Bonggol Bambu Disulap Jadi Kulkul Antik
Cara Warga Penarukan Manfaatkan Limbah Pantai
TABANAN, NusaBali
Limbah bonggol bambu bagi kebanyakan orang mungkin tak berguna. Tapi di tangan orang terampil justru sangat spesial untuk dijadikan aneka kerajinan.
Seperti yang dilakoni Wayan Adnyana Putra, mampu menyulapnya jadi kulkul (kentongan) antik. Kerajinan yang dibuat ini pun mampu menarik pembeli seluruh Bali. Bahkan pemilik restoran atau rumah makan kerap memburu buah tangannya. Biasanya mereka jadikan kulkul antik ini sebagai bel order makanan. Ditemui di rumahnya Senin (6/3) di Banjar Penarukan Kelod, Desa Penarukan, Kecamatan Kerambitan, pria 41 tahun ini sedang sibuk memilah bonggol bambu yang didapat di pantai.
Setiap sudut rumahnya terpajang kulkul antik baik yang sudah rampung dikerjakan maupun proses dikerjakan. Terlihat pula selain kulkul, Wayan Adnyana juga membuat asbak dari akar bambu itu. "Ini saya sedang proses membuat lubang agar kulkul bersuara," ujarnya.
Menurutnya setiap bulan ada saja yang memesan kulkul buatannya. Pesanan biasanya didapat dari media sosial. Sebab Wayan Adnyana sendiri mempromosikan produk antiknya ini lewat media sosial. "Sekarang tak ramai yang pesan, sebelum Covid-19 baru ramai yang pesan, hingga saya kewalahan," tuturnya.
Kulkul Wayan Adnyana disebut antik karena ukurannya mini. Kira-kira panjangnya 60 centimeter dengan diameter 25 centimeter. Selain itu dari segi bentuk, kulkul ini melengkuk tak lurus seperti kulkul pada umumnya. Bahkan yang membuat semakin antik, bisa bertahan 20 tahun jika ditempatkan pada lokasi teduh, dan serabut bambu tersebut didiamkan sebagai hiasan. "Tapi kalau serabut bambu ini posisinya bagus saya diamkan, namun jika posisinya kurang elok, saya potong," terangnya.
Wayan Adnyana menuturkan awal mula dia menekuni kerajinan kulkul antik ini saat hendak mancing di pantai sekitar tahun 2015. Dia selain bekerja sebagai gardener memang memiliki hobi memancing. Kala itu dia bermaksud mencari batu pengganjal sepeda motornya agar tak jatuh ketika parkir di pantai. "Karena saya temukan banyak batu, akhirnya saya buang, batu yang saya buang inilah memantul di bonggol bambu dibarengi suara nyaring. Akhirnya saya ambil bawa pulang dan jadikan kulkul," kenangnya.
Setelah kulkul jadi, dia pun gantung di rumahnya. Kemudian seorang temannya datang ke rumah untuk lancong dan meminta kulkul buatannya karena disebut antik. "Lewat teman saya ini kulkul saya banyak diminati. Sehingga sampai saat ini terus membuat, artinya ada saja stok," akunya.
Menurutnya, kulkul yang dibuat menggunakan limbah bambu ini prosesnya tak banyak. Tinggal mencari bonggol bambu di pantai yang biasanya jadi sampah kiriman. Kemudian bahan baku itu langsung dibentuk atau dilubangi. Setelah itu tinggal bersihkan dan amplas. "Tahapan untuk dijadikan kulkul memang pendek, namun proses melubangi ini susah. Karena bonggol bambu ini keras. Saya biasanya boros di alat pahat," kata ayah tiga anak ini.
Kendatipun demikian, karena sudah hobi, Wayan Adnyana pun berkomitmen untuk terus berkarya di samping memang ada peminat. Selain itu bahan baku yang didapat mudah tinggal mencari di sekitaran pantai di Tabanan maupun dari Badung. Sementara untuk bisa memiliki kulkul antik ini, Wayan Adnyana banderol dengan harga Rp 150.000 per buah. Namun jika akan memesan banyak biasanya diberikan diskon.
Dia menambahkan untuk sekarang pesanan kukul ini baru antarkabupaten di Bali saja. Belum ada sampai ekspor. Namun ke luar Bali seperti Sulawesi sudah pernah mengirim. "Kalau di Bali biasanya pesanan saya terapkan cash on delivery (COD). Namun kalau pesanan banyak biasanya saya bawakan sampai tempat tujuan," tandas Wayan Adnyana. *des
1
Komentar