G20 Mangrove Nursery Targetkan Produksi 6 Juta Batang Bibit Mangrove Tiap Tahun
DENPASAR, NusaBali.com – Pasca Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai dikunjungi delegasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Presidensi G20 pada Rabu (16/11/2022) silam, G20 Mangrove Nursery yang dikelola oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Unda Anyar ditargetkan untuk memproduksi enam juta bibit mangrove tiap tahun.
Kepala Seksi Rehabilitasi Hutan dan Lahan BPDAS Unda Anyar, Mochamad Budi Purnomo menerangkan kapasitas terpasang persemaian dalam satu kali produksi kurang lebih 2 juta batang. Sehingga untuk mencapai target produksi tahunan, akan dilakukan beberapa kali siklus produksi bibit.
“Paska penyelenggaran Presidensi G20 di Bali beberapa saat lalu, saat ini proses distribusi dan produksi bibit mangrove masih terus dilakukan. Salah satu tahapan produksi bibit adalah proses oversak, yaitu memindahkan bibit dari Germination House (jenis Avicennia marina dan Avicennia alba) ke Open Growth Area,” ujar Budi saat ditemui di ruang kerjanya pada Selasa (28/2/2023) siang.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan media tanaman yang digunakan dalam proses pembuatan bibit mangrove tersebut ada dua macam, yaitu tanah subur (top soil) yang dicampur pupuk kendang, dan cocopeat (serat sabut kelapa). Media top soil yang dicampur pupuk kendang digunakan untuk bibit yang diletakkan di Open Growth Area. Sementara media cocopeat digunakan untuk jenis-jenis mangrove dengan ukuran benih kecil, misalnya Avicennia dan Sonneratia. Untuk jenis Avicennia dan Sonneratia, pada tahapan awal produksi, benih disemaikan pada media cocopeat dengan menggunakan wadah pot tray dan diletakkan dalam Germination House. Setelah kurang lebih 2 bulan, semai akan akan di oversak dan dipindah ke Open Growth Area. Sebut Budi, media cocopeat ini mengakselerasi tumbuhnya akar dan sistem perakaran yang dihasilkan sangat baik.
Selain Open Growth Area, di areal nursery juga terdapat Germination House yang menjadi lokasi penyemaian tahap awal bagi beberapa jenis mangrove dengan ukuran benih kecil, misalnya Avicennia marina dan Avicennia alba. Sedikit berbeda dengan Open Growth Area, penyiraman di lokasi ini menggunakan sistem springkle. Tapi seperti halnya di Open Growth Area, penyiraman di area ini juga menggunakan dengan air payau.Dalam sehari, di lokasi ini dilakukan penyiraman dengan frekuensi 5 kali dalam sehari.
“Di sini menggunakan media cocopeat dalam pot tray dan penyiramannya menggunakan air payau dengan frekuensi 5 kali sehari. Lalu setelah kurang lebih 2 bulan, semai akan dipindahkan ke polybag dengan media top soil yang dicampur pupuk kendang dan dipindahkan ke Open Growth Area untuk selanjutnya dipelihara sampai 2-4 bulan ke depan,” tutur pria lulusan Faculty of ITC, University of Twente itu.
Nantinya bibit mangorove yang dihasilkan tidak hanya akan ditanam di Bali saja, tapi juga di beberapa provinsi terdekat, misalnya Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Untuk penanaman mangrove dengan skala kecil (misalnya penanaman voluntary oleh pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum), pemohon bibit cukup bersurat yang ditujukan ke Kepala BPDAS Unda Anyar dengan melampirkan sketsa calon lokasi tanam.
“Hal ini dilakukan agar kami bisa memberikan rekomendasi jenis mangrove apa yang cocok di tanam di lokasi tersebut dan perlakuan penanaman yang diperlukan sesuai kondisi biofisik lokasi. Untuk jenis-jenis Rhizophora, secara umum bibit siap ditanam di lapangan pada usia kurang lebih 4 bulan, Ketika jumlah daun 4-6 lembar per batang,” pungkasnya. *ris
Komentar