Penyuluh Bahasa Bali Rawat Lontar Usia Ratusan Tahun
Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali di wilayah tugas Kota Denpasar melaksanakan konservasi naskah lontar di Gria Pande Tonja, Kelurahan Tonja, Kecamatan Denpasar Utara, Minggu (4/6).
DENPASAR, NusaBali
Dalam konservasi ini, penyuluh berhasil membersihkan dan merawat naskah lontar kuno milik Sira Mpu Dharma Sunu. Bahkan, salah satunya ditaksir telah berusia ratusan tahun. Selain di Kelurahan Tonja, juga sebagian menyebar di tiga kecamatan lainnya di Kota Denpasar.
Perawatan naskah lontar dilakukan menggunakan kuas untuk membersihkan debu-debu yang melekat pada naskah lontar. Usai dibersihkan dengan kuas, penyuluh mengoleskan cairan berupa ekstrak kemiri bakar ke masing-masing bagian lontar.
“Sebagai tugas kami sebagai Penyuluh Bahasa Bali, kami hari ini mulai membersihkan lontar milik masyarakat yang sebelumnya telah kami data. Untuk sementara tahap perawatan pertama, kami bersihkan terlebih dahulu. Setelah dibersihkan baru kami hitamkan kembali dengan menggunakan minyak ekstrak kemiri bakar. Sampai siang ini baru belasan cakep lontar yang berhasil kami rawat,” ujar Ayu Agustini salah satu Penyuluh Bahasa Bali ditemui saat sedang membersihkan naskah lontar kemarin.
Dikatakan Ayu Agustini, selain membersihkan dan merawat lontar, pihaknya juga mencoba membaca dan mengalihaksarakan tulisan dalam lontar-lontar tersebut. Hanya saja, pengalihaksaraan ini nampak membutuhkan waktu yang cukup lama. “Menurut hasil yang kami baca, lontar milik Sira Mpu Dharma Sunu ini ada yang berusia ratusan tahun. Bahkan ada tertuang di dalam lontar menyebutkan lontarnya berusia 1373 saka, kalau tahun masehi berusia sekitar 567 tahun,” ujar perempuan lulusan IHDN Denpasar Tahun 2014 ini.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar, Gusti Ayu Widiarti didampingi Koordinator Konservasi Lontar Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar, Dwi Mahendra Putra dan Koordinator Bidang Humas Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar, Putu Novi Purnama Sari mengatakan, perawatan ini digelar untuk membersihkan, membaca dan melestarikan lontar milik masyarakat. “Selain di Gria Pande Tonja, perawatan naskah lontar juga dilakukan Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar secara serentak di empat kecamatan di Denpasar. Jadi kita bagi tugas, tim konsevasi tersebar di empat kecamatan di Denpasar,” ujarnya. *cr63
Perawatan naskah lontar dilakukan menggunakan kuas untuk membersihkan debu-debu yang melekat pada naskah lontar. Usai dibersihkan dengan kuas, penyuluh mengoleskan cairan berupa ekstrak kemiri bakar ke masing-masing bagian lontar.
“Sebagai tugas kami sebagai Penyuluh Bahasa Bali, kami hari ini mulai membersihkan lontar milik masyarakat yang sebelumnya telah kami data. Untuk sementara tahap perawatan pertama, kami bersihkan terlebih dahulu. Setelah dibersihkan baru kami hitamkan kembali dengan menggunakan minyak ekstrak kemiri bakar. Sampai siang ini baru belasan cakep lontar yang berhasil kami rawat,” ujar Ayu Agustini salah satu Penyuluh Bahasa Bali ditemui saat sedang membersihkan naskah lontar kemarin.
Dikatakan Ayu Agustini, selain membersihkan dan merawat lontar, pihaknya juga mencoba membaca dan mengalihaksarakan tulisan dalam lontar-lontar tersebut. Hanya saja, pengalihaksaraan ini nampak membutuhkan waktu yang cukup lama. “Menurut hasil yang kami baca, lontar milik Sira Mpu Dharma Sunu ini ada yang berusia ratusan tahun. Bahkan ada tertuang di dalam lontar menyebutkan lontarnya berusia 1373 saka, kalau tahun masehi berusia sekitar 567 tahun,” ujar perempuan lulusan IHDN Denpasar Tahun 2014 ini.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar, Gusti Ayu Widiarti didampingi Koordinator Konservasi Lontar Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar, Dwi Mahendra Putra dan Koordinator Bidang Humas Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar, Putu Novi Purnama Sari mengatakan, perawatan ini digelar untuk membersihkan, membaca dan melestarikan lontar milik masyarakat. “Selain di Gria Pande Tonja, perawatan naskah lontar juga dilakukan Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar secara serentak di empat kecamatan di Denpasar. Jadi kita bagi tugas, tim konsevasi tersebar di empat kecamatan di Denpasar,” ujarnya. *cr63
1
Komentar