Lagi, Warga Jembrana Meninggal Diduga Rabies
Kasus warga meninggal karena diduga rabies ini pun sudah menjadi kasus yang kedua di Kabupaten Jembrana pada tahun 2023.
NEGARA, NusaBali
Kasus warga meninggal dunia karena diduga terinfeksi virus rabies kembali terjadi di Kabupaten Jembrana. Kali ini, korbannya seorang ibu rumah tangga, Ni Putu Nurhayati, 42, warga Banjar/Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Jembrana, yang meninggal dalam perawatan di RSUD Negara, Senin (6/3) siang.
Dari informasi, korban sempat digigit anjing liar di rumahnya pada sekitar bulan Januari 2023 lalu. Tepatnya, korban mengalami luka gigitan pada bagian ibu jari kaki yang juga termasuk area kategori luka risiko tinggi rabies. Namun ketika mengalami gigitan anjing, itu korban enggan diajak periksa ke Puskesmas karena merasa hanya mengalami luka ringan. Korban pun hanya memilih mencuci lukanya, kemudian pengobatan luka dengan menggunakan jeruk nipis dan getah pohon jarak.
Berselang sekitar sebulan setelah kejadian, tepatnya pada Rabu (28/2), tiba-tiba korban sakit. Keluhan awal saat, itu korban merasakan pegal di seluruh tubuh, sesak dan sakit di tenggorokan sehingga tidak bisa makan-minum. Dari keluarga pun sempat berusaha mengajak korban ke salah satu dokter pada Kamis (1/3). Namun obat yang diberikan dari dokter juga tidak bisa ditelan korban.
Bahkan dalam selang waktu cukup singkat, kondisinya semakin memburuk dengan menunjukan gejala korban takut pada air dan terus gelisah sehingga diputuskan mengajak korban ke IGD RSU Negara, Jumat (2/3) malam. Sayangnya, korban yang dicurigai telah mengalami infeksi virus rabies sudah tidak tertolong. Sempat menjalani perawatan selama hampir tiga hari, korban akhirnya meninggal dunia pada Senin siang kemarin sekitar pukul 12.03 Wita.
Kepala Dinas Kesehatan Jembrana dr Made Dwipayana, Senin kemarin, membenarkan adanya kasus warga yang meninggal karena diduga terinfeksi virus rabies tersebut. Sesuai pemeriksaan dokter di RSU Negara, pasien menunjukan gejala suspek rabies. Di antaranya ada gejala hidrofobia dan takut terhadap cahaya terang. “Dari awal masuk ke IGD, sudah dicurigai ke sana (suspek rabies). Kemudian dari keterangan keluarga, korban ada riwayat gigitan HPR (hewan penular rabies). Kasus gigiatanya sudah bulan Januari lalu, tetapi tidak diperiksakan,” ujar Dwipayana.
Pascatemuan kasus tersebut, Dwipayana mengaku akan segera menerjunkan tim untuk melakukan investigasi dan penelusuran ke lapangan. Selain menelusuri kemungkinan adanya orang yang sempat digigit HPR namun tidak melapor ke faskes, juga akan dilakukan pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) kepada keluarga korban yang dicurigai sempat ada kontak erat dengan korban. “Jika ada indikasi, kami akan lakukan penanganan dengan pemberian VAR,” ucap Dwipayana.
Dalam upaya mencegah adanya korban meninggal dunia akibat rabies, sudah sering dilakukan edukasi kepada masyarakat agar tidak meremehkan kasus serangan HPR. Ketika mengalami gigitan ataupun serangan HPR, diharapkan agar segera melapor ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat, khususnya Puskesmas untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Terlebih di tengah banyaknya temuan kasus anjing positif rabies di Jembrana.
Sesuai data setahun pada tahun 2022 lalu, di Jembrana sempat ditemukan sebanyak 205 kasus anjing rabies. Sementara dalam dua bulan terakhir per Januari hingga Februari tahun 2023 ini, juga sudah ditemukan 18 kasus anjing rabies.
Kemudian untuk kasus warga di Jembrana yang meninggal karena diduga terinfeksi virus rabies dalam tahun 2023 ini, sudah ditemukan dua kasus. Di mana pada pertengahan bulan Februari lalu, seorang warga di Banjar Anyar, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, juga dinyatakan meninggal dunia karena diduga rabies. *ode
Dari informasi, korban sempat digigit anjing liar di rumahnya pada sekitar bulan Januari 2023 lalu. Tepatnya, korban mengalami luka gigitan pada bagian ibu jari kaki yang juga termasuk area kategori luka risiko tinggi rabies. Namun ketika mengalami gigitan anjing, itu korban enggan diajak periksa ke Puskesmas karena merasa hanya mengalami luka ringan. Korban pun hanya memilih mencuci lukanya, kemudian pengobatan luka dengan menggunakan jeruk nipis dan getah pohon jarak.
Berselang sekitar sebulan setelah kejadian, tepatnya pada Rabu (28/2), tiba-tiba korban sakit. Keluhan awal saat, itu korban merasakan pegal di seluruh tubuh, sesak dan sakit di tenggorokan sehingga tidak bisa makan-minum. Dari keluarga pun sempat berusaha mengajak korban ke salah satu dokter pada Kamis (1/3). Namun obat yang diberikan dari dokter juga tidak bisa ditelan korban.
Bahkan dalam selang waktu cukup singkat, kondisinya semakin memburuk dengan menunjukan gejala korban takut pada air dan terus gelisah sehingga diputuskan mengajak korban ke IGD RSU Negara, Jumat (2/3) malam. Sayangnya, korban yang dicurigai telah mengalami infeksi virus rabies sudah tidak tertolong. Sempat menjalani perawatan selama hampir tiga hari, korban akhirnya meninggal dunia pada Senin siang kemarin sekitar pukul 12.03 Wita.
Kepala Dinas Kesehatan Jembrana dr Made Dwipayana, Senin kemarin, membenarkan adanya kasus warga yang meninggal karena diduga terinfeksi virus rabies tersebut. Sesuai pemeriksaan dokter di RSU Negara, pasien menunjukan gejala suspek rabies. Di antaranya ada gejala hidrofobia dan takut terhadap cahaya terang. “Dari awal masuk ke IGD, sudah dicurigai ke sana (suspek rabies). Kemudian dari keterangan keluarga, korban ada riwayat gigitan HPR (hewan penular rabies). Kasus gigiatanya sudah bulan Januari lalu, tetapi tidak diperiksakan,” ujar Dwipayana.
Pascatemuan kasus tersebut, Dwipayana mengaku akan segera menerjunkan tim untuk melakukan investigasi dan penelusuran ke lapangan. Selain menelusuri kemungkinan adanya orang yang sempat digigit HPR namun tidak melapor ke faskes, juga akan dilakukan pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) kepada keluarga korban yang dicurigai sempat ada kontak erat dengan korban. “Jika ada indikasi, kami akan lakukan penanganan dengan pemberian VAR,” ucap Dwipayana.
Dalam upaya mencegah adanya korban meninggal dunia akibat rabies, sudah sering dilakukan edukasi kepada masyarakat agar tidak meremehkan kasus serangan HPR. Ketika mengalami gigitan ataupun serangan HPR, diharapkan agar segera melapor ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat, khususnya Puskesmas untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Terlebih di tengah banyaknya temuan kasus anjing positif rabies di Jembrana.
Sesuai data setahun pada tahun 2022 lalu, di Jembrana sempat ditemukan sebanyak 205 kasus anjing rabies. Sementara dalam dua bulan terakhir per Januari hingga Februari tahun 2023 ini, juga sudah ditemukan 18 kasus anjing rabies.
Kemudian untuk kasus warga di Jembrana yang meninggal karena diduga terinfeksi virus rabies dalam tahun 2023 ini, sudah ditemukan dua kasus. Di mana pada pertengahan bulan Februari lalu, seorang warga di Banjar Anyar, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, juga dinyatakan meninggal dunia karena diduga rabies. *ode
Komentar