Inspiratif, 4 Remaja Jadi Relawan Pungut Sampah di Sungai
DENPASAR, NusaBali
Empat orang remaja di Kota Denpasar membentuk komunitas kecil yang diberi nama Pancawara Bali.
Melalui komunitas kecil ini mereka membuktikan kepeduliannya atas permasalahan sampah bukan sekadar wacana. Berawal dari bersih-bersih sungai di lingkungan tempat tinggal mereka, empat remaja ini akhirnya ketagihan membersihkan sungai-sungai lainnya dari sampah yang menumpuk.
Mereka, yakni I Komang Irfan Febrian,18, Kadek Krisna Winanta,18, Ketut Jian Ananda Putra,20, dan I Putu Kompiang Swastika,19. Remaja yang tinggal di Jalan Gunung Agung, Gang Gangga, Denpasar Barat, Kota Denpasar ini membentuk Komunitas Pancawara pada 6 Januari 2023 lalu. Setiap kali hujan lebat lingkungan mereka kerap kebanjiran akibat air sungai meluap gegara sampah yang membanjiri sungai. Bosan jadi langganan banjir mereka pada akhirnya secara swadaya membersihkan sampah-sampah yang menyumbat sungai.
"Tempat tinggal kami langganan banjir," ujar Irfan Febrian kepada NusaBali, Kamis (2/3). Tak disangka, keberhasilan empat remaja ini mengatasi sampah di lingkungan rumah membuat mereka termotivasi melakukan hal yang sama di tempat lain. Sejak awal tahun ini sudah 8 lokasi sungai dan 2 lokasi pantai di seputaran Kota Denpasar dan Kabupaten Badung sudah mereka bersihkan.
Irfan Febrian menuturkan, apa yang dilakukannya bersama teman-temannya juga terinspirasi dari Grup Pandawara yang melakukan hal yang sama di Bandung, Jawa Barat. "Tiyang ajak teman-teman untuk ikut seperti mereka dan akhirnya mereka ikut bergerak dalam kegiatan bersih-bersih sungai ini," ujar remaja yang orangtuanya asal Desa Antiga, Kecamatan Manggis, Karangasem ini.
Berbekal semangat dan menyisihkan sebagian uang saku, mereka berinisiatif membersihkan sungai-sungai yang memungkinkan untuk dibersihkan dengan peralatan seadanya. Untuk itu lokasi yang dibersihkan juga harus dekat tempat pembuangan sampah.
Tanpa perlengkapan memadai, rasa khawatir dengan bahaya penyakit tentunya ada. Namun, kata Irfan Febrian, dia dan teman-temannya yakin apa yang dilakukan bertujuan positif. Lambat laun semangat mereka tersebar di media sosial hingga akhirnya beberapa pihak ikut tergerak menyumbangkan alat pelindung diri (APD), slop tangan, kantong sampah hingga kendaraan pengangkut sampah.
"Kita diberikan bantuan berupa pakaian APD dan juga kendaraan untuk mengangkut sampah," ujar siswa SMK Negeri 5 Denpasar ini. Di samping perlindungan diri dari bahaya fisik, Pancawara Bali sebelum melakukan bersih-bersih juga melakukan persembahyangan dengan menghaturkan canang sari agar pekerjaan yang dilakukan berjalan dengan lancar. Berbagai pengalaman menantang memang kerap dihadapi mereka namun tidak menyurutkan semangat.
Berhadapan dengan sampah tidak jarang menemui kotoran yang menjijikkan seperti kotoran manusia (tinja). Pun beberapa hewan di tempat lembab seperti lintah sudah biasa menggigit kaki mereka. Niat baik mereka juga pernah disalahartikan. Ketika mengangkat sampah dari sungai justru disangka membuang sampah sembarangan di sana. Tanda larangan membuang sampah juga kerap hilang dari lokasi-lokasi yang sebelumnya mereka bersihkan.
Mereka berharap gerakan mereka bisa membesar, diikuti oleh kalangan masyarakat lainnya. Kolaborasi dengan beberapa pihak mulai dilakukan seperti dengan 'Bule Sampah' dan pecinta lingkungan asal Jerman yang tinggal di Bali. Dalam waktu dekat mereka akan bersih-bersih sungai di sekitaran Kerobokan, Kuta Utara, Badung.
"Kita juga akan kolaborasi dengan SMAN 1 Ubud," tambah Febrian sembari mengundang para sukarelawan untuk ikut bergabung. Sementara itu anggota Pancawara lainnya Kadek Krisna Winanta juga berharap komunitas kecil yang dibentuknya bisa memantik gerakan peduli lingkungan di Bali bisa semakin besar. Ia mengaku dukungan terus mengalir termasuk dari komunitas peduli lingkungan yang lebih besar yang sudah lebih dulu ada.
Krisna mengaku tidak bisa melihat sampah-sampah mengotori sungai hingga memicu banjir seperti yang terjadi di lingkungan rumahnya. "Maunya gerakan ini semakin besar supaya masyarakat sadar dengan kebersihan lingkungan," ujar remaja yang orangtuanya asal Desa Sente, Kecamatan Dawan, Klungkung ini. *cr78
1
Komentar