Begini Kondisi Terkini Hutan Mangrove yang Ditanami Delegasi KTT G20
MANGUPURA, NusaBali.com – Sudah hampir empat bulan berlalu, pohon-pohon mangrove ditanam oleh para delegasi anggota Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai pada Rabu (16/11/2022). Bagaimana kondisinya sekarang?
Kepala negara anggota G20 itu seperti Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo beserta Menteri Kabinet dan beberapa kepala negara yang diantaranya Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan Perdana Menteri India, Narendra Modi.
Pohon-pohon mangrove tersebut tumbuh subur di tengah area Elips yang didesain khusus bertuliskan G20 pada bagian tengahnya dengan menggunakan jenis mangrove Rhizophora apiculata. Bahkan tinggi pohon mangrove yang ditanam oleh para delegasi anggota KTT G20 saat ini mencapai sekitar 1 meter dengan jenis mangrove Rhizophora mucronata.
“Tinggi pohon mangrove yang ditanam saat itu kurang lebih sekitar 70-80 cm. Kalau sekarang mungkin sudah 1 meter. Untuk usianya, dari awal tahap disemaikan kurang lebih saat ini sudah berusia 11 bulan,” tutur Kepala Seksi Rehabilitasi Hutan dan Lahan BPDAS Unda Anyar, Mochamad Budi Purnomo ditemui di ruang kerjanya di Jalan Bypass Ngurah Rai, Tuban, Badung, Bali pada Selasa (28/2/2023) siang.
Budi membeberkan, alasan menggunakan jenis mangrove Rhizophora mucronata karena jenis tersebut memiliki rentang adaptasi yang lebar terhadap beberapa faktor. Misalnya frekuensi, durasi dan kedalaman penggenangan oleh air laut (hydroperiod factor), dan toleransi terhadap kadar garam.
“Kualitas pertumbuhan cukup bagus, kalau ada lubang satu atau dua pada daun atau jika ada daun yang menguning itu tidak masalah. Karena itu merupakan bagian dari proses pengeluaran kadar garam yang berlebih dalam tubuh tanaman mangrove,” jelas pria lulusan Faculty of ITC, University of Twente itu.
Soal pengelolaan tanaman mangrove yang ditanam oleh kepala negara anggota G20, pihaknya tidak melakukan perlakuan atau treatment tertentu. Sebut Budi, tanah mangrove berbeda dengan tanah daratan.
“Pohon mangrove dapat dikategorikan sebagai jenis tanaman yang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya, jadi kita tidak ada pengecekan secara khusus. Karena secara alami air laut ini membawa bahan ‘pestisida’ alami (kandungan garam) sehingga ada beberapa jenis penyakit yang bisa mati dengan tersendirinya begitu terbasuh oleh air laut,” tuturnya.
Kondisi substrat di lokasi Elips sangat berbeda dengan kondisi substrat di sekitarnya. Substrat di lokasi Elips adalah berbatu. Hal ini akan menyebabkan kondisi pertumbuhan tanaman di Elips dan di sekitarnya (dengan substrat berlumpur) akan sedikit berbeda.
Posisi dari wantilan menuju area Elips tempat dimana pemimpin negara menanam pohon mangrove bersama sebagai tanda kepedulian lingkungan, sekiranya harus berjalan sekitar 50 meter.
Berbagai fasilitas lainnya juga terdapat di lokasi ini, seperti untuk melihat keindahan hutan ini pengunjung akan menyusuri jembatan titian mangrove (mangrove wooden trail) yang terbuat dari kayu yang mana sisi kanan dan kiri terdapat pohon mangrove yang menjulang tinggi.
“Sebagian areal Tahura Ngurah Rai pada tahun 1970-1980an dimanfaatkan untuk budidaya ikan. Sebagian besar areal budidaya ini terletak di sisi utara Tahura Ngurah Rai. Itu di sisi Utara Tahura Ngurah Rai. Kegiatan penanaman mangrove dalam skala besar untuk mengembalikan fungsi hutan mangrove di Tahura Ngurah Rai dimulai pada tahun 1992,” ujarnya.
Sebagai informasi tambahan, Tahura Ngurah Rai dengan luas lebih dari 1.373,5 hektare ini juga memiliki fungsi untuk menyerap karbon dan menghasilkan oksigen, habitat bagi flora dan fauna, serta berfungsi untuk mencegah intrusi air laut dan abrasi pantai selatan Bali.
Untuk saat ini lokasi Tahura Ngurah Rai dan wantilan yang digunakan sebagai lokasi penyambutan kepala negara anggota G20 pun kata dia masih belum dibuka untuk masyarakat umum.
“Belum dibuka untuk umum kecuali untuk kunjungan dengan tujuan tertentu. Untuk perizinan berkunjung, bisa mengajukan ke Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Dirjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),” tuturnya.
Pihak KLHK, dalam hal ini BPDAS Unda Anyar, masih meneruskan untuk mengelola areal mangrove nursery untuk terus memproduksi bibit mangrove. Target produksi bibit mangrove sendiri kurang lebih 6 juta batang per tahun.
Komentar