Haturkan Banten Pejati Sebelum Tampil

AMLAPURA, NusaBali
Tujuannya agar mendapatkan perlindungan secara niskala dan tidak ada kendala non teknis. Sebab diyakini faktor niskala lebih menentukan kelancaran acara, walau selama ini telah intensif melakukan persiapan. Sebanyak 12 banten pejati, menurut Kelian Banjar Muku I Komang Sura, dipersembahkan sebelum memulai acara, di antaranya di Pura Dalem, Pura Puseh, Pura Bale Agung, palinggih di Banjar Adat Muku, Pura Puseh Panti Muku Belang Bolong, palinggih di Stadion Gunung Agung, lokasi pentas, dan yang lain-lainnya.

“Mohon dukungan secara niskala wajib kita lakukan. Sebab kelancaran acara tidak lepas dari faktor niskala. Tujuannya agar terhindar dari persoalan non teknis,” ujar Komang Sura.

Menurutnya, tugas Kelian Banjar Muku selain sebagai Koordinator Sekaa Gong Remaja Gita Yowana Suara, juga mengantisipasi persoalan di luar teknis. Sebab secara teknis telah berbagi tugas, di antaranya menggarap tabuh telu banyu milir penata tabuhnya Jro Mangku Putu Geria bersama pembina I Wayan Darma Wiyantara. Sedangkan penata tari wiranata Ni Ketut Kertiasih, tari dolanan (permainan) digarap tim, naskah disusun I Dewa Gede Alit Saputra, penata gerak I Dewa Nyoman Putra Arinatha, penata tabuh iringan Ida Bagus Made Widnyana, dan ide permainan I Dewa Gede Alit Saputra. Sedangkan tarian kreasi kayeh yang dibawakan delapan penari di bawah garapan I Gusti Made Suarjana.

Komang Sura belum mengetahui, saat tampil di PKB Bali tahun 2017 sebagai wakil Karangasem, Senin (12/6), seberapa banyak perlu mempersembahkan banten pejati. “Nanti saya cek dulu di wilayah Art Center (di Denpasar), berapa ada palinggih sehingga biar jelas membawa banten pejati. Sebab sesuai namanya banten pejati itu merupakan persembahan untuk matur piuning (mohon izin) sebelum pentas,” tuturnya. *k16