) langsung menyetujui dan memberikan lahan yang semua akan dikembangkan sebagai perumahan, tetapi tidak laku-laku karena dekat setra. Lahan ini dipinjam pakai selama digunakan sebagai panti asuhan,” tutur Didi. Meski diberikan lahan yang terkenal angker dan sepi, Didi tidak putus semangat. Dia pun diberikan menempati dan memanfaatkan rumah contoh yang sudah terbangun saat itu sebanyak dua unit.
Awalnya sudah ada 3 orang anak yang diasuh olehnya di tahun pertama pendirian 2004 silam. Lalu seiring berjalannya waktu terus bertambah hingga kini anak-anak yang diasuh dari balita sampai mahasiswa sebanyak 75 orang. Setelah mendapatkan kepercayaan untuk mengelola panti asuhan Didi pun mulai mencari donatur lewat proposal dan dari website yang dibuat. Panti asuhan ini pun berkembang pesat dan banyak donatur dari luar negeri yang membantu biaya anak asuh sebelum Pandemi Covid-19 melanda.
Seluruh anak di Panti Asuhan Narayan Seva ini disekolahkan di sekolah-sekolah negeri di Buleleng. Bahkan mereka yang ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi tetap difasilitasi. Ada pula anak panti asuhan yang mengenyam pendidikan hingga S2. “Kalau yang datang ke sini, kami prioritaskan yang yatim piatu dan kurang mampu. Kemudian baru yang yatim atau piatu. Kita juga melakukan survey langsung ke rumah mereka untuk meyakinkan yang dibantu adalah yang benar-benar membutuhkan,” terang perempuan kelahiran 27 Juni 1975 ini.
Belasan tahun panti asuhan ini beroperasi, Didi bersama 5 pengasuh lainnya memberikan pelajaran sikap dan disiplin kepada anak asuh. Seluruh anak asuh bergantian piket untuk memasak membantu pengasuh. Di lahan panti asuhan juga ditanam sejumlah sayur mayur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selain itu anak-anak juga diajarkan yoga untuk melatih konsentrasi dan cara mengelola emosi mereka saat ada waktu senggang. Dalam sepekan anak-anak panti asuhan pun didatangi volunteer-volunteer untuk belajar Bahasa Inggris. Sejumlah volunteer yang rutin datang, yakni dari Jerman dan Prancis. *k23
Ditemui di panti asuhannya, Minggu (26/2), Didi mengaku sebelumnya lama tinggal di luar negeri dan ikut komunitas sosial. Dia sejak SMA sudah merantau ke Medan, Sumatera Utara. Didi diasuh oleh seorang guru yang menekuni spiritual dan disekolahkan. Hingga tamat SMA di Medan dia pun langsung menjadi pekerja sosial yang melakukan aksi sosialnya ke beberapa negara. Mulai dari Filipina, India, Thailand hingga di sejumlah wilayah di Indonesia.
“Nah pada tahun 2004 saya pulang ke Buleleng. Lalu sempat mengunjungi keluarga kurang mampu di salah satu desa. Dari sana saya melihat, ternyata masih banyak anak-anak di Buleleng yang memerlukan bantuan. Kalau dibiarkan mereka dengan kondisi serba kesulitan, maka akan menjadi ancaman besar bagi generasi penerus Bali,” ucap Didi yang dilahirkan dengan nama masa kecilnya Ni Nyoman Sundari ini.
Saat itu dia pun tidak memiliki modal materi dan kesiapan lainnya untuk membantu anak-anak yang kurang beruntung ini. Namun tidak berselang lama, perempuan yang nyukla brahmacari (tidak menikah) ini bertemu dengan almarhum Made Suwita yang juga penekun spiritual. Saat itu Didi mengutarakan maksudnya ingin membantu mengasuh dan menyekolahkan anak-anak yang kurang beruntung.
“Saat itu beliau (almarhum Suwita) langsung menyetujui dan memberikan lahan yang semua akan dikembangkan sebagai perumahan, tetapi tidak laku-laku karena dekat setra. Lahan ini dipinjam pakai selama digunakan sebagai panti asuhan,” tutur Didi. Meski diberikan lahan yang terkenal angker dan sepi, Didi tidak putus semangat. Dia pun diberikan menempati dan memanfaatkan rumah contoh yang sudah terbangun saat itu sebanyak dua unit.
Awalnya sudah ada 3 orang anak yang diasuh olehnya di tahun pertama pendirian 2004 silam. Lalu seiring berjalannya waktu terus bertambah hingga kini anak-anak yang diasuh dari balita sampai mahasiswa sebanyak 75 orang. Setelah mendapatkan kepercayaan untuk mengelola panti asuhan Didi pun mulai mencari donatur lewat proposal dan dari website yang dibuat. Panti asuhan ini pun berkembang pesat dan banyak donatur dari luar negeri yang membantu biaya anak asuh sebelum Pandemi Covid-19 melanda.
Seluruh anak di Panti Asuhan Narayan Seva ini disekolahkan di sekolah-sekolah negeri di Buleleng. Bahkan mereka yang ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi tetap difasilitasi. Ada pula anak panti asuhan yang mengenyam pendidikan hingga S2. “Kalau yang datang ke sini, kami prioritaskan yang yatim piatu dan kurang mampu. Kemudian baru yang yatim atau piatu. Kita juga melakukan survey langsung ke rumah mereka untuk meyakinkan yang dibantu adalah yang benar-benar membutuhkan,” terang perempuan kelahiran 27 Juni 1975 ini.
Belasan tahun panti asuhan ini beroperasi, Didi bersama 5 pengasuh lainnya memberikan pelajaran sikap dan disiplin kepada anak asuh. Seluruh anak asuh bergantian piket untuk memasak membantu pengasuh. Di lahan panti asuhan juga ditanam sejumlah sayur mayur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selain itu anak-anak juga diajarkan yoga untuk melatih konsentrasi dan cara mengelola emosi mereka saat ada waktu senggang. Dalam sepekan anak-anak panti asuhan pun didatangi volunteer-volunteer untuk belajar Bahasa Inggris. Sejumlah volunteer yang rutin datang, yakni dari Jerman dan Prancis. *k23
1
Komentar